Selayang Pandang Sejarah Hari Lahir Pancasila dan Pidato Soekarno yang Menggema di Sidang BPUPKI
Sejarah Hari Lahir Pancasila dan Pidato Soekarno di Sidang Dokuritsu Junbi Cosakai/ist
Dirgantaraonline – Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati momen bersejarah: Hari Lahir Pancasila. Ini bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan hari yang menjadi tonggak berdirinya fondasi ideologis negara Indonesia. Tanggal ini merujuk pada pidato monumental yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 di hadapan sidang Dokuritsu Junbi Cosakai, atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Latar Belakang Sejarah: Perang, Kekalahan, dan Janji Kemerdekaan
Untuk memahami mengapa momen ini begitu penting, kita perlu mundur sejenak ke awal tahun 1940-an, ketika dunia sedang dilanda kekacauan akibat Perang Dunia II. Jepang, yang menjadi salah satu kekuatan Poros, berhasil mengusir Belanda dari Hindia Timur (Indonesia) pada 1942. Namun kemenangan itu tidak bertahan lama. Pada tahun 1945, posisi Jepang mulai terdesak dalam Perang Pasifik, terutama setelah Amerika Serikat melancarkan serangan balasan di berbagai wilayah Asia-Pasifik.
Dalam kondisi terjepit, Jepang mencoba memenangkan hati rakyat Indonesia agar tetap mendukung kekuasaannya. Salah satu langkah strategis mereka adalah dengan menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia sebuah janji yang selama ratusan tahun tidak pernah diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Sebagai bukti dari janji itu, Jepang membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI), sebuah badan semi-legislatif yang diberi mandat untuk memikirkan dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI resmi dibentuk pada 29 April 1945, dan menggelar sidang pertamanya pada 29 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In, yang kini dikenal sebagai Gedung Pancasila, Jakarta.
Soekarno dan Pidato yang Menggetarkan: Lahirnya Gagasan Pancasila
Setelah dua hari pertama sidang digunakan untuk menyampaikan pandangan oleh beberapa tokoh seperti Mohammad Yamin dan Soepomo, tibalah giliran Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Dengan retorika yang menggugah dan visi kenegaraan yang tajam, Soekarno berdiri di hadapan para anggota BPUPKI dan menyampaikan pidato tanpa teks tertulis—pidato yang kelak menjadi landasan filsafat bangsa Indonesia.
Dalam pidatonya, Soekarno menyampaikan lima prinsip dasar untuk negara Indonesia merdeka, yang ia sebut dengan istilah “Pancasila”:
- Kebangsaan Indonesia
- Internasionalisme atau Perikemanusiaan
- Mufakat atau Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Ketuhanan yang Berkebudayaan
Pidato Soekarno tidak hanya berisi ide, tapi juga semangat revolusi. Ia merumuskan dasar negara bukan berdasarkan agama tertentu, golongan, atau etnis, melainkan semangat persatuan, kemanusiaan, dan keadilan yang inklusif dan menyatukan. Kata “Pancasila” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, di mana "panca" berarti lima dan "sila" berarti prinsip atau asas.
Pidato ini menjadi titik balik, karena untuk pertama kalinya gagasan dasar negara Indonesia disampaikan secara jelas dan menyeluruh.
Panitia Sembilan: Merumuskan Jiwa Bangsa
Setelah pidato bersejarah itu, BPUPKI merasa perlu memperdalam dan menyempurnakan rumusan tersebut. Maka dibentuklah Panitia Sembilan, sebuah tim kecil yang terdiri dari tokoh-tokoh penting lintas kelompok dan aliran pemikiran. Anggotanya adalah:
- Ir. Soekarno
- Drs. Mohammad Hatta
- Mr. A.A. Maramis
- Mr. Achmad Soebardjo
- Abikoesno Tjokrosoejoso
- H. Agus Salim
- Wahid Hasyim
- Abdul Kahar Muzakir
- Mohammad Yamin
Hasil kerja Panitia Sembilan adalah sebuah dokumen monumental yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yang memuat rumusan Pancasila dalam bentuk awal sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar.
Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara
Akhirnya, pada 18 Agustus 1945, satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945, dengan Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar negara yang sah dan final.
Dengan demikian, lahirlah Pancasila—sebuah ideologi yang bukan hanya sebagai fondasi hukum negara, tetapi juga sebagai jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia.
Refleksi Hari Ini: Pancasila Sebagai Kompas Kebangsaan
Setiap peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momen untuk merefleksikan nilai-nilai yang telah diwariskan para pendiri bangsa. Dalam dunia yang terus berubah, dengan tantangan disintegrasi, intoleransi, dan krisis identitas, Pancasila tetap relevan sebagai kompas moral dan kebangsaan yang menyatukan keberagaman Indonesia dalam satu kesatuan: Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagaimana Soekarno pernah berkata:
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya."
Hari Lahir Pancasila bukan hanya peringatan sejarah, melainkan panggilan untuk menjaga warisan yang diperjuangkan dengan gagasan dan pengorbanan luar biasa.
(Mond)
#HariLahirPancasila #Sejarah #Nasional