Breaking News

Cinta Buta Berujung Maut: Kisah Tragis Mahasiswi yang Sekap dan Aniaya Kekasih Hingga Tewas

Mahasiswi cantik yang membunuh kekasihnya di Majalengka dihadirkan dalam konferensi pers, Senin 5 Mei 2025.

D'On, Majalengka
— Sebuah kisah pilu sekaligus menggemparkan datang dari Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. APA (21), seorang mahasiswi cantik yang dikenal pintar dan ramah oleh lingkungan sekitarnya, kini mendekam di balik jeruji besi setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kekerasan yang berujung pada kematian kekasihnya sendiri, VR (22). Peristiwa mengenaskan ini menjadi potret kelam dari hubungan asmara yang berubah menjadi tragedi mengerikan.

Awal Mula yang Manis, Berakhir Tragis

Hubungan APA dan VR sejatinya sudah berlangsung cukup lama. Kedekatan keduanya terlihat harmonis di mata kerabat dan teman-temannya. Namun, siapa sangka, asmara yang tampak manis itu menyimpan bara yang siap membakar kapan saja.

Kejadian bermula ketika APA menjemput VR dengan alasan ingin membahas kelanjutan hubungan mereka. VR pun menurut dan ikut ke rumah APA di Desa Lengkong Wetan, Majalengka. Di sana, ia sempat tinggal beberapa hari. Namun suasana berubah drastis ketika VR menyampaikan keinginannya untuk pulang ke rumah orang tuanya.

Permintaan sederhana itu rupanya menjadi titik balik yang menyulut emosi APA. Menurut Kapolres Majalengka, AKBP Willy Andrian, permintaan VR itu ditanggapi dengan emosi berlebihan oleh tersangka. "Tersangka tidak terima ketika korban meminta diantar pulang. Ia menganggap permintaan itu sebagai tanda bahwa hubungan mereka akan berakhir. Dari situ, kekerasan mulai terjadi," jelas AKBP Willy dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).

Kekerasan yang Mengguncang Nurani

Dalam keadaan penuh emosi, APA mulai melakukan penganiayaan terhadap VR. Salah satu tindakan brutal yang diungkap polisi adalah pemukulan di area mata korban menggunakan telepon genggam. Luka demi luka mulai membekas di wajah dan tubuh VR, yang saat itu sudah tidak berdaya.

Alih-alih memberikan pertolongan, APA justru menyekap korban di sebuah kamar terkunci di dalam rumahnya sendiri. Selama empat hari penuh, VR dibiarkan terkurung dalam kondisi lemah tanpa pertolongan medis, hingga akhirnya kondisinya memburuk secara drastis.

“Korban tidak diberi kesempatan untuk keluar, bahkan tidak bisa menghubungi siapa pun. Ketika kondisi VR semakin memburuk, tersangka baru membawa korban ke RSUD Majalengka,” ujar AKBP Willy.

Namun, saat tiba di rumah sakit, nyawa VR sudah tak tertolong. Luka memar di wajah dan pundak korban menimbulkan kecurigaan tim medis. Pihak rumah sakit pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.

Investigasi dan Penangkapan

Satreskrim Polres Majalengka bergerak cepat. Dalam waktu singkat, mereka mengamankan APA di rumahnya. Dari penangkapan itu, polisi menyita tiga unit ponsel dan sebuah mobil milik tersangka sebagai barang bukti.

Proses autopsi yang dilakukan di RS Bhayangkara Indramayu membenarkan dugaan awal VR meninggal dunia akibat luka kekerasan. "Ada beberapa luka lebam yang sangat mencolok di bagian wajah dan tubuh korban. Hasil autopsi menyimpulkan bahwa kekerasan fisik menjadi penyebab utama kematian," jelas AKBP Willy.

Motif: Takut Kehilangan atau Obsesi Buta?

Polisi menduga motif utama penganiayaan tersebut adalah rasa takut kehilangan. APA diduga tak ingin VR meninggalkannya dan kembali ke rumah orang tuanya. Obsesi untuk mempertahankan hubungan dengan cara yang salah justru menjerumuskan APA dalam tindakan kriminal yang berat.

"Korban tidak diizinkan pulang selama empat hari. Tersangka tampaknya ingin mempertahankan hubungan itu dengan cara apapun, bahkan dengan cara kekerasan," tambah AKBP Willy.

Jeratan Hukum dan Penyesalan yang Terlambat

Kini, APA resmi ditahan dan dijerat dengan Pasal 338 KUHP juncto Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang pembunuhan dan penganiayaan yang menyebabkan kematian. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara menanti mahasiswi yang masa depannya kini kandas karena tindakan yang dilandasi emosi sesaat.

Dalam konferensi pers, APA hanya menunduk, tak mampu berkata sepatah kata pun. Wajahnya yang dulu kerap tampil ceria, kini berubah suram dibayangi penyesalan dan masa depan yang remuk.

Pelajaran dari Cinta yang Salah Arah

Tragedi ini menjadi pengingat keras bagi siapa pun tentang pentingnya mengelola emosi dalam sebuah hubungan. Cinta seharusnya menjadi sumber kebahagiaan, bukan jerat yang menyeret seseorang pada kehancuran. Ketika rasa memiliki berubah menjadi obsesi, dan komunikasi digantikan kekerasan, maka cinta bukan lagi cinta melainkan mimpi buruk yang merenggut nyawa dan masa depan.

(B1)

#Pembunuhan #Kriminal #Penganiayaan