Raja Belanda Sepakat Kembalikan 30 Ribu Benda Bersejarah Milik Indonesia
Presiden Prabowo Subianto diterima secara resmi oleh Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda, Jumat (26/9/2025) (Biropers)
D'On, Den Haag – Sejarah baru tercatat dalam hubungan Indonesia dan Belanda. Presiden Prabowo Subianto, dalam kunjungan kenegaraan ke Belanda pada Jumat (26/9/2025), berhasil mencapai kesepakatan penting dengan Raja Willem-Alexander: Belanda akan mengembalikan 30 ribu benda, artefak, fosil, serta dokumen bersejarah milik Indonesia yang selama ini tersimpan di negeri kincir angin itu.
Kesepakatan ini diumumkan usai pertemuan resmi antara Presiden Prabowo dengan Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag. Menurut keterangan resmi Sekretariat Kabinet, pengembalian tersebut merupakan bentuk pengakuan sekaligus penghormatan Belanda terhadap sejarah panjang hubungan kedua bangsa yang selama berabad-abad terikat oleh kolonialisme.
“Salah satu agenda penting yang dibahas adalah komitmen Pemerintah Belanda untuk melakukan proses pengembalian 30.000 benda & artefak Jawa bersejarah milik Indonesia,” tulis pernyataan Sekretariat Kabinet melalui akun Instagram resminya, Sabtu (27/9/2025).
Sambutan Istimewa di Istana Huis ten Bosch
Kunjungan Presiden Prabowo ke Belanda bukanlah kunjungan biasa. Setibanya di Istana Huis ten Bosch, ia disambut langsung oleh Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima, sebuah bentuk penghormatan tinggi yang jarang diberikan kepada kepala negara sahabat.
Prabowo menaiki tangga utama istana, kemudian menandatangani buku tamu kenegaraan sebagai simbol kehadiran resmi. Dari sana, ia diarahkan menuju DNA Room, salah satu ruang kehormatan paling bergengsi di istana, tempat Raja dan Ratu menunggu dengan hangat.
Momen tersebut dilanjutkan dengan sesi foto resmi bersama, sebelum akhirnya pembicaraan serius dimulai dalam suasana akrab dan penuh rasa saling menghormati. Kehangatan interaksi ini sekaligus mencerminkan eratnya hubungan diplomatik yang terus terjalin antara Indonesia dan Belanda.
Sejarah, Diplomasi, dan Simbol Pengakuan
Pengembalian 30 ribu benda bersejarah ini tidak hanya bernilai simbolis, tetapi juga sarat makna politik dan kultural. Koleksi yang akan dikembalikan mencakup artefak Jawa kuno, dokumen-dokumen berharga, hingga fosil yang merekam jejak peradaban Nusantara.
Selama ratusan tahun, banyak warisan budaya Indonesia yang dibawa ke Belanda, baik melalui ekspedisi kolonial maupun jalur perdagangan VOC. Kini, langkah Raja Willem-Alexander mengembalikan benda-benda tersebut dipandang sebagai bagian dari upaya rekonsiliasi sejarah sekaligus penghormatan terhadap warisan bangsa Indonesia.
Perbincangan Hangat: Dari Militer hingga Masa Depan
Dalam pertemuan, kedua pemimpin juga membahas penguatan hubungan bilateral di berbagai bidang strategis. Menariknya, baik Prabowo maupun Raja Willem-Alexander sama-sama memiliki latar belakang militer. Kesamaan itu membuat suasana diskusi lebih cair dan penuh keakraban.
Isu-isu yang diangkat meliputi kerja sama pertahanan, perdagangan, pendidikan, hingga transisi energi. Bagi Indonesia, Belanda tetap menjadi mitra penting di Eropa, sementara bagi Belanda, Indonesia adalah sahabat lama yang kini muncul sebagai salah satu kekuatan utama di Asia Tenggara.
“Pertemuan ini mencerminkan komitmen bersama Indonesia dan Belanda untuk terus mempererat hubungan, serta memperluas peluang kerja sama di masa mendatang,” demikian pernyataan Sekretariat Kabinet.
Momentum Diplomasi yang Tidak Boleh Disia-siakan
Kesepakatan pengembalian benda bersejarah ini menjadi momen bersejarah yang dapat membuka lembaran baru dalam diplomasi Indonesia-Belanda. Selain memperkuat kerja sama di masa depan, langkah ini juga memberi pesan penting: pengakuan atas masa lalu adalah fondasi untuk membangun masa depan yang lebih setara.
Dengan kepulangan 30 ribu benda bersejarah itu, Indonesia akan semakin kaya dengan koleksi budaya yang bisa menjadi sumber penelitian, edukasi, sekaligus kebanggaan nasional. Bagi Prabowo, keberhasilan diplomasi ini menjadi capaian penting dalam tahun pertama kepemimpinannya.
Kesepakatan ini diyakini akan menjadi titik balik dalam sejarah hubungan Indonesia–Belanda. Tidak hanya sebagai diplomasi antarnegara, tetapi juga sebagai rekonsiliasi sejarah yang mengembalikan warisan bangsa ke pangkuan ibu pertiwi.
(*)