TPNPB-OPM Ultimatum Militer Indonesia: Tinggalkan Papua atau Hadapi Serangan Bersenjata
TPNPB-OPM Kodap Yahukimo pimpinan Semut B. Sobolim di Yahukimo, Papua Pegunungan, 9 April 2025. Dok. TPNPB-OPM
D'On, Papua - Papua kembali bergolak. Ultimatum keras dilontarkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kepada militer Indonesia. Di balik pernyataan perang ini, tersimpan konflik lama yang terus membara di tanah paling timur Indonesia.
“Kami siap perang. Militer harus keluar dari tanah Papua.”
Pernyataan itu datang dari Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, dalam keterangan resmi yang disampaikan pada Jumat, 2 Mei 2025. Nada bicaranya tegas, tanpa tedeng aling-aling, menggambarkan eskalasi konflik yang semakin mengkhawatirkan. Menurutnya, tujuh batalion dari Komando Daerah Pertahanan (Kodap) Yahukimo telah resmi mendeklarasikan perang terhadap militer Indonesia, yang disebutnya sebagai “penjajah ilegal” di Papua.
“Kami tidak akan tinggal diam melihat tanah kami diinjak oleh kekuatan militer asing yang terus menebar ketakutan,” ujar Sebby.
Ia juga melayangkan imbauan keras kepada Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto agar segera menarik seluruh perlengkapan tempur berat dari wilayah Papua, termasuk helikopter tempur, senapan mesin, jet tempur, bom hingga mortir.
“Penggunaan senjata berat di wilayah yang padat dengan penduduk sipil hanya akan menciptakan tragedi kemanusiaan. Korban akan berjatuhan, bukan dari pihak bersenjata, tetapi dari warga tak berdosa,” tambahnya.
Peta Konflik: 9 Wilayah yang Dinyatakan Sebagai Zona Perang
TPNPB-OPM telah menetapkan sembilan kabupaten di Papua sebagai wilayah perang aktif. Zona merah tersebut meliputi Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nduga, Puncak Jaya, Intan Jaya, Maybrat, Dogiyai, Paniai, dan Deiyai. Di kawasan-kawasan inilah, menurut TPNPB-OPM, pasukan mereka akan melakukan “perlawanan bersenjata total” terhadap militer Indonesia.
Komandan TPNPB-OPM Kodap Yahukimo, Elkius Lobak, menegaskan bahwa anggotanya akan menyerang tanpa kompromi setiap personel militer yang masih beroperasi di wilayah tersebut.
“Kami sudah siap. Mereka yang tidak pergi dari tanah perang ini, siap kami tembak mati,” ucap Elkius, juga pada Jumat.
Respons TNI: "Tak Perlu Dihiraukan"
Sementara itu, Mabes TNI merespons ancaman tersebut dengan sikap tenang, bahkan nyaris acuh. Dalam pernyataannya, pihak TNI menyebut bahwa pola komunikasi OPM tidak pernah berubah: selalu mengancam, menebar teror, dan meresahkan masyarakat.
“Tingkah laku OPM, kan, selalu seperti itu. Mengancam, menakut-nakuti, bahkan membunuh masyarakat sipil. Tidak perlu direspons berlebihan,” kata juru bicara Mabes TNI saat dihubungi pada Jumat.
Menurut TNI, keberadaan pasukannya di Papua bukan untuk menciptakan ketakutan, melainkan untuk melindungi rakyat dan mendukung percepatan pembangunan daerah yang selama ini tertinggal. Pihak militer juga menegaskan bahwa mereka tidak pernah menyasar fasilitas sipil, apalagi membunuh tenaga kesehatan atau guru seperti yang kerap dituduhkan kepada kelompok bersenjata pro-kemerdekaan.
“Kami hadir untuk menjaga Papua tetap dalam pangkuan ibu pertiwi, bukan untuk menghancurkannya,” tegas perwakilan TNI.
Konflik Berkepanjangan Tanpa Titik Temu
Konflik antara kelompok separatis Papua dan militer Indonesia sudah berlangsung selama puluhan tahun, dan terus meninggalkan luka dalam bagi warga sipil yang terjebak di tengah-tengah. Ancaman perang terbaru dari TPNPB-OPM membuka kembali babak ketegangan yang belum pernah benar-benar reda.
Di balik suara tembakan dan ancaman politik, satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar: sampai kapan Papua menjadi tanah luka, bukan tanah damai?
(*)
#TPNPB #OPM #Teroris #Papua