Breaking News

Satgas Udara Sudah Tebar 10 Ton Garam untuk Karhutla Riau

Petugas dari dinas pemadam keabakaran Kota Pekanbaru berusaha memadamkan kebakaran lahan gambut di Pekanbaru, Riau, Senin (21//7/2025). ANTARA FOTO

D'On, Riau —
Langit Riau kini menjadi medan perang yang tak terlihat, ketika Satuan Tugas (Satgas) Udara terus berjibaku menaklukkan musuh tak kasatmata: asap dan api kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dengan mengandalkan kekuatan teknologi dan strategi udara, mereka telah menebar lebih dari 10 ton garam ke atmosfer dalam misi ambisius untuk menciptakan hujan buatan.

Langkah luar biasa ini merupakan bagian dari Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang secara intensif digencarkan sejak Mei 2025 lalu. Dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Abdul Haris, Satgas Udara menjalankan operasi ini dengan penuh dedikasi untuk menyelamatkan Riau dari bencana ekologis tahunan.

"Hingga Juli 2025, kami telah menyemai lebih dari 10 ton garam di langit Riau. Ini bukan sekadar angka, tetapi wujud nyata dari komitmen kami untuk menekan dampak karhutla," tegas Marsma Abdul Haris dalam pernyataan resminya, Minggu (27/7/2025), seperti dikutip dari mediacenter.riau.go.id.

Menyemai Awan, Menanam Harapan

Operasi penaburan garam dilakukan menggunakan dua pesawat khusus berjenis fixed wing, yang masing-masing mampu membawa hingga 1 ton muatan dalam satu kali terbang. Misi penyemaian ini dilaksanakan di wilayah-wilayah rawan karhutla, seperti Kabupaten Rokan Hulu dan Rokan Hilir, yang kerap menjadi titik panas dalam peta kebakaran hutan di Riau.

Tujuan utama dari OMC ini adalah memicu presipitasi buatan, dengan menaburkan garam (NaCl) ke dalam awan potensial agar terjadi hujan. Dengan curah hujan buatan tersebut, diharapkan api yang membakar lahan gambut dan hutan bisa dipadamkan secara alami sekaligus mengurangi sebaran asap.

Hasil yang Mulai Terlihat

Upaya ini tidak sia-sia. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah wilayah yang sebelumnya diselimuti kabut asap tebal telah diguyur hujan. Meski intensitasnya tergolong ringan hingga sedang, dampaknya cukup signifikan.

"Alhamdulillah, titik-titik api sudah jauh berkurang. Kini kami sedang fokus pada pendinginan asap dan pencegahan kebakaran baru," ungkap Abdul Haris.

Perubahan cuaca yang dihasilkan oleh OMC memang menjadi kabar baik di tengah keprihatinan masyarakat Riau terhadap karhutla yang terus berulang. Tercatat pada Jumat malam (25/7/2025), hujan deras mengguyur sejumlah wilayah, memberikan jeda alami dari kepungan asap dan api.

Perkuat Serangan dari Udara: Water Bombing Diintensifkan

Tak hanya bergantung pada hujan buatan, Satgas Udara juga memperkuat armadanya dengan operasi water bombing menggunakan helikopter. Helikopter ini menyasar wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh tim darat, seperti area berbukit atau pedalaman yang minim akses.

Operasi water bombing dilakukan dengan menjatuhkan ribuan liter air langsung ke titik api. Dalam kombinasi dengan OMC, strategi udara ini menjadi tumpuan utama dalam memerangi karhutla yang terus mengancam kehidupan dan kesehatan masyarakat Riau.

Cuaca Masih Dinamis, Satgas Tidak Kendur

Meski pada Sabtu (26/7/2025) cuaca Riau kembali cerah, Satgas tidak menurunkan intensitas operasinya. Mereka terus memantau kondisi atmosfer dan daratan melalui citra satelit serta laporan lapangan untuk memastikan titik-titik api tidak kembali aktif.

“Pencegahan harus dilakukan terus-menerus. Karena kebakaran bisa kembali muncul kapan saja jika kondisi lahan kering dan angin bertiup kencang,” tegas Abdul Haris.

Langit dan Bumi Bersatu Melawan Karhutla

Penanganan karhutla bukan hanya urusan tanah yang terbakar, tetapi juga langit yang harus diatur agar mau menurunkan hujan. Dalam konteks ini, teknologi modifikasi cuaca menjadi jembatan antara sains dan harapan.

Dengan total lebih dari 10 ton garam yang telah ditabur, Riau sedang menyaksikan sebuah pertarungan di atas awan, di mana hujan diciptakan untuk menyelamatkan bumi dari kobaran api.

(Mond)

#Karhutla #Riau