Breaking News

Tragedi Oplosan di Lapas Bukittinggi: 4 Napi Tewas Usai Konsumsi Alkohol Parfum, Ditjenpas Bentuk Tim Investigasi

Lapas Bukittinggi 

D'On, 
Bukittinggi, Sumatera Barat Tragedi memilukan kembali mengguncang Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Bukittinggi. Empat narapidana dilaporkan meninggal dunia setelah mengonsumsi minuman oplosan yang ternyata berasal dari alkohol 70 persen bahan baku pembuatan parfum yang dicampur dengan minuman kemasan. Peristiwa tragis ini membuka kembali perdebatan publik soal pengawasan dan pengendalian bahan berbahaya di dalam penjara.

Insiden ini bermula dari upaya beberapa narapidana yang diduga ingin merasakan efek memabukkan dengan mengakali alkohol yang tersedia di dalam Lapas. Alkohol tersebut sejatinya digunakan sebagai bahan utama dalam program pembinaan pembuatan parfum, namun entah bagaimana, bisa diakses tanpa pengawasan ketat. Mereka mencampurnya dengan minuman kemasan, air, dan es batu, lalu mengonsumsinya secara bergiliran.

Dari Empat Nyawa Melayang hingga Puluhan Dirawat

Tragedi ini terjadi pada awal Mei 2025. Awalnya, satu per satu narapidana mulai menunjukkan gejala keracunan pusing berat, muntah, dan kesulitan bernapas. Sebanyak 23 orang akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dalam kondisi kritis. Tim medis rumah sakit pun dibuat sibuk oleh datangnya puluhan pasien dari Lapas, sebuah hal yang jarang terjadi.

Sayangnya, meski telah mendapat perawatan intensif di ruang ICU, empat di antaranya tidak berhasil diselamatkan. Nyawa mereka melayang karena komplikasi akibat kandungan metanol tinggi yang terdapat dalam alkohol tersebut—zat yang sangat berbahaya bila dikonsumsi.

Ditjenpas Bertindak, Pejabat Lapas Dicopot dan Warga Binaan Dipindahkan

Menanggapi tragedi ini, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Sumatera Barat langsung bergerak cepat. Kepala Kanwil Ditjenpas Sumbar, Marselina Budiningsih, menyampaikan bahwa pihaknya telah membentuk tim internal guna mengusut tuntas kejadian ini. Beberapa pejabat Lapas Bukittinggi pun telah dialihkan dari jabatannya.

"Kami telah mengalih tugaskan beberapa pejabat Lapas Bukittinggi dan memindahkan sejumlah warga binaan sebagai bagian dari proses pemeriksaan internal," ujar Marselina dalam konferensi pers pada Selasa, 6 Mei 2025.

Ia menegaskan, tidak ditemukan indikasi adanya kesengajaan atau kelalaian sistematis dari pihak Lapas dalam insiden ini. Menurutnya, alkohol 70 persen yang digunakan narapidana tidak berasal dari luar, melainkan dari ruangan pelatihan kerja pembuatan parfum yang memang menjadi bagian dari program pembinaan keterampilan di dalam Lapas.

Alkohol untuk Parfum, Bukan untuk Diminum

Program pelatihan pembuatan parfum ini sebenarnya dirancang untuk memberikan bekal keterampilan kepada warga binaan agar mereka bisa lebih siap menghadapi kehidupan setelah bebas. Namun, program yang sejatinya berniat baik ini berubah menjadi tragedi ketika bahan-bahan di dalamnya disalahgunakan.

Kepala Lapas Bukittinggi, Herdianto, mengaku bahwa salah satu warga binaan mengambil sekitar 200 ml alkohol dari ruang pelatihan tanpa izin petugas. "Alasan awalnya untuk menghapus tato temannya, namun akhirnya disalahgunakan," katanya.

Sayangnya, pengambilan tanpa izin ini tidak diketahui petugas hingga nasi telah menjadi bubur. Alkohol itu lalu dicampur dengan minuman kemasan, air, dan es batu, sebelum diminum bersama-sama. Dalam waktu singkat, gejala keracunan mulai dirasakan.

Langkah Lanjutan dan Evaluasi Sistem Pengawasan

Meski saat ini seluruh narapidana yang sebelumnya dirawat telah dipulangkan ke Lapas, luka mendalam tetap tertinggal. Empat keluarga narapidana kini harus menerima kenyataan pahit kehilangan orang terdekat mereka di balik jeruji besi tempat yang seharusnya menjadi ajang pembinaan, bukan tragedi.

Ditjenpas Sumbar berjanji akan mengevaluasi ulang sistem pengawasan bahan-bahan berbahaya di dalam Lapas. Tim investigasi internal akan memeriksa seluruh alur distribusi dan akses ke bahan-bahan kimia agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.

Tragedi di Lapas Bukittinggi ini menjadi cermin bagi sistem pemasyarakatan Indonesia bahwa niat baik tidak cukup bila tidak diimbangi dengan pengawasan yang ketat. Program pembinaan harus terus berjalan, tetapi sistem pengamanan bahan berbahaya harus diperkuat.

Satu botol alkohol bisa jadi bekal usaha bagi narapidana. Namun jika jatuh ke tangan yang salah tanpa pengawasan, ia bisa berubah menjadi pemicu kematian.

(Mond)

#MirasOplosan #LapasBukittinggi #Ditjenpas