Breaking News

Polisi Minta Warganet Viralkan Pengendara Lawan Arah: “Stop Contraflow, Nyawa Taruhannya”

Ilustrasi Pengendara Lawan Arah

D'On, Jakarta
Di tengah hiruk pikuk jalanan Indonesia yang kian padat dan rawan, satu bentuk pelanggaran lalu lintas kini menjadi perhatian serius Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri: pengendara yang nekat melawan arus alias contraflow ilegal.

Bukan hanya melanggar aturan, aksi nekat ini disebut mengundang maut  dan setiap hari, nyawa melayang karenanya.

Brigadir Jenderal Faizal, Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Korlantas Polri, tak lagi menahan kekhawatirannya. Ia menyebut pelanggaran lawan arah sebagai “bom waktu di jalan raya”, yang kapan saja bisa meledak menjadi tragedi.

Seruan ke Netizen: Viralkan, Bukan Sekadar Kecam

Dalam pernyataannya yang dikutip dari laman resmi Korlantas Polri, Selasa (7/10/2025), Brigjen Faizal menyerukan agar masyarakat  terutama para warganet aktif di media sosial  ikut mengambil peran penting.
Bukan hanya menjadi penonton, tapi menjadi pengawas publik yang berani bersuara.

“Kemarin saya bilang sama Pak Kakor, ‘Jenderal, mudah-mudahan netizen ini mau juga memviralkan stop contraflow. Kita minta pada teman-teman netizen untuk bantu viralkan  Stop contraflow!’,” ujarnya penuh harap.

Menurut Faizal, efek viral di media sosial tidak bisa dianggap remeh. Dalam banyak kasus, sanksi sosial dari publik jauh lebih menohok dibanding tilang atau denda.
Ketika wajah dan plat nomor pelanggar tersebar luas, efek jera muncul  bukan hanya bagi pelaku, tapi juga bagi ribuan pengguna jalan lain yang menonton.

Lebih Berbahaya dari Sirine dan Strobo

Faizal menegaskan, fenomena pengendara yang melawan arah jauh lebih berbahaya ketimbang sekadar penyalahgunaan sirine atau strobo.
Jika sirine palsu hanya menimbulkan keresahan, maka contraflow ilegal bisa langsung mengundang kematian.

“Jangan cuma yang viral itu soal ‘tot tot wuk wuk’ (sirine ilegal). Karena yang lebih berbahaya itu lawan arus. Nyawa taruhannya,” tegasnya.

Ia menilai, masyarakat selama ini lebih fokus pada isu-isu viral yang menarik perhatian emosional  seperti penggunaan rotator palsu atau konvoi arogan  sementara pelanggaran yang benar-benar berpotensi mematikan justru terabaikan.

15 Nyawa Hilang Setiap Hari

Statistik yang diungkap Faizal membuat bulu kuduk berdiri.
Setiap hari, sekitar 15 orang tewas di jalan akibat kecelakaan lalu lintas. Salah satu penyebab utama? Pengendara yang melawan arus dengan kecepatan tinggi, tanpa memikirkan keselamatan diri maupun orang lain.

“Setiap hari ada 15 orang meninggal karena salah satunya contraflow. Tapi begitu kita hentikan, malah duluan marah mereka,” kata Faizal dengan nada prihatin.

Tragedi-tragedi itu sering kali berawal dari hal sepele: seseorang ingin memotong jalan, menghemat waktu, atau sekadar menghindari macet. Tapi keputusan singkat itu berubah menjadi keputusan terakhir dalam hidup mereka  atau dalam hidup orang lain yang kebetulan melintas di jalur yang benar.

Jalan Raya Bukan Arena Ego

Faizal mengingatkan, jalan raya bukanlah milik pribadi. Ia adalah ruang publik, tempat di mana setiap pengguna punya hak yang sama untuk selamat.
Di situlah pentingnya disiplin, empati, dan rasa saling menghormati.

“Jalan itu tempat berempati, tempat kita saling menghargai,” ujarnya. “Kalau semua mau menang sendiri, maka yang kalah adalah nyawa manusia.”

Seruan ini bukan sekadar imbauan moral. Ia adalah peringatan keras dari aparat yang setiap hari menyaksikan langsung darah dan air mata akibat pelanggaran lalu lintas.

Kampanye “Stop Contraflow” Dimulai

Korlantas kini berencana menggandeng komunitas motor, influencer otomotif, hingga pegiat lalu lintas untuk mengampanyekan gerakan #StopContraflow.
Tujuannya jelas: membangun kesadaran kolektif bahwa keselamatan di jalan dimulai dari hal sederhana  taat arah, patuh rambu, dan menghargai sesama pengguna jalan.

Kampanye ini diharapkan bisa meniru kesuksesan gerakan “No Sirine Ilegal” yang sempat viral beberapa waktu lalu. Namun kali ini, taruhannya lebih besar: nyawa manusia.

“Viral” yang Menyelamatkan

Di era digital, tak semua hal yang viral harus memalukan.
Kali ini, Korlantas berharap netizen bisa memanfaatkan kekuatan viral untuk menyelamatkan nyawa, bukan sekadar mencari sensasi.

“Kalau bisa viral untuk kebaikan, kenapa tidak? Ini bukan sekadar aturan, tapi tentang nyawa,” tutup Brigjen Faizal.

(*)

#KorlantasPolri #Viral #Lalulintas