Breaking News

Tragedi Keracunan Massal Program Makan Bergizi Gratis di Cipongkor: 631 Siswa Jadi Korban, dari Mual hingga Kejang

Korban Keracunan MBG di Cipongkor KBB (Foto: Robby/merdeka.com)

D'On, Bandung Barat
– Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, dikejutkan oleh kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam waktu dua hari saja, jumlah korban terus melonjak hingga mencapai 631 orang siswa dari berbagai sekolah. Tragedi ini tidak hanya menimbulkan kepanikan di kalangan orang tua dan masyarakat, tetapi juga menyoroti lemahnya pengawasan dalam distribusi makanan bagi anak-anak sekolah.

Gelombang Pertama: 411 Korban dari Desa Sirnagalih

Kasus pertama pecah pada Senin, 22 September 2025. Ratusan siswa dari Desa Sirnagalih jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan dari dapur MBG. Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat mencatat 411 korban.

“Per 24 September 2025 pukul 07.15 WIB, jumlah korban keracunan MBG di Desa Sirnagalih sudah mencapai 411 orang,” ungkap Plt Kepala Dinas Kesehatan KBB, Lia N. Sukandar.

Ratusan siswa itu mengalami gejala yang cukup beragam. Dari catatan medis:

  • 288 siswa mengalami mual
  • 109 muntah hebat
  • 159 pusing
  • 36 diare
  • 45 sakit kepala
  • 78 tubuh lemas
  • 100 sesak napas
  • 52 demam
  • 112 sakit perut
  • 2 siswa kejang-kejang

Sebanyak 47 siswa harus menjalani rawat inap, sementara 364 lainnya mendapat perawatan rawat jalan. Meski sebagian besar sudah dipulangkan, situasi tetap mengkhawatirkan karena gejala muncul serentak dan dengan intensitas cukup berat.

Gelombang Kedua: Ratusan Siswa SMK Karya Perjuangan Tumbang

Belum tuntas penanganan kasus pertama, gelombang keracunan kedua kembali mengguncang Cipongkor. Rabu, 24 September 2025, siswa dari SMK Karya Perjuangan dan beberapa sekolah lainnya di Desa Negladari tiba-tiba mengalami gejala serupa setelah mengonsumsi makanan MBG yang diolah di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pasirsaji.

Hanya dalam rentang waktu sekitar satu setengah jam, 220 siswa berjatuhan dengan keluhan mual, muntah, hingga lemas.

“Jumlah korban terus bertambah. Sampai saat ini mungkin sudah sekitar 220 yang datang,” jelas Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah.

Dengan tambahan kasus terbaru, total korban keracunan MBG di Cipongkor mencapai 631 siswa.

Penanganan Darurat di Posko dan Rumah Sakit

Lonjakan jumlah korban membuat fasilitas kesehatan kewalahan. Pemerintah daerah membuka beberapa titik posko darurat untuk menampung para pasien. Berdasarkan data yang dihimpun:

  1. Posko Puskesmas Cipongkor

    • 93 siswa ditangani
    • Semua sudah dinyatakan sembuh dan dipulangkan
  2. RSUD Cililin

    • Total 35 siswa
    • 16 dirawat inap
    • 19 rawat jalan, sudah dipulangkan
  3. Posko Kecamatan Cipongkor

    • 255 siswa ditangani
    • 15 masih dirawat
    • 240 berobat jalan
  4. RSIA Anugrah

    • 22 siswa
    • 10 rawat inap
    • 12 rawat jalan
  5. Klinik Permata Hati

    • 6 siswa
    • Seluruhnya menjalani rawat inap

Meskipun belum ada laporan korban meninggal, situasi ini tetap menimbulkan kekhawatiran luas. Banyak orang tua berbondong-bondong ke sekolah dan fasilitas kesehatan, cemas dengan kondisi anak-anak mereka.

Sorotan pada Program Makan Bergizi Gratis

Program MBG yang sejatinya bertujuan mulia – memastikan setiap siswa mendapat asupan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang dan konsentrasi belajar – kini justru menjadi sorotan. Tragedi di Cipongkor memperlihatkan adanya celah serius dalam sistem distribusi, penyimpanan, hingga pengolahan makanan.

Dugaan awal mengarah pada faktor kebersihan dapur dan pengawasan kualitas bahan pangan. Namun, hingga kini, pihak Dinas Kesehatan KBB bersama kepolisian masih melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti keracunan massal ini.

Masyarakat Resah, Orang Tua Tuntut Transparansi

Kejadian beruntun ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Para orang tua menuntut agar pemerintah segera mengusut tuntas kasus ini dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.

“Programnya bagus, tapi kalau akhirnya anak-anak jadi korban begini, jelas kami khawatir. Tolong ada pengawasan yang lebih ketat,” ujar salah satu wali murid di Cipongkor dengan nada penuh kekhawatiran.

Kasus keracunan massal MBG di Cipongkor menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah dan pusat. Program yang dimaksudkan untuk meningkatkan gizi siswa tidak boleh abai terhadap aspek keamanan pangan. Dengan korban mencapai 631 siswa, tragedi ini harus dijadikan pelajaran agar standar kebersihan, pengolahan, dan distribusi makanan diperketat sebelum diteruskan ke sekolah-sekolah.

(L6)

#KeracunanMBG #MakanBergiziGratis #Keracunan #Peristiwa