Breaking News

Kisah Bidan Dona Lubis, Sang Penjaga Nafas di Ujung Pasaman Diganjar Gelar Nakes Teladan Sumatera Barat 2025

Bidan Dona Lubis Dianugerahi Sebagai Nakes Teladan Sumatera Barat 2025 Berkat Aksinya Menyeberangi Sungai Deras Demi Mengobati Pasien (Dok: Obroy)

D'On, Pasaman Sumatera Barat -
 Di sebuah sudut terpencil Kabupaten Pasaman, ketika senja mulai menyapa dan suara gemericik sungai menjadi nyanyian alam yang tenang, seorang perempuan tangguh mengukir jejak perjuangan yang akan dikenang sepanjang masa. Dialah Bidan Dona Lubis (46), sosok sederhana yang tak pernah mengira langkah kakinya melintasi derasnya arus sungai akan menggugah nurani banyak orang hingga ke tingkat provinsi.

Bukan pertama kalinya Dona menyeberangi sungai tanpa jembatan untuk menjangkau warganya. Namun kali ini berbeda. Perjalanan itu terekam kamera warga dan viral di media sosial, memperlihatkan bagaimana ia menerobos derasnya arus dengan hanya bertumpu pada seutas tali tambang, demi satu tujuan: menyelamatkan nyawa seorang pasien Tuberkulosis (TBC) yang tak bisa dibawa ke puskesmas karena medan yang sulit.

Aksi heroik yang dianggapnya sebagai bagian dari tanggung jawab, justru menjadi awal dari sebuah penghargaan luar biasa. Pada Selasa, 5 Agustus 2025, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengumumkan penetapan Bidan Dona Lubis sebagai Tenaga Kesehatan Teladan Sumatera Barat Tahun 2025.

Penghargaan itu akan diserahkan dalam momen sakral upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, 17 Agustus 2025 mendatang, di halaman Istana Gubernuran Sumbar.

“Teladan Sejati dari Ujung Daerah”

Kabar itu disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Lila Yanwar, dalam sebuah pertemuan penuh kehangatan di ruang kerja Wakil Gubernur. Hadir pula Wakil Ketua DPRD Sumbar, Evi Yandri Rajo Budiman, dan Khairuddin Simanjuntak, anggota DPRD dari Fraksi Gerindra yang juga berasal dari Pasaman.

“Sosok seperti Ibu Dona adalah representasi nyata dari pengabdian tanpa batas. Beliau bukan hanya tenaga kesehatan, tapi juga pahlawan kemanusiaan yang sejati,” ujar Vasko.

Menurutnya, momen Hari Kemerdekaan menjadi saat paling tepat untuk memberi penghormatan terhadap pengabdian-pengabdian yang lahir dari tempat yang jauh dari sorotan media, namun penuh makna.

“Semangat perjuangan itu masih hidup, bukan hanya di medan pertempuran, tapi juga di medan pengabdian seperti yang dilakukan Bu Dona. Inilah keteladanan yang harus kita angkat,” tegasnya.

“Saya Hanya Menjalankan Tugas…”

Duduk di hadapan para pejabat tinggi itu, Bidan Dona terlihat tak kuasa menahan haru. Sesekali ia menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Ia mengaku tak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, apalagi hingga makan siang bersama Wakil Gubernur dan para pejabat provinsi.

“Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang tenaga kesehatan. Pasien saya butuh pertolongan, dan tidak ada pilihan lain,” ucapnya lirih, dengan mata berkaca-kaca.

Bidan Dona telah bertugas di daerah terpencil Pasaman selama lebih dari 15 tahun. Ia telah terbiasa hidup berdampingan dengan keterbatasan akses yang sulit, sinyal yang tak menentu, dan fasilitas kesehatan yang minim. Namun tak pernah sekalipun ia mengeluh. Bahkan, saat air sungai naik dan akses terputus, Dona tetap menyeberang. Kadang dengan perahu kecil, kadang hanya dengan seutas tali tambang.

“Saya percaya, setiap nyawa berharga. Kalau saya menyerah karena lelah, lalu siapa lagi yang akan menolong mereka?” ujarnya dengan suara bergetar.

Hadiah untuk Sang Pejuang Sunyi

Tak hanya penghargaan moral yang ia terima. Dalam pertemuan itu, Dona juga mendapat kejutan berupa tabungan pendidikan dari Bank Nagari, yang diharapkan bisa meringankan beban biaya sekolah anak-anaknya. Hadiah kecil bagi seorang ibu yang tak hanya membesarkan keluarga di rumah, tapi juga menjaga kehidupan banyak keluarga di pelosok nagari.

Kepala Dinas Kesehatan Pasaman, Arman Putera, yang mendampingi Bidan Dona ke Padang, menyebut bahwa apa yang dilakukan Dona bukanlah hal baru. “Beliau memang selalu seperti itu. Konsisten, tidak pernah hitung-hitungan, dan sangat dekat dengan masyarakat,” ujarnya.

Kisah yang Menyulut Asa

Pengangkatan Dona sebagai Nakes Teladan Sumbar 2025 bukan hanya sekadar penghargaan, tapi juga simbol kebangkitan moral dan empati sosial. Dalam dunia yang kerap diramaikan oleh kontroversi dan keluhan, hadirnya sosok seperti Dona Lubis adalah pelita yang menuntun arah: bahwa pengabdian tulus masih hidup, meski jauh dari sorotan.

Kini, nama Bidan Dona Lubis tak hanya dikenal di kampung halamannya. Ia menjadi inspirasi bagi ribuan tenaga kesehatan di Indonesia, bahwa kemanusiaan tak mengenal batas, dan keberanian sejati seringkali lahir dari tempat-tempat paling sunyi.

Di usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik ini, Bidan Dona telah menunjukkan bahwa semangat juang para pahlawan tak pernah benar-benar padam. Ia hanya berubah wujud: dari senapan dan bambu runcing, menjadi suntikan, obat-obatan, dan tekad untuk tetap menyeberangi sungai deras demi satu nyawa manusia.

(Mond)

#Viral #NakesTeladanSumateraBarat2025 #SumateraBarat #BidanDona