Breaking News

Air Mata Duka di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan

D'On, Malang (Jatim),- Jumlah syal Aremania di depan pintu 13 Stadion Kanjuruhan Malang terus bertambah. Tampak beberapa sengaja diikatkan di gagang pintu, kendati lebih banyak dibiarkan tergeletak di antara bunga tabur yang terus menggunung.


Syal itu sengaja diletakkan oleh pemiliknya sebagai penghormatan sekaligus doa untuk Aremania yang terenggut jiwanya akibat berdesakan berebut keluar stadion. Dari 131 korban jiwa dalam peristiwa tragis itu memang jumlah terbesar korban meninggal dunia di Pintu 13.

Tembakan gas air mata kala itu membuat Aremania yang menempati tribun selatan berusaha mencari jalan keluar. Tetapi nahas, pintu yang menjadi harapan melepaskan pedihnya gas air mata itu justru tertutup rapat.

Teriakan minta tolong agar pintu dibuka tidak dihiraukan. Sementara jumlah penonton yang panik di lorong tangga yang terjal menurun itu terus bertambah jumlahnya. Mereka terjebak tanpa mendapat pertolongan hingga ajal menjemput.

Peristiwa kelam Sabtu, 1 Oktober itu pun seolah masih tergambar jelas di lokasi kejadian pintu 13. Pintu kokoh warna biru itu tampak sedikit menonjol terdorong ke luar bekas desakan dari dalam stadion.

Besi tangga rusak dan tembok ventilasi jebol yang berusaha digunakan menolong para korban. Serta barang-barang milik korban yang banyak tercecer tertinggal di lokasi kejadian.

Sejak hari pertama, banyak masyarakat yang terus berdatangan memanjatkan doa di Pintu 13, Pintu 11 dan sekitarnya. Sahabat dan keluarga datang menaburkan bunga, menyalakan lilin, meletakkan barang dan makanan kecintaan korban, termasuk membaca tahlil dan yasin di sekitar lokasi.

Tidak jarang mereka yang datang terbawa dalam kesedihan begitu dalam hingga tidak kuasa menahan tangis. Saat suasana demikian, anggota keluarga yang lain berusaha menguatkan untuk tabah dan tidak larut dalam kesedihan.

"Maaf saya tidak mampu bercerita," kata pria memakai bucket hat yang sejak kedatangannya tampak tidak berhenti menangis.

Anandya Safina mengaku berdoa untuk temannya Muhammad Rizal dan para Aremania lain yang menjadi korban dalam peristiwa itu. Remaja asal Dinoyo Malang itu memberikan sebuah catatan pesan yang ditempelkan di Pintu 13.

"Itu stiker kecil, catatan pesan seperti Kanjuruhan Disaster," katanya. Catatan kecil itu sebagai curahan hatinya agar kasus ini diusut sampai tuntas.

Ia mengaku tidak menyaksikan langsung pertandingan malam itu, karena sejak awal perasaannya sudah tidak nyaman untuk berangkat. Sehingga memilih tidak bergabung dengan teman-teman komunitasnya itu.

Namun malam itu juga mendengar kabar kalau banyak korban meninggal dunia. Nindya mengaku sangat kaget saat sahabatnya turut menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa itu.

"Temen saya itu tersebar di pintu 9 dan 10 itu aman walaupun terkena gas air mata. Hanya yang di pintu 13 ini yang menjadi korban," ungkapnya.

Nindya menyebut Rizal, teman laki-lakinya itu sebagai orang lain tetapi sudah sangat dekat seperti keluarga. Seperti masyarakat yang lain, dirinya menyesalkan peristiwa itu menimpa para Aremania yang tidak berdosa.

Nindya dan ribuan Aremania serta banyak anggota keluarga lain keseharian terus memanjatkan doa bagi para korban. Silih berganti sebagian mereka berdatangan ke pintu 13 dan pintu-pintu lain di Stadion Kanjuruhan.

Syal dan barang-barang memorable itu pun hingga kini tergantung, termasuk di sejumlah titik lokasi lain di Malang. Jumlahnya terus bertambah. Bukan sekadar kenangan pedih, tetapi penyampai pesan agar kasus ini diusut tuntas. Salam Satu Jiwa!


(mdk/ded)

#TragjediKanjuruhan #Sepakbola #Kanjuruhan #Aremania