Breaking News

Siswa SD Tewas Diduga Dikeroyok, Keluarga Menjerit Minta Keadilan

Foto Muhammad Raja Afnan, siswa SD di Makassar yang dikeroyok hingga tewas. (Ist)

D'On, Makassar
— Suasana duka menyelimuti sebuah rumah sederhana di Jalan Maccini Gusung, Setapak 8, Kecamatan Makassar, Kota Makassar. Isak tangis keluarga pecah saat jenazah Muhammad Raja Afnan, seorang siswa sekolah dasar berusia 15 tahun, dibaringkan untuk terakhir kalinya. Raja, begitu ia biasa disapa, bukan meninggal karena sakit atau kecelakaan melainkan diduga menjadi korban pengeroyokan brutal yang dilakukan oleh tiga rekan sebayanya.

Tragedi ini terjadi pekan lalu, tepat di momen yang seharusnya menjadi penutup penuh harapan dari rangkaian ujian akhir sekolah. Namun, bukan nilai atau kelulusan yang menjadi akhir cerita Raja melainkan luka, trauma, dan akhirnya, kematian.

Pulang Sekolah yang Berujung Petaka

Raja adalah siswa kelas VI di SD Negeri Maccini Sawah 1. Hari itu, seperti biasa, ia pulang sekolah setelah mengikuti ujian. Tapi langkahnya terhenti di depan gerbang sekolah, saat ia diduga dicegat oleh dua teman sekelas dan seorang siswa dari tingkat SMP. Di tempat itulah, menurut pengakuan terakhirnya kepada keluarga, Raja menjadi korban pengeroyokan.

“Dia bilang dipukul di luar, di depan sekolah. Pulang sekolah, masih pakai seragam, masih capek habis ujian,” ujar Desma, tante korban, dengan suara bergetar menahan emosi.

Tak hanya dipukul, Raja juga mengalami luka yang mengindikasikan kekerasan ekstrem. Di tubuhnya terdapat memar di berbagai bagian, nyeri hebat di dada, hingga luka bakar yang diduga akibat sundutan rokok—sebuah bentuk kekejaman yang mengiris hati siapapun yang mendengarnya.

Diam dalam Derita, Gugur dalam Sunyi

Meski menderita luka-luka, Raja tak banyak bicara. Ia dikenal sebagai anak pendiam, pemalu, dan tak pernah mencari masalah. Ketika ditanya tentang kejadian itu, ia hanya memberikan potongan-potongan jawaban, seolah tak ingin membebani orang lain dengan penderitaan yang ditanggungnya.

“Dia itu anaknya pendiam. Ditanya-tanya juga tidak mau cerita banyak. Tapi akhirnya dia bilang kalau dia diborongi, dikeroyok,” kata Desma sambil menunduk.

Kondisi Raja terus memburuk. Ia sempat dilarikan ke tiga rumah sakit berbeda—RS Pelamonia, RS Sitti Fatima, hingga akhirnya dirawat intensif di RS Islam Faisal. Namun takdir berkata lain. Pada Jumat, 30 Mei 2025, Raja mengembuskan napas terakhirnya, meninggalkan duka mendalam yang tak bertepi bagi keluarga.

Seragam Robek, Bukti yang Bicara

Tak hanya luka di tubuh Raja yang berbicara, tetapi juga seragam sekolahnya yang dalam kondisi robek dan kotor. Seragam itu kini menjadi barang bukti yang diserahkan keluarga kepada pihak kepolisian.

“Kami sudah laporkan ke Polrestabes Makassar. Kami juga serahkan baju sekolahnya, robek-robek. Itu jadi bukti bahwa dia benar-benar dianiaya,” ungkap salah satu anggota keluarga dengan penuh harap.

Pihak keluarga berharap penyelidikan dilakukan dengan serius, transparan, dan tanpa pandang bulu. Mereka menuntut keadilan atas kematian Raja, bukan hanya untuk menenangkan hati yang berduka, tapi juga untuk mencegah agar kejadian serupa tidak menimpa anak-anak lain.

Teriakan Sunyi Keadilan

Kasus ini membuka luka lama dalam dunia pendidikan Indonesia tentang kekerasan antarsiswa yang masih kerap terjadi, namun sering kali disapu di bawah karpet oleh lingkungan sekitar.

Kematian Raja bukan hanya tragedi keluarga, tapi tamparan keras bagi semua pihak: sekolah, masyarakat, dan penegak hukum. Seorang anak, yang seharusnya dilindungi, justru harus pergi dengan cara yang tak layak.

Kini, keluarga hanya bisa berharap: agar pelaku siapapun dan dari latar belakang apapun tidak hanya diungkap, tetapi juga diproses secara hukum setegak-tegaknya.

“Kami ingin keadilan. Kami ingin pelakunya dihukum setimpal. Raja anak baik, dia tidak pantas mati seperti ini,” pungkas Desma.

(Mond)

#Pengeroyokan #SiswaSDTewasDikeroyok