Breaking News

11 Aplikasi Populer yang Ternyata Diciptakan Intelijen Israel: Antara Teknologi, Bisnis, dan Pengawasan Global

11 aplikasi populer ternyata didirikan oleh mantan intelijen Israel. (Waze/Istimewa)

D'On, Jakarta –
Di balik kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah aplikasi populer yang terpasang di jutaan ponsel pintar di seluruh dunia termasuk di Indonesia tersimpan fakta mengejutkan: banyak di antaranya ternyata dikembangkan oleh eks anggota dinas intelijen dan militer Israel. Aplikasi yang setiap hari Anda gunakan untuk bernavigasi, mengedit foto, atau bahkan bermain gim, memiliki akar yang dalam pada struktur keamanan siber Negeri Zionis.

Temuan ini diungkap dalam laporan investigasi TechTrends yang dikutip oleh Beritasatu.com pada Kamis (10/7/2025). Disebutkan, sebagian besar aplikasi tersebut dibangun oleh mantan personel Unit 8200 dan Mamram, dua unit elit yang menjadi otak di balik dominasi teknologi militer dan siber Israel. Fakta ini memicu kekhawatiran luas terkait potensi pengawasan tersembunyi, pelacakan data, hingga konflik etika dalam penggunaan aplikasi-aplikasi digital.

Mengenal Unit 8200 dan Mamram: Gudang Otak Digital Israel

Sebelum menelisik lebih jauh, penting untuk memahami apa itu Unit 8200 dan Mamram:

  • Unit 8200 merupakan unit intelijen sinyal (SIGINT) militer Israel. Perannya mirip dengan NSA (National Security Agency) di Amerika Serikat, dengan fokus utama pada penyadapan komunikasi, perang siber, dan pengumpulan intelijen elektronik.
  • Mamram adalah unit pengembangan komputer dan sistem informasi IDF (Israel Defense Forces). Anggotanya dikenal memiliki keahlian tinggi dalam pengkodean, arsitektur sistem, dan pemrosesan data besar.

Para lulusan dari kedua unit ini tidak hanya meninggalkan karier militer dengan pengalaman teknis tinggi, tapi juga dengan jaringan elite yang kemudian membentuk ekosistem startup teknologi Israel—yang kini mencakup aplikasi yang digunakan miliaran orang di seluruh dunia.

Daftar 11 Aplikasi Terpopuler dengan Jejak Intelijen Israel

1. Waze

Aplikasi GPS berbasis komunitas ini memungkinkan pengguna saling berbagi informasi lalu lintas secara real-time. Didirikan oleh Ehud Shabtai, Amir Shinar, dan Uri Levine—seluruhnya alumni Unit 8200—Waze sukses besar dan diakuisisi oleh Google pada 2013 senilai antara US$ 1,1 hingga 1,3 miliar. Kini, jutaan pengguna Indonesia memanfaatkan Waze setiap hari tanpa menyadari latar belakang militer para pendirinya.

2. Moovit

Moovit memetakan rute dan jadwal transportasi publik secara real-time, serta mengintegrasikan data dengan sistem kota pintar. Didirikan oleh alumni Mamram: Nir Erez, Roy Bick, dan Yaron Evron. Pada Mei 2020, Intel mengakuisisi Moovit seharga US$ 900 juta. Aplikasi ini aktif di lebih dari 3.100 kota dunia.

3. ZipoApps

Meski kurang dikenal dibandingkan Waze atau Moovit, ZipoApps adalah pengembang berbagai aplikasi utilitas populer seperti pembuat stiker, launcher, dan editor foto. Didirikan oleh mantan agen Unit 8200, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 50 juta kali. Namun, mereka sering dikritik karena praktik pengumpulan data yang agresif, pelacakan tersembunyi, dan kebijakan privasi yang tak transparan.

4. Bazaart

Bazaart adalah aplikasi desain dan editing foto/video berbasis AI. Didirikan oleh mantan pejabat intelijen IDF, aplikasi ini unggul dalam fitur penghapus latar otomatis dan kolase kreatif. Kini tersedia di Android, iOS, dan versi web, Bazaart menjadi alat favorit kreator konten global.

5. Lightricks

Pencipta Facetune dan Videoleap—dua aplikasi editing visual yang banyak digunakan influencer dan selebriti. Didirikan oleh alumni Unit 8200 dan dosen Hebrew University, Lightricks menjadi unicorn teknologi dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar dan pendanaan melebihi US$ 300 juta. Data pengguna dan foto pribadi menjadi aspek sensitif dalam ekosistem aplikasi ini.

6. Playtika

Raksasa gim kasino sosial seperti Slotomania dan Bingo Blitz. Salah satu pendirinya adalah anak dari mantan Kepala Staf IDF. Playtika telah berpindah tangan ke Caesars Entertainment dan kemudian ke grup investor asal Tiongkok dengan valuasi menembus US$ 4,4 miliar. Kecanduan pengguna dan algoritma berbasis perilaku menjadi kekhawatiran tersendiri.

7. Crazy Labs

Developer gim hyper casual seperti "Run Sausage Run" dan "Acrylic Nails", Crazy Labs berhasil mengumpulkan lebih dari 6,5 miliar unduhan. Yang mencengangkan, pendirinya disebut masih aktif sebagai anggota IDF saat perusahaan ini berdiri. Diakuisisi oleh Embracer Group pada 2021.

8. CallApp

Aplikasi yang mengidentifikasi penelepon, memblokir spam, dan merekam panggilan ini telah digunakan oleh lebih dari 100 juta orang. Didirikan oleh Oded Volovitz (eks Unit 8200) dan Amit On, CallApp menyimpan potensi pelanggaran privasi tingkat tinggi karena kemampuannya mengakses dan menyimpan metadata panggilan pengguna.

9. Gett

Platform pemesanan taksi dan kendaraan yang lebih fokus pada segmen korporat. Pendirinya adalah mantan anggota Unit 8200. Gett pernah menerima investasi besar dari Volkswagen dan kini digunakan oleh berbagai perusahaan besar untuk layanan logistik dan mobilitas.

10. Fooducate

Aplikasi pelacak nutrisi dan informasi gizi ini didirikan oleh mantan pilot Angkatan Udara Israel. Dengan memindai barcode makanan, pengguna bisa mengetahui kualitas gizi produk. Di balik kemasannya yang sehat, data preferensi makanan pengguna pun ikut terekam.

11. Supersonic (Unity Ads)

Platform monetisasi iklan mobile yang menyediakan SDK untuk pengembang gim. Kini berada di bawah Unity, mantan CEO Supersonic sebelumnya menjabat kepala logistik IDF. Aplikasi ini memiliki kendali penuh atas iklan yang tampil di jutaan perangkat, serta mencatat interaksi pengguna.

Kekhawatiran Global: Teknologi, Data, dan Pengawasan Terselubung

Sejumlah aplikasi di atas bukan hanya berperan sebagai produk digital, tetapi juga sebagai kanal potensial pengumpulan data global. Banyak dari aplikasi ini mengakses lokasi, kontak, galeri foto, hingga kebiasaan digital pengguna.
Kasus seperti ZipoApps dan Supersonic menunjukkan bagaimana privasi bisa dikompromikan lewat pembaruan kebijakan yang diam-diam, tanpa sepengetahuan pengguna.

Hal ini memunculkan pertanyaan penting: Apakah kenyamanan digital kita layak dibayar dengan pengorbanan privasi?

Langkah Cerdas Pengguna: Waspada Sebelum Mengunduh

Untuk meminimalkan risiko penyalahgunaan data, berikut beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan pengguna:

  • Teliti Nama Developer: Cek siapa pengembang aplikasi melalui Google, LinkedIn, atau Crunchbase.
  • Pantau Hak Akses Aplikasi: Jangan asal menyetujui permintaan akses saat instalasi.
  • Baca Ulasan dan Tinjau Kebijakan Privasi: Waspadai aplikasi dengan banyak laporan pelacakan atau perubahan mendadak pada kebijakan.

Di Balik Kode, Ada Agenda?

Keberhasilan para alumni Unit 8200 dan Mamram dalam membangun imperium teknologi digital memang patut diakui. Namun, sebagai pengguna, penting untuk tetap kritis dan sadar bahwa teknologi bukanlah produk netral. Di balik setiap fitur canggih, bisa saja tersembunyi kepentingan ekonomi, militer, atau bahkan geopolitik.

Aplikasi bisa membantu hidup Anda. Tapi jangan biarkan mereka mengendalikan hidup Anda.

(*)

#Teknologi #Aplikasi #AplikasiBuatanIsrael