Breaking News

342 Siswa SMPN 35 Bandung Keracunan Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Dinkes Lakukan Penyelidikan Intensif

Ilustrasi makanan. Foto: RN23W/Shutterstock

D'On, Bandung
— Sebuah insiden serius mengguncang dunia pendidikan Kota Bandung. Sebanyak 342 siswa SMPN 35 Bandung dilaporkan mengalami keracunan massal setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG) yang disediakan pada program pemerintah, Selasa (29/4). Gejala yang dialami para siswa pun tak bisa disepelekan: mual, pusing hebat, hingga muntah-muntah mewarnai suasana darurat yang terjadi dari sore hingga keesokan paginya, Rabu (30/4).

Kepanikan merebak di lingkungan sekolah dan orang tua murid. Puluhan siswa dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit, untuk mendapatkan penanganan medis. Meski belum ada korban yang dirawat inap, skala insiden ini menjadi perhatian besar, terutama karena jumlah siswa terdampak mencapai ratusan orang.

Rangkaian Waktu yang Menjadi Petunjuk Awal

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian, mengungkap bahwa makanan bergizi tersebut disediakan oleh salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bandung yang biasa mendistribusikan makanan ke beberapa sekolah di Kecamatan Coblong.

Distribusi makanan dilakukan ke sejumlah sekolah seperti SDN 24, SDN 189, SMAN 19, dan SMPN 35 Bandung. Namun, hanya siswa SMPN 35 yang melaporkan gejala keracunan secara massal.

"Anak-anak SD makan sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, makanan masih dalam kondisi segar dan tidak ada laporan gejala. Siswa SMPN 35 mengkonsumsi pada pukul 11.00 WIB. Nah, siswa SMA yang seharusnya makan pada pukul 13.30 WIB tidak jadi makan karena makanan sudah tercium bau tidak sedap," jelas Anhar.

Fakta ini menunjukkan adanya degradasi kualitas makanan dalam rentang waktu hanya beberapa jam, memunculkan dugaan awal bahwa penyebab keracunan bisa jadi karena makanan yang tidak lagi layak konsumsi saat sampai ke siswa SMP.

Pemetaan Kelas dan Pantauan Lanjutan

Dinkes Bandung hingga Rabu malam (30/4) telah melakukan pendataan terhadap 20 dari total 30 kelas di SMPN 35 Bandung. Sebanyak 10 kelas lainnya masih dalam proses pemantauan oleh wali kelas untuk memastikan tidak ada gejala tambahan yang muncul.

"Sejauh ini tidak ada yang dirawat inap, hanya gejala ringan sampai sedang dan sudah mulai membaik. Tapi kami tetap melakukan pemantauan ketat," tegas Anhar.

Investigasi Menyeluruh: Dari Dapur ke Laboratorium

Kasus ini mendorong Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk bertindak cepat. Tim Gerak Cepat (TGC) dari Dinkes bersama UPTD Puskesmas Dago langsung diterjunkan ke lokasi. Tim ini terdiri dari tenaga medis, petugas gizi, penyuluh kesehatan (promkes), serta dokter umum untuk melakukan investigasi epidemiologi langsung di sekolah.

Sementara itu, sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat untuk diuji kandungan kimia dan mikrobiologisnya. Hasil uji ini diharapkan menjadi titik terang dalam mengungkap penyebab pasti kejadian ini, apakah karena kontaminasi bakteri, penyimpanan tidak layak, atau faktor lain yang lebih kompleks.

Pertanyaan Besar: Bagaimana Protokol Keamanan MBG Dijalankan?

Kasus ini menggugah pertanyaan lebih dalam tentang sistem pengelolaan dan distribusi makanan bergizi yang seharusnya menjadi tumpuan pemenuhan nutrisi siswa. Apakah protokol keamanan pangan sudah dijalankan dengan benar? Bagaimana kontrol kualitas dilakukan di dapur SPPG? Dan siapa yang akan bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan?

Dinkes menyatakan akan menyelidiki seluruh rantai distribusi, mulai dari proses masak, pengemasan, hingga pengiriman makanan ke sekolah-sekolah. “Kami koordinasi intensif dengan dapur MBG. Investigasi menyeluruh sedang berjalan,” ungkap Anhar.

Alarm untuk Sistem Kesehatan Sekolah

Keracunan massal ini bukan hanya menjadi insiden darurat semata, melainkan juga menjadi alarm keras bagi sistem pemenuhan gizi siswa di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah negeri. Program makanan bergizi seharusnya menjadi jaminan kesehatan dan konsentrasi belajar siswa, bukan malah menjadi pemicu bencana kesehatan.

Pemerintah Kota Bandung diminta untuk tidak hanya menyelesaikan kasus ini, tetapi juga melakukan reformasi sistemik dalam penyediaan makanan sekolah mulai dari dapur penyedia hingga protokol distribusi yang ketat.

Investigasi terus berlangsung, dan publik menanti transparansi serta pertanggungjawaban atas peristiwa yang telah mengganggu ketenangan ratusan keluarga ini.

(Mond)

#MakanBergiziGratis #Keracunan #Bandung #Peristiwa