Israel Lancarkan Operasi Militer Besar-Besaran ke Yaman: Pengeboman Infrastruktur Utama Diberi Nama “Operasi Bendera Hitam”
Militer Israel Lancarkan Serangan ke Yaman (Reuters)
D'On, Sanaa - Dalam serangan udara paling agresif terhadap Yaman, Israel menghantam pelabuhan dan pembangkit listrik strategis milik Houthi. Tuduhan keterlibatan Iran dan ancaman serangan berkelanjutan menyelimuti Timur Tengah dengan ketegangan baru.
Senin malam, 7 Juli 2025, kawasan udara Yaman kembali bergemuruh. Dalam sebuah langkah militer yang mengejutkan dan belum pernah terjadi sebelumnya, Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke wilayah yang dikuasai kelompok Houthi dengan sandi "Operasi Bendera Hitam" (Operation Black Flag).
Serangan tersebut menandai ekspansi militer Israel ke salah satu negara termiskin di dunia itu, sekaligus meningkatkan ketegangan regional yang telah lama berakar dalam konflik proksi antara Israel dan Iran. Dalam pengumuman resmi yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bersama dengan komando Pasukan Pertahanan Israel (IDF), kampanye ini diklaim sebagai balasan terhadap serangan drone dan rudal Houthi yang terus menyasar wilayah Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Target Serangan: Infrastruktur Vital di Tangan Houthi
Pengeboman tersebut menyasar empat lokasi strategis di wilayah barat Yaman:
- Pelabuhan Hodeidah
- Pelabuhan Ras Isa
- Pelabuhan Al-Salif
- Pembangkit Listrik Ras Katib (juga disebut Ras Kanatib)
Menurut pernyataan IDF, pelabuhan-pelabuhan tersebut telah diubah fungsinya oleh kelompok Houthi menjadi jalur logistik militer, yang diduga menjadi titik keluar-masuknya senjata dari Iran. Pembangkit listrik di Ras Katib, yang semula merupakan fasilitas sipil vital bagi penduduk Yaman, kini disebut telah menjadi pusat distribusi energi untuk mendukung operasi militer Houthi.
Ledakan keras mengguncang wilayah sekitar target. Asap hitam pekat membumbung tinggi dari area pelabuhan, sementara warga sipil dilaporkan melarikan diri ke arah timur menuju wilayah yang dianggap lebih aman. Sampai berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban jiwa atau kerusakan spesifik terhadap infrastruktur sipil.
Galaxy Leader: Kapal Komersial yang Jadi Target Militer
Salah satu target yang disebut secara eksplisit oleh militer Israel adalah Galaxy Leader, kapal komersial yang disita pasukan Houthi pada November 2023. IDF mengeklaim kapal tersebut kini telah dimodifikasi dan dipasangi sistem radar untuk memantau lalu lintas kapal di Laut Merah serta memfasilitasi serangan terhadap armada dagang internasional.
“Pelabuhan ini digunakan oleh rezim teroris Houthi untuk mentransfer senjata dari rezim Iran, yang digunakan untuk menyerang Israel dan sekutunya,” bunyi pernyataan resmi IDF.
Pesan Tegas dari Menteri Pertahanan Israel
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa tindakan ini bukanlah sebuah langkah sporadis, melainkan bagian dari strategi yang lebih luas dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "jaringan terorisme regional yang didukung Iran."
“Seperti yang saya peringatkan, Yaman akan diperlakukan seperti Teheran,” tegas Katz dalam unggahannya di platform X (dahulu Twitter).
“Siapa pun yang mencoba menyakiti Israel akan disakiti, dan siapa pun yang melawan Israel akan diputus. Houthi akan terus membayar harga mahal atas tindakan mereka,” tambahnya.
Pernyataan tersebut menandakan bahwa Israel tidak hanya akan membalas serangan langsung, tetapi juga akan menargetkan negara atau entitas yang mereka anggap sebagai proksi Iran, termasuk Yaman.
Houthi dan Iran: Keterkaitan yang Kian Terang?
Israel kembali mengulang narasi yang telah lama digaungkannya: bahwa kelompok Houthi merupakan proksi utama dari rezim Iran di Semenanjung Arab. Klaim ini mengacu pada dukungan senjata dan finansial yang diduga terus mengalir dari Teheran ke Sanaa, ibu kota Yaman yang kini dikuasai Houthi.
Menurut IDF, peluncuran rudal dan drone dari Yaman ke wilayah Israel tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan teknologi dan logistik dari Iran. Israel juga menuduh Houthi telah mengeksploitasi jalur maritim untuk menyebarkan kekacauan, mengganggu lalu lintas perdagangan global, dan menciptakan ketidakstabilan di Laut Merah.
Gencatan Senjata yang Rapuh dan Bayang-Bayang Konflik Regional
Yang membuat operasi ini semakin mencolok adalah kenyataan bahwa serangan dilakukan tak lama setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran yang diumumkan bulan lalu melalui mediasi pihak ketiga. Meski begitu, serangan drone dan rudal dari Yaman tidak mereda, yang oleh Israel dianggap sebagai pelanggaran tidak langsung terhadap kesepakatan tersebut.
Serangan ke Yaman ini yang digambarkan sebagai "aksi militer paling ekstensif Israel terhadap Houthi sejauh ini" bisa menjadi babak baru yang lebih berbahaya dalam konflik regional yang telah melibatkan banyak negara. Tak hanya menimbulkan penderitaan kemanusiaan di Yaman yang sudah terpuruk akibat perang saudara lebih dari satu dekade, tetapi juga membuka kemungkinan keterlibatan kekuatan besar lainnya di kawasan, seperti Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Respons Dunia Internasional?
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari PBB, Liga Arab, atau negara-negara besar mengenai serangan ini. Namun, mengingat posisi Yaman sebagai kawasan rawan konflik dan krisis kemanusiaan, respons internasional kemungkinan akan segera menyusul baik dalam bentuk kecaman, seruan damai, atau bahkan eskalasi diplomatik.
Langit Yaman Kembali Membara
Kampanye udara Israel di bawah nama Operasi Bendera Hitam menambah daftar panjang konflik militer di Timur Tengah yang bersifat proksi, kompleks, dan sangat rentan memicu ketegangan lintas batas. Sementara warga sipil Yaman kembali menjadi korban benturan kekuatan geopolitik besar, dunia kini menanti: apakah ini awal dari eskalasi baru yang lebih luas—atau hanya satu lagi episode berdarah dalam sejarah panjang konflik di kawasan?
(*)
#AgresiIsrael #Internasional #Yaman