Breaking News

Besok, 25.000 Driver Ojol Mogok Massal dan Gelar Demo Nasional: Ini 5 Tuntutan yang Mengguncang Transportasi Online

Ilustrasi pengemudi ojek online. (Antara/Antara)

D'On, Jakarta
 – Indonesia akan menyaksikan salah satu aksi unjuk rasa terbesar dari sektor transportasi online dalam beberapa tahun terakhir. Besok, Selasa (20/5), puluhan ribu pengemudi ojek dan taksi online dari berbagai wilayah Nusantara akan menghentikan operasional mereka dan turun ke jalan menyuarakan ketidakadilan yang mereka rasakan selama bertahun-tahun. Aksi ini akan disertai dengan mogok massal berupa pemadaman aplikasi secara nasional selama 24 jam penuh.

Diprakarsai oleh Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia (Garda), aksi ini merupakan akumulasi dari kekecewaan yang telah mengendap sejak 2022. Ketua Umum Garda, Raden Igun Wicaksono, menyebut bahwa lebih dari 25.000 pengemudi roda dua dan empat akan terlibat dalam aksi ini, yang tersebar di berbagai kota besar, termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

"Aksi akan dimulai pukul 13.00 WIB di titik-titik strategis seperti kantor aplikator transportasi online, Kementerian Perhubungan, Istana Merdeka, dan Gedung DPR. Kami tidak akan berhenti sampai tuntutan kami didengar dan ditindaklanjuti secara konkret oleh pemerintah dan aplikator," tegas Igun dalam pernyataan resminya, Senin (19/5).

Layanan Lumpuh Total Selama 24 Jam

Tak hanya turun ke jalan, para pengemudi juga akan melakukan pemogokan nasional dengan cara mematikan aplikasi secara serentak selama 24 jam penuh. Artinya, tidak akan ada layanan transportasi penumpang, pemesanan makanan, ataupun pengiriman barang dari pukul 00.00 WIB hingga 23.59 WIB, Selasa (20/5).

Langkah ekstrem ini diambil sebagai bentuk protes terhadap sikap pasif pemerintah dan aplikator yang dinilai telah membiarkan pelanggaran regulasi berlangsung tanpa sanksi tegas. Menurut Igun, sejak terbitnya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1001 Tahun 2022, masih banyak perusahaan aplikasi yang dengan sengaja mengabaikan ketentuan tarif dan mekanisme kerja sama dengan pengemudi.

"Kami memperjuangkan hak dan keadilan yang seharusnya menjadi dasar hubungan kerja antara aplikator, regulator, dan pengemudi. Namun yang terjadi, kami justru dibiarkan berjuang sendiri dalam ketidakpastian hukum dan eksploitasi tarif yang mencekik," lanjutnya.

5 Tuntutan Utama Garda Indonesia

Dalam aksi nasional ini, Garda Indonesia membawa lima tuntutan kunci yang mereka nilai sebagai solusi mendesak terhadap problematika struktural yang dihadapi para pengemudi ojol dan taksol. Berikut adalah daftar tuntutan tersebut:

  1. Sanksi Tegas terhadap Pelanggar Regulasi
    Presiden RI dan Menteri Perhubungan diminta turun tangan langsung untuk memberikan sanksi keras kepada perusahaan aplikasi yang terbukti melanggar Permenhub No. 12 Tahun 2019 dan Kepmenhub No. 1001 Tahun 2022.

  2. Rapat Dengar Pendapat Gabungan di DPR
    Garda mendesak Komisi V DPR RI segera menggelar rapat dengar pendapat (RDP) bersama Kemenhub, asosiasi pengemudi, dan para aplikator guna membuka ruang dialog yang transparan dan solutif.

  3. Penurunan Potongan Aplikasi Menjadi 10%
    Saat ini, potongan yang diambil aplikator dari penghasilan pengemudi dinilai sangat memberatkan. Garda meminta agar potongan maksimal dibatasi hanya 10%, sehingga pengemudi bisa menikmati hasil kerja mereka secara layak.

  4. Revisi Skema Tarif Penumpang
    Garda menolak berbagai skema diskon dan potongan harga seperti aceng (argo goceng), slot, hemat, dan prioritas yang dianggap hanya menguntungkan aplikator dan menyengsarakan pengemudi.

  5. Penetapan Tarif Layanan Makanan & Kiriman Barang
    Mereka juga mendesak agar tarif layanan makanan dan pengiriman barang ditetapkan secara adil dan transparan, dengan melibatkan asosiasi pengemudi, regulator, aplikator, dan lembaga perlindungan konsumen seperti YLKI.

Imbauan kepada Masyarakat

Garda Indonesia juga mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan layanan transportasi online pada 20 Mei 2025 sebagai bentuk solidaritas. Igun menyebut bahwa perjuangan ini bukan semata-mata demi kepentingan pengemudi, tapi juga untuk memastikan bahwa ekosistem transportasi online di Indonesia lebih adil, transparan, dan berkelanjutan.

"Kami tidak melawan teknologi. Kami mendukung inovasi. Tapi teknologi harus memberi keadilan, bukan menjadikan manusia sebagai algoritma tanpa suara," pungkas Igun.

Besok, jalanan akan penuh dengan suara klakson dan poster-poster tuntutan. Namun lebih dari itu, demo ini adalah jeritan kolektif ribuan pengemudi yang merasa dilupakan oleh sistem yang mereka layani setiap hari. Saatnya pemerintah dan aplikator mendengar.

(B1)

#DemoOjol #TuntutanDriverOjol #Demonstrasi