Breaking News

Aksi Demo Pengemudi Ojol: Polisi Tegaskan Pendekatan Humanis Tanpa Senjata Api

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro

D'On, Jakarta
 — Di tengah hiruk pikuk Ibu Kota yang mulai memanas oleh gelombang massa pengemudi ojek online (ojol) yang menggelar unjuk rasa hari ini, Polda Metro Jaya memberikan pernyataan penting yang menjadi sorotan publik: seluruh aparat yang diturunkan untuk mengamankan aksi dipastikan tidak dibekali senjata api. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen kepolisian untuk menjunjung tinggi pendekatan humanis dalam menjaga keamanan.

Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Susatyo Purnomo Condro. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Selasa (20/5/2025) pagi, Susatyo menekankan bahwa pengamanan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan cerminan penghormatan terhadap hak-hak konstitusional warga negara.

“Petugas tidak dibekali senjata api karena tugas utama kami adalah menjaga keamanan dan melayani masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi,” ujar Susatyo dengan tegas.

Menurutnya, para personel telah menerima arahan khusus sebelum diterjunkan ke lapangan. Mereka diminta untuk mengedepankan empati, komunikasi yang efektif, serta sikap yang ramah dalam menghadapi peserta aksi. Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan masyarakat menyampaikan suara mereka tanpa rasa takut atau intimidasi.

Aksi di Jantung Pemerintahan

Unjuk rasa hari ini dipusatkan di dua lokasi strategis: kawasan Monumen Nasional (Monas) dan kompleks gedung DPR/MPR RI. Ribuan pengemudi ojol dari berbagai wilayah Jabodetabek berkumpul dengan satu tujuan: menyuarakan aspirasi terkait regulasi transportasi daring, tarif dasar, hingga jaminan sosial yang lebih adil.

Menanggapi potensi kepadatan massa, pihak kepolisian turut mengimbau masyarakat umum untuk menghindari area sekitar dua titik tersebut demi kelancaran lalu lintas. Pengalihan arus pun disiapkan sebagai langkah antisipatif guna mengurangi kemacetan dan risiko gangguan ketertiban umum.

Menjaga Hak, Menjaga Ketertiban

Di balik strategi pengamanan yang terkesan ‘tanpa senjata’, terselip filosofi penting: demokrasi yang sehat hanya bisa terwujud jika ruang ekspresi publik dijaga dengan penuh penghormatan. Untuk itu, seluruh rangkaian pengamanan dilakukan dengan pengawasan berlapis, termasuk pemantauan langsung dari jajaran Polda Metro Jaya guna memastikan aksi berjalan damai dan tertib.

“Kami tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga menjaga marwah demokrasi itu sendiri. Aspirasi adalah hak rakyat, dan tugas kami adalah memastikan hak itu bisa disampaikan dalam suasana yang aman,” ujar Susatyo menegaskan.

Langkah Strategis untuk Masa Depan Demokrasi

Langkah kepolisian ini bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari transformasi institusional dalam memperkuat kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum. Dalam beberapa tahun terakhir, Polri memang telah menggencarkan pendekatan "Presisi" yang menekankan profesionalisme, transparansi, dan pelayanan publik yang humanis.

Dengan tidak mengerahkan aparat bersenjata, kepolisian ingin memastikan bahwa mereka hadir bukan sebagai pihak yang menakutkan, melainkan sebagai penjaga ruang demokrasi. Pendekatan ini juga diharapkan mampu mencegah gesekan yang kerap terjadi dalam demonstrasi besar.

Aksi hari ini bukan sekadar kerumunan orang dengan jaket hijau. Ini adalah suara kolektif dari ribuan individu yang menggantungkan hidup pada roda dua, yang menuntut keadilan dan perlindungan yang lebih baik. Dan di sisi lain, aparat kepolisian tampil bukan sebagai tembok yang menghalangi, melainkan sebagai pelindung yang memastikan suara itu sampai tanpa gangguan.

Inilah wajah demokrasi yang semestinya: masyarakat menyuarakan haknya, negara menjaganya, dan hukum menjadi landasan bersama.

(Mond)

#DemoOjol #Demonstrasi #Polisi