Breaking News

Longsoran Raksasa di Hulu Ubah Wajah Sungai Kuranji

Keadaan Sungai Kuranji Pasca Banjir Bandang 

D'On, Padang
- Deru air keruh berwarna cokelat pekat masih terdengar menggeram di sepanjang aliran Sungai Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat. Sungai yang selama puluhan tahun menjadi nadi kehidupan warga kini berubah drastis. Lebarnya melebar hingga 30–50 meter, menggerus sisi-sisi daratan yang dulu kokoh menopang permukiman penduduk.

Di kawasan Tabing Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo, jejak kehancuran tampak jelas. Lima rumah warga dinyatakan hilang tersapu arus, sementara dua lainnya rusak berat. Yang tersisa kini hanyalah puing-puing bangunan, potongan kayu, dan endapan lumpur tebal sebagai saksi bisu dahsyatnya banjir bandang pada 26–27 November 2025.

“Berdasarkan laporan dari tim satgas di lapangan, terdapat lima rumah yang hanyut dan dua rusak berat akibat banjir dan longsor beberapa hari lalu,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Thomas Nifinluri, saat meninjau lokasi bencana, Selasa (9/12/2025).

DAS Kuranji: Jalur Air Raksasa yang Kini Mengamuk

Sungai Kuranji merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Kawasan Air Dingin dengan luas mencapai sekitar 21 ribu hektare, merujuk pada data Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Agam Kuantan.

Rinciannya mencakup:

  • Areal Penggunaan Lain (APL): 9.069,93 hektare
  • Hutan lindung: 2.888,36 hektare
  • Suaka margasatwa: 9.263,74 hektare
  • Tubuh air: 106,16 hektare

Panjang total DAS ini mencapai 24 kilometer, membentang dari hulu hingga muara di pesisir pantai Padang.

“Sekitar 50 persen wilayah DAS ini berada dalam kawasan konservasi dan kawasan industri. Sisanya APL dan tubuh air,” jelas Thomas.

Artinya, bencana yang terjadi bukan hanya berdampak pada permukiman warga, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem hutan, satwa liar, serta sistem hidrologi kota.

Longsoran Raksasa dari Suaka Margasatwa Jadi Pemicu Utama

Kepala BKSDA Sumatera Barat, Hartono, mengungkapkan bahwa penyebab utama pelebaran Sungai Kuranji bukan sekadar luapan air, melainkan tekanan material longsoran dalam skala sangat besar dari wilayah hulu.

Material tersebut berupa:

  • Kayu-kayu besar
  • Sedimen lumpur tebal
  • Batuan dan tanah lepas

Semua itu terbawa arus deras dan menghantam badan sungai dengan daya dorong luar biasa.

“Pelebaran sungai mencapai 50 meter. Ini terjadi akibat material besar yang terbawa dari hulu,” kata Hartono di Posko Penanggulangan Bencana Banjir Kementerian Kehutanan di Padang.

Hasil analisis citra satelit mengungkap fakta mencengangkan:
Terjadi longsoran besar di kawasan Suaka Margasatwa Barisan, sekitar 11 kilometer dari titik banjir di Kota Padang.

“Berdasarkan citra satelit, terdeteksi longsoran dalam jumlah yang sangat luar biasa di hulunya, tepatnya di Suaka Margasatwa Barisan,” ungkap Hartono.

Longsoran ini disebut sebagai sumber utama gelombang material raksasa yang masuk ke badan Sungai Kuranji dan memicu perubahan struktur alur sungai secara permanen.

Hutan Dipantau Ketat, Dugaan Kerusakan Tutupan Lahan Diselidiki

Saat ini, BKSDA Sumbar bersama Tim Pengamanan Kawasan Hutan (PKH), Mabes Polri, dan Polda Sumbar terus melakukan pemantauan intensif di wilayah hulu.

Pemeriksaan difokuskan pada:

  • Kondisi tutupan hutan sebelum bencana
  • Perubahan vegetasi 1–3 minggu sebelum kejadian
  • Kemungkinan gangguan aktivitas manusia

“Kami akan mengecek kondisi tegakan dan tutupan lahan apakah masih baik sebelum bencana terjadi,” ujar Hartono.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah bencana murni akibat faktor alam atau dipengaruhi oleh degradasi kawasan hutan.

Padang Dikepung Ancaman dari Lima DAS Besar

Tak hanya DAS Kuranji, Kota Padang ternyata memiliki lima DAS besar yang kini masuk dalam pemantauan intensif. Tiga di antaranya dinyatakan sebagai DAS utama dengan risiko banjir bandang tertinggi.

“Di Padang ini ada lima DAS, tiga di antaranya DAS besar dan paling terdampak,” ujar Hartono.

Kondisi geografis Padang yang berada di antara perbukitan Barisan dan pesisir Samudera Hindia menjadikan kota ini sangat rentan terhadap banjir bandang, longsor, dan aliran debris.

Struktur Sungai Berubah Permanen, Ancaman Bencana Susulan Mengintai

Hartono menegaskan, perubahan Sungai Kuranji bukan sekadar pelebaran sementara, tetapi sudah menyentuh perubahan struktur fisik alur sungai secara permanen.

“Bayangkan dengan ruasan sebegitu luas, material longsoran, daya dorongnya, dan kubikasi bahannya. Itu bukan skala kecil,” tegasnya.

Kondisi ini membuat:

  • Risiko banjir susulan meningkat
  • Daya tampung sungai berubah
  • Ancaman erosi dan amblesan tanah makin besar

Luka Mendalam bagi Warga Padang

Bagi warga Tabing Banda Gadang, bencana ini bukan sekadar angka statistik. Rumah yang hanyut adalah seluruh harta kehidupan mereka.
Kini mereka harus memulai segalanya dari nol, sementara ancaman bencana masih terus menghantui.

Sungai Kuranji yang dahulu menjadi sumber air, tempat mencari ikan, dan jalur kehidupan, kini berubah menjadi simbol amarah alam yang belum sepenuhnya reda.

(L6)

#Padang #BanjirPadang #SungaiKuranji