Iran Ancam Serangan Spektakuler terhadap Israel: "Kejutan yang Akan Dikenang Selama Berabad-abad"
Ayatollah Ali Khamenei.Photographer: Atta Kenare/AFP/Getty Images
D'On, Teheran — Kawasan Timur Tengah kembali berada di ambang ledakan besar. Dalam pernyataan yang menggema di panggung politik internasional, Iran memperingatkan bahwa mereka tengah menyiapkan “kejutan besar” untuk Israel sebuah tindakan yang disebut akan menggoreskan babak baru dalam sejarah konflik di kawasan, dan bahkan dikenang dunia selama berabad-abad.
Pernyataan yang disampaikan oleh sejumlah pejabat senior di Teheran ini bukan sekadar retorika belaka. Ia datang di tengah situasi yang sudah tegang, setelah Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir milik Iran pekan lalu. Serangan itu dilaporkan menghantam basis produksi rudal dan pusat penelitian nuklir strategis di provinsi Isfahan dan Khuzestan.
“Segera akan ada kejutan yang akan dikenang selama berabad-abad,” tegas seorang pejabat tinggi militer Iran dalam pernyataan yang dikutip oleh media pemerintah, menciptakan kegelisahan luas di tengah spekulasi akan terjadinya eskalasi militer berskala penuh.
Isyarat Serangan Balasan: Dari Rudal Balistik hingga Operasi Siber
Meski Iran belum merinci bentuk dari “kejutan” yang dimaksud, para analis pertahanan internasional memperkirakan bahwa respons tersebut tidak akan bersifat konvensional. Beberapa skenario yang tengah dibahas termasuk:
- Peluncuran rudal balistik jarak jauh ke wilayah Israel;
- Serangan drone kamikaze yang ditujukan ke pangkalan militer dan infrastruktur penting;
- Operasi siber besar-besaran terhadap jaringan listrik, komunikasi, dan sistem pertahanan Israel;
- Bahkan kemungkinan aktivasi jaringan proksi Iran, seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi Houthi di Yaman, untuk melakukan serangan terkoordinasi dari berbagai arah.
Sinyal bahwa Iran sedang memobilisasi kekuatan tampak dari laporan intelijen Barat yang menyebutkan peningkatan aktivitas militer di pangkalan udara Khatam al-Anbiya dan pemindahan sistem peluncur rudal ke daerah-daerah strategis di Iran Barat.
Israel Siaga Penuh: Langkah Pencegahan atau Awal Perang Total?
Di pihak lain, Israel merespons ancaman tersebut dengan meningkatkan status siaga militer secara nasional. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperketat pertahanan udara di kota-kota utama, termasuk Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem. Sistem Iron Dome dan David’s Sling disiagakan selama 24 jam penuh, siap mengintersepsi kemungkinan serangan udara dari berbagai arah.
Pemerintah Israel menyatakan tidak akan tinggal diam jika diserang. “Kami siap menghadapi setiap skenario. Ancaman terhadap Israel tidak akan dibiarkan tanpa balasan yang tegas,” ujar Juru Bicara IDF dalam konferensi pers, seraya menuding Iran sebagai biang ketidakstabilan regional.
Bayang-bayang Keterlibatan Amerika Serikat: Jalan Menuju "Perang Total"?
Ketegangan ini bukan hanya menjadi urusan dua negara. Iran secara terbuka menuding Amerika Serikat terlibat secara tidak langsung dalam serangan Israel, dengan menyatakan bahwa intelijen dan dukungan logistik dari Washington menjadi kunci keberhasilan serangan udara pekan lalu.
Dalam pernyataan yang sarat makna, seorang pejabat senior Iran memperingatkan:
“Jika Amerika Serikat memilih untuk turut campur secara langsung, maka akibatnya tidak hanya akan dirasakan oleh Israel. Seluruh kawasan Timur Tengah akan terseret ke dalam api perang besar yang dampaknya tidak terbayangkan.”
Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa konflik potensial dapat meluas menjadi bentrokan multi-negara, melibatkan kekuatan militer besar, dan berisiko mengganggu stabilitas global—terutama pasokan energi dunia yang sangat bergantung pada kawasan Teluk.
Dunia Menahan Napas: Diplomasi atau Badai yang Tak Terhindarkan?
Hingga kini, belum ada rincian lebih lanjut dari pihak Iran mengenai waktu dan bentuk dari “kejutan besar” tersebut. Namun, dunia internasional kini menyaksikan dengan kekhawatiran yang terus meningkat. PBB, Uni Eropa, dan negara-negara Teluk menyerukan penahanan diri dan solusi diplomatik, tetapi intensitas retorika militer justru terus meningkat.
Dengan masing-masing pihak menegaskan kesiapan tempur mereka, satu langkah keliru saja bisa memicu konflik terbuka yang luas dan menghancurkan. Sementara itu, rakyat sipil di kedua negara hidup dalam kecemasan, menanti apakah badai akan benar-benar datang, atau akal sehat dan diplomasi bisa menjadi peredam terakhir sebelum semuanya terlambat.
Sumber: The Standard (Hong Kong), New York Post
#Internasional #Iran #Perang