Ultimatum Iran pada AS: Jika Campur Tangan di Israel, Dunia Hadapi Bencana
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan jika negara mana pun yang memberikan ruang udaranya kepada Israel akan dianggap sebagai musuh. (Antara/Anadolu)
D'On, Istanbul — Dalam sebuah pernyataan yang menggema di panggung diplomasi internasional, Iran mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut keterlibatan Washington dalam konflik bersenjata antara Iran dan Israel bukan hanya akan memperkeruh keadaan, tetapi berpotensi menyeret kawasan dan bahkan dunia ke dalam bencana besar.
Peringatan itu disampaikan Araghchi menjelang Sidang ke-51 Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Istanbul, Turki. Dengan nada tajam namun tetap diplomatis, ia menguraikan bahwa setiap bentuk intervensi Amerika Serikat akan memperluas spektrum kehancuran, menambah jumlah korban, dan memadamkan harapan terakhir akan perdamaian.
“Jika Amerika Serikat benar-benar ikut campur dalam konflik ini, maka akibatnya akan sangat disesalkan. Ini bukan hanya akan menjadi malapetaka bagi Iran dan Israel, tetapi juga membawa dampak menghancurkan bagi seluruh kawasan,” tegas Araghchi kepada para wartawan.
Diplomasi atau Perang Total?
Dalam konferensi pers yang berlangsung hanya beberapa jam sebelum sidang resmi OKI dimulai, Araghchi tak hanya menyampaikan ancaman tersirat kepada AS, tetapi juga menawarkan secercah harapan: diplomasi.
“Diplomasi pernah berhasil pada masa lalu, dan masih bisa menjadi jalan keluar hari ini. Tetapi agar diplomasi bisa berjalan, agresi harus dihentikan terlebih dahulu,” katanya, mengingatkan dunia akan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang kala itu dianggap sebagai tonggak perdamaian.
Araghchi menegaskan kesiapan penuh Teheran untuk kembali ke meja perundingan, seraya menyampaikan bahwa pendekatan damai tidak pernah benar-benar ditutup oleh pihaknya. Namun, ia menyalahkan Israel sebagai penghalang utama tercapainya solusi diplomatik.
“Israel secara terang-terangan menolak diplomasi. Mereka tidak mencari perdamaian. Mereka mendorong konflik ini semakin dalam, semakin membara,” ujar Araghchi, dengan suara dingin yang sarat kecaman.
Kepungan Rudal dan Balasan Berdarah
Pernyataan Araghchi datang di tengah memuncaknya krisis yang bermula dari serangan udara besar-besaran Israel pada Jumat, 13 Juni 2025 lalu. Dalam operasi yang digambarkan sebagai ‘paling agresif dalam satu dekade terakhir’, jet-jet tempur Israel menghantam sejumlah lokasi strategis di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir yang dianggap vital bagi pertahanan nasional Iran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan rentetan rudal balistik jarak menengah dan drone serang ke wilayah Israel, menyasar infrastruktur penting dan instalasi militer di kota-kota seperti Tel Aviv, Haifa, dan Be'er Sheva. Sirene serangan udara meraung di tengah malam, warga sipil berlindung di tempat perlindungan bawah tanah, dan sistem pertahanan udara Iron Dome bekerja tanpa henti.
Korban pun berjatuhan di kedua belah pihak.
Di Iran, Kementerian Kesehatan melaporkan 430 warga tewas dan lebih dari 3.500 luka-luka akibat gempuran udara Israel. Rumah sakit di Teheran dan Isfahan penuh sesak, ambulans terus berdatangan, dan relawan medis bekerja nyaris tanpa istirahat.
Sementara di Israel, 25 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat hantaman rudal dan drone dari Iran. Pemerintah Israel menyatakan bahwa tindakan mereka adalah ‘pembalasan yang sah’ atas dugaan aktivitas rahasia militer Iran di wilayah perbatasan dan serangan terhadap kapal-kapal Israel di Teluk.
Seruan kepada Dunia: Hentikan Israel, Selamatkan Perdamaian
Dalam pernyataan penutupnya, Araghchi menyampaikan seruan yang ditujukan kepada seluruh komunitas internasional. Ia meminta negara-negara dunia, terutama para anggota tetap Dewan Keamanan PBB, untuk mengambil langkah nyata dalam menekan Israel agar menghentikan agresi militer mereka.
“Jika dunia benar-benar menginginkan perdamaian di Timur Tengah, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan agresi Israel. Tanpa itu, tidak akan ada ruang bagi diplomasi, dan tidak akan ada akhir dari penderitaan ini,” pungkasnya.
Saat Sidang Dewan Menteri OKI dibuka beberapa jam kemudian, tampak jelas bahwa ketegangan tidak hanya menggantung di langit-langit Timur Tengah, tetapi juga membayangi keputusan-keputusan diplomatik yang akan diambil oleh dunia Islam.
Kini, dunia menatap dengan napas tertahan akankah diplomasi mampu meredam api yang membara, ataukah dunia harus bersiap menghadapi konfrontasi yang lebih besar?
(Anadolu)
#Internasional #Perang #Iran #Israel #AmerikaSerikat