Breaking News

Gawat! Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Diduga Dekat Kabel Listrik Bawah Laut Jawa-Bali, ROV Temukan Titik Kritis

Diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya terdeteksi dekati kabel listrik Jawa-Bali (Foto: Ist/Avirista M

D'On, Banyuwangi –
Operasi pencarian bangkai KMP Tunu Pratama Jaya, kapal feri yang tenggelam di Selat Bali pada awal Juli 2025, kini memasuki babak krusial. Tim gabungan pencarian dan penyelamatan (SAR) melaporkan adanya temuan benda mencurigakan di dasar laut, yang diduga kuat sebagai sisa-sisa badan kapal. Namun yang membuat situasi menjadi semakin genting, lokasi benda itu berada hanya sekitar 30 meter dari kabel listrik bawah laut bertegangan tinggi yang mengalirkan daya dari Jawa ke Bali.

Penemuan ini dipastikan berdasarkan pantauan dari Remotely Operated Vehicle (ROV) robot bawah laut yang diturunkan oleh KRI Pulau Fanildo, kapal milik TNI AL yang dikerahkan khusus dalam operasi SAR ini.

Titik Kritis: Hanya 30 Meter dari Kabel 150 KV

Deputi Operasi Pencarian dan Pertolongan Kesiapsiagaan Basarnas, Ribut Eko Suyatno, menjelaskan bahwa hasil pemantauan ROV menemukan dua objek logam besar di titik referensi empat dan tujuh. Keduanya diduga merupakan bagian dari struktur kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam pada 3 Juli dini hari.

“Dari data yang kami miliki, posisi objek dengan kabel listrik bawah laut hanya berjarak sekitar 30 meter. Jika benar ini bangkai kapal, maka penanganan harus sangat hati-hati, mengingat kabel ini adalah kabel transmisi listrik utama dari Jawa ke Bali dengan tegangan 150 kilovolt,” ujarnya di Pelabuhan Ketapang, Rabu malam (9/7).

Ia menambahkan, pergeseran posisi kapal dari titik awal tenggelam menunjukkan bahwa bangkai kapal telah berpindah ke arah selatan, mendekati kabel listrik yang berpotensi menimbulkan resiko besar jika tidak ditangani secara cermat.

Kabel Listrik Bawah Laut Terancam, PLN Diminta Turun Tangan

Dalam situasi yang genting ini, Basarnas meminta masukan teknis dari PLN, mengingat kabel bawah laut bukan sekadar struktur logam biasa—tapi jalur penting sistem kelistrikan antar pulau.

“Saya akan segera berkoordinasi lagi dengan seluruh stakeholder SAR, termasuk PLN, agar langkah-langkah kita tidak menimbulkan risiko lanjutan, baik bagi tim pencari maupun sistem kelistrikan nasional,” tegas Ribut.

ROV Hanyut, Gagal Ambil Gambar Jelas

Sementara itu, Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurl) Koarmada II, Laksamana Pertama TNI Endra Hartono, mengungkapkan bahwa ROV sempat berhasil turun hingga kedalaman 49 meter dan menangkap gambar objek bawah air yang menyerupai struktur kapal.

Namun, proses dokumentasi visual terganggu saat ROV hanyut terbawa arus kuat di kedalaman 35 meter.

“Saat diturunkan sekitar pukul 07.30 WIB pagi tadi dari KRI Pulau Fanildo, kamera sempat mendeteksi objek yang diyakini kapal. Namun, arus bawah laut cukup kuat dan membuat kamera gagal mengambil gambar lebih jelas,” kata Endra.

Kronologi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya

KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu malam, 2 Juli 2025 pukul 23.15 WIB (00.15 WITA, Kamis 3 Juli). Kapal ini sempat mengirimkan kode merah setelah mengalami kebocoran pada mesin. Permintaan tolong diterima oleh operator Pelabuhan Gilimanuk dan kapal terdekat.

Tak lama kemudian, sekitar pukul 00.19 WITA, kapal mengalami blackout alias kehilangan daya sepenuhnya di tengah laut, membuatnya tak dapat dikendalikan. Di dalam kapal terdapat 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 kendaraan dari berbagai jenis.

Tragis: 25 Orang Masih Hilang, Tim SAR Berpacu dengan Waktu

Hingga 9 Juli malam, pencarian masih dilakukan oleh sekitar 1.000 personel gabungan dari laut, darat, dan udara. Mereka menyisir area dari perairan Tanjungwangi (perbatasan Banyuwangi dan Situbondo) hingga ke wilayah selatan Selat Bali, termasuk pesisir Desa Banyu Biru, Kecamatan Negara, Bali—sekitar 60 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk.

Data terakhir menunjukkan:

  • 30 orang selamat
  • 12 orang tewas
  • 25 orang masih dalam pencarian

Dua korban tambahan ditemukan di perairan Pebuahan, Jembrana, Rabu malam (9 Juli), memperluas radius pencarian hingga ke pesisir selatan Bali.

Cuaca Dinamis dan Arus Kuat Hambat Proses Pencarian

Proses pencarian semakin sulit karena faktor cuaca yang dinamis dan tidak menentu di Selat Bali, serta arus laut yang kuat yang berpotensi memindahkan bangkai kapal atau jenazah korban jauh dari titik awal tenggelam.

Misi Kemanusiaan yang Berpacu dengan Risiko dan Waktu

Kini, misi pencarian bangkai KMP Tunu Pratama Jaya bukan hanya soal menemukan korban yang hilang, tapi juga menghindari ancaman baru terhadap infrastruktur vital negara. Dengan posisi kapal yang diduga berada sangat dekat dengan kabel listrik bawah laut, operasi ini telah berubah menjadi misi kemanusiaan yang berpacu dengan risiko besar dan waktu yang terus menipis.

Pihak Basarnas, TNI AL, PLN, dan seluruh unsur gabungan kini dihadapkan pada pilihan sulit: menyelamatkan nyawa dan mengamankan jaringan energi nasional secara bersamaan.

(Mond)

#KMPTunuPratamaJaya #Peristiwa #KapalTenggelam