Breaking News

7 Pertanyaan Penting yang Wajib Ditanyakan Sebelum Memilih Kontrasepsi

Ilustrasi berbagai macam metode kontrasepsi. Foto: ADragan/Shutterstock

Dirgantaraonline -
 Memilih kontrasepsi bukan hanya perkara menunda kehamilan. Lebih dari itu, keputusan ini berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi, kenyamanan dalam aktivitas sehari-hari, hingga perencanaan jangka panjang dalam berkeluarga. Banyak perempuan, bahkan pasangan, kerap kali kebingungan menentukan metode kontrasepsi yang tepat di tengah banyaknya pilihan, mulai dari pil KB, suntik, implan, kondom, hingga alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).

Agar tidak salah langkah, para ahli menyarankan agar setiap calon pengguna berdiskusi dengan dokter kandungan atau tenaga kesehatan. Dilansir dari Healthline, setidaknya ada tujuh pertanyaan penting yang sebaiknya diajukan sebelum memutuskan jenis kontrasepsi yang dipilih. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu memastikan metode yang dipakai benar-benar sesuai dengan kondisi kesehatan, gaya hidup, serta tujuan reproduksi masing-masing individu.

1. Kontrasepsi mana yang paling cocok untuk saya?

Tidak ada metode kontrasepsi yang “paling ideal” untuk semua orang. Dokter biasanya akan mempertimbangkan sejumlah faktor seperti riwayat kesehatan, usia, gaya hidup, serta kebutuhan reproduksi.

Sebagai contoh, pil kombinasi (yang mengandung estrogen dan progestin) umumnya tidak direkomendasikan bagi perempuan dengan riwayat penggumpalan darah. Bagi yang mudah lupa minum obat, IUD atau implan bisa menjadi pilihan karena bisa bertahan bertahun-tahun tanpa perlu diingat setiap hari.

Bagi perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau menstruasi tidak teratur, pil hormonal kerap dipilih karena dapat membantu mengatur siklus haid sekaligus meredakan gejala sindrom pramenstruasi (PMS).

2. Lebih baik hormonal atau non-hormonal?

Metode kontrasepsi terbagi menjadi dua kategori besar: hormonal dan non-hormonal.

  • Hormonal (misalnya pil KB, suntik, atau implan) tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga dapat memberikan manfaat tambahan, seperti meredakan jerawat, mengurangi kram haid, dan menstabilkan hormon.
  • Non-hormonal (seperti kondom atau IUD tembaga) lebih cocok bagi mereka yang tidak ingin mengganggu sistem hormonal tubuh, atau yang pernah mengalami efek samping berat akibat kontrasepsi hormonal.

Memahami perbedaan keduanya sangat penting, sebab kebutuhan setiap orang berbeda.

3. Kapan kontrasepsi mulai bekerja efektif?

Setiap metode memiliki waktu kerja berbeda. Pil progesteron misalnya, baru efektif penuh setelah 48 jam. Sebaliknya, IUD tembaga langsung melindungi dari kehamilan begitu dipasang.

Informasi ini sangat krusial bagi pasangan yang ingin segera memastikan perlindungan atau justru ingin merencanakan masa subur dalam waktu dekat.

4. Berapa lama kontrasepsi ini bertahan?

Durasi perlindungan kontrasepsi juga menjadi pertimbangan penting.

  • Pil KB harus diminum setiap hari.
  • Suntik KB biasanya bekerja selama 3 bulan.
  • Implan dapat bertahan hingga 3 tahun.
  • IUD hormonal rata-rata efektif 5 tahun, sementara IUD tembaga bisa melindungi hingga 10 tahun.

Dengan mengetahui lamanya perlindungan, pengguna bisa menyesuaikan dengan rencana keluarga, misalnya kapan ingin menunda atau merencanakan kehamilan berikutnya.

5. Apakah ada obat atau suplemen yang bisa mengurangi efektivitasnya?

Fakta yang jarang disadari adalah beberapa obat tertentu, termasuk antibiotik atau suplemen herbal, bisa menurunkan efektivitas kontrasepsi hormonal. Misalnya, St. John’s Wort yang sering digunakan sebagai obat herbal untuk stres dapat memengaruhi kerja pil KB.

Pertanyaan ini penting untuk diajukan, apalagi jika Anda rutin mengonsumsi obat tertentu.

6. Apa efek samping yang perlu saya waspadai?

Hampir semua kontrasepsi memiliki efek samping. Pada sebagian perempuan, mungkin hanya berupa keluhan ringan seperti sakit kepala, nyeri payudara, atau perubahan mood. Namun, pada kasus lain bisa lebih serius, misalnya tekanan darah tinggi atau risiko pembekuan darah.

Mengetahui kemungkinan efek samping sejak awal membuat pengguna lebih siap secara mental dan bisa segera berkonsultasi jika gejala mengganggu muncul.

7. Jika saya berhenti, kapan bisa hamil lagi?

Banyak pasangan yang masih bingung mengenai kembalinya masa subur setelah berhenti memakai kontrasepsi. Secara umum, penelitian menunjukkan sekitar 83% perempuan bisa hamil dalam 12 bulan setelah berhenti.

Namun, waktu pastinya sangat bergantung pada metode yang dipakai dan kondisi tubuh masing-masing. Misalnya, setelah suntik KB, siklus menstruasi bisa memerlukan waktu lebih lama untuk kembali normal dibandingkan dengan metode pil atau IUD.

Bijak Memilih, Bijak Merencanakan

Memilih kontrasepsi sejatinya adalah keputusan personal yang sangat dipengaruhi faktor kesehatan, gaya hidup, hingga rencana jangka panjang dalam berkeluarga. Tidak ada metode yang paling sempurna untuk semua orang, yang ada adalah metode paling tepat untuk tiap individu.

Karena itu, berdiskusi dengan dokter kandungan menjadi langkah penting sebelum menentukan pilihan. Dengan memahami pertanyaan-pertanyaan di atas, setiap perempuan (dan pasangan) bisa lebih tenang, yakin, dan terarah dalam memilih kontrasepsi yang sesuai.

(***)

#Kontrasepsi #Keluarga #KB #Gayahidup #Lifestyle