Breaking News

Remaja 18 Tahun di Gowa Ditangkap Densus 88, Diduga Aktif Sebarkan Propaganda ISIS Lewat WhatsApp

Dua petugas Kepolisian berjaga di pintu masuk Mako Brimob di Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (26/6/2018). ANTARA FOTO

D'On, Gowa, Sulawesi Selatan
– Sabtu sore yang tampak biasa di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, mendadak menjadi sorotan aparat keamanan. Sekitar pukul 17.20 WITA, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) bergerak cepat dan berhasil menangkap seorang remaja berusia 18 tahun berinisial MAS. Penangkapan ini bukan perkara ringan MAS diduga kuat terafiliasi dengan jaringan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) serta aktif menyebarkan ajaran radikal melalui kanal digital.

Menurut keterangan resmi yang diterima redaksi  pada Minggu (25/5/2025), Kepala Subdirektorat Kontra Naratif Direktorat Pencegahan Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengungkap bahwa MAS menjadi sosok sentral dalam sebuah grup komunikasi digital yang menyebarkan konten ekstremis.

“MAS teridentifikasi aktif dalam kanal komunikasi digital yang secara rutin menyebarkan propaganda ideologi ISIS, termasuk seruan untuk melakukan aksi teror, seperti pengeboman tempat ibadah,” ujar Mayndra.

Grup WhatsApp “Daulah Islamiyah”: Sarang Propaganda Digital

MAS diduga menjadi pengelola utama sebuah grup WhatsApp bernama “Daulah Islamiyah”, yang menurut hasil penyelidikan telah aktif sejak Desember 2024. Dalam grup tersebut, Densus 88 menemukan berbagai jenis konten mulai dari foto, video, rekaman suara, hingga dokumen tertulis yang memuat ajakan jihad bersenjata, glorifikasi kekerasan, serta pembenaran terhadap aksi bom bunuh diri.

“Yang mengkhawatirkan, di dalam grup itu ditemukan pembahasan intens terkait hukum penggunaan bom bunuh diri dalam konteks yang mengikuti narasi ekstremis ISIS. Nomor telepon milik MAS terverifikasi sebagai administrator utama,” jelas Mayndra.

Kanal semacam ini bukan sekadar tempat berbagi informasi, melainkan juga menjadi wadah pembentukan ideologi dan perekrutan simpatisan. MAS, meskipun masih berstatus remaja, diduga memainkan peran penting sebagai fasilitator penyebaran paham radikal ke kalangan muda lainnya.

Barang Bukti dan Langkah Lanjutan

Dalam proses penangkapan, Densus 88 turut menyita sejumlah barang bukti penting yang diduga digunakan MAS untuk menjalankan aktivitas propagandanya. Di antaranya satu unit sepeda motor Honda Blade dan sebuah ponsel Oppo A3X. Ponsel tersebut kini menjadi kunci utama dalam proses penyelidikan lebih dalam, karena diduga menyimpan berbagai jejak digital terkait aktivitas terorisme.

Saat ini, MAS sedang menjalani interogasi intensif oleh penyidik. Tim Densus 88 tengah mendalami jaringan yang mungkin lebih luas di balik aktivitasnya, termasuk kemungkinan adanya aktor lain di balik grup “Daulah Islamiyah”.

Ancaman Teror di Era Digital

Kasus ini sekali lagi menjadi peringatan akan bahaya nyata propaganda ekstremis yang merambah ke dunia digital. Generasi muda kini bukan hanya menjadi target, tetapi juga pelaku potensial penyebaran paham radikal. Penggunaan platform seperti WhatsApp, Telegram, hingga forum-forum tertutup menjadi metode baru yang digunakan kelompok teroris untuk menyusupkan ideologi kekerasan ke dalam kehidupan sehari-hari.

“Densus 88 akan terus memburu pihak-pihak yang menggunakan teknologi untuk menyebarkan teror. Kami juga mengimbau masyarakat agar tidak ragu melaporkan aktivitas mencurigakan, sekecil apa pun itu, kepada aparat keamanan,” tegas Mayndra.

Penangkapan MAS menunjukkan bahwa ancaman terorisme tidak lagi terbatas pada wilayah konflik atau kota-kota besar. Bahkan di sudut-sudut perumahan di Sulawesi Selatan, bibit radikalisme bisa tumbuh jika tidak diantisipasi sejak dini.

(T)

#ISIS #Teroris #Densus88 #DaulahIslamiyah