Tragedi di Perkebunan Sawit Jambi: Orang Rimba Tewas Dikeroyok, Tiga Terluka dan Motor Dibakar
Ilustrasi
D'On, Tebo, Jambi – Sebuah tragedi pilu kembali menimpa komunitas adat Suku Anak Dalam (SAD) atau yang lebih dikenal sebagai Orang Rimba. Di tengah pusaran konflik agraria yang tak kunjung usai, satu nyawa melayang, tiga lainnya luka-luka, dan tiga sepeda motor dibakar hangus. Peristiwa tragis ini terjadi di sekitar areal perkebunan kelapa sawit PT Kahuripan milik Makin Group, yang terletak di pinggiran Desa Betung Bedarah, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi, Selasa siang (29/4).
Menurut laporan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, korban tewas adalah seorang pemuda bernama Pelajang, yang juga dikenal dengan nama Firdaus. Bersamanya, tiga Orang Rimba lainnya Ngadang, Rendi, dan Bepangku mengalami luka ringan hingga berat setelah diduga menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok pria tak dikenal.
Kekerasan yang Memicu Amarah dan Kepedihan
Staf Humas KKI Warsi, Sukmareni, menyampaikan bahwa ketiga sepeda motor milik warga SAD turut dibakar dalam insiden tersebut. “Kekerasan ini tidak hanya melukai fisik, tapi juga menambah luka batin yang sudah lama dialami masyarakat adat karena kehilangan ruang hidup mereka,” ujarnya.
Konfirmasi dari pihak kepolisian datang sehari setelah kejadian. Ipda Maulana, Paur Penum Humas Polda Jambi, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menyebutkan bahwa peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB dan saat ini tengah dalam penyelidikan intensif oleh Polres Tebo.
Menurut keterangan awal, konflik dipicu oleh dugaan pencurian brondolan sawit oleh sejumlah anggota SAD di wilayah perkebunan milik PT Makin. Namun, narasi ini menuai kritik tajam dari kalangan aktivis dan pengamat sosial yang menilai bahwa masalah ini jauh lebih kompleks dari sekadar tuduhan pencurian.
Serangan Balasan dan Luka yang Meluas
Setelah kejadian tersebut, suasana sempat memanas. Sekitar dua puluh warga SAD dikabarkan mendatangi kembali lokasi perkebunan sebagai bentuk protes spontan. Aksi balasan ini berujung bentrok kecil yang mengakibatkan dua aparat keamanan dari unsur Polri dan TNI mengalami cedera. Namun, situasi berhasil dikendalikan dan kini dinyatakan kondusif oleh kepolisian.
Akibat Pengabaian Hak dan Desakan Hidup
Menurut antropolog KKI Warsi, Robert Aritonang, pemungutan brondolan sawit yang dilakukan oleh Orang Rimba bukanlah tindakan kriminal, melainkan bentuk perjuangan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang semakin menyudutkan. “Mereka bukan pencuri. Mereka adalah korban dari sistem yang membungkam dan menyingkirkan,” tegasnya.
Robert menyebut tragedi ini sebagai cerminan nyata dari pembiaran negara atas hak-hak masyarakat adat. Seiring dengan terus menyusutnya wilayah jelajah akibat ekspansi perkebunan sawit, Orang Rimba kehilangan hutan sebagai sumber pangan dan penghidupan. Ketika pendidikan minim, akses ekonomi tertutup, dan tanah adat dirampas, maka memungut brondolan sawit menjadi satu-satunya harapan hidup.
“Peristiwa ini memilukan dan mencederai rasa keadilan kita sebagai bangsa. Kami menuntut pertanggungjawaban penuh atas hilangnya nyawa saudara kami. Kekerasan, apalagi terhadap masyarakat adat yang selama ini terpinggirkan, adalah kejahatan yang tak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun,” seru Robert.
Ia juga menuntut penyelidikan yang transparan dan mendalam dari pihak kepolisian, serta mendesak perusahaan sawit terlibat untuk bertanggung jawab, baik secara moral maupun hukum.
Catatan Kritis: Negeri Ini Masih Belum Ramah untuk Masyarakat Adat
Tragedi ini menambah daftar panjang konflik agraria yang tak kunjung tuntas di Indonesia, khususnya yang melibatkan masyarakat adat. Di banyak tempat, termasuk Jambi, masyarakat seperti Orang Rimba kerap tersingkir oleh ambisi industri. Tanpa perlindungan hukum yang kuat, mereka hidup di bawah bayang-bayang intimidasi, kriminalisasi, bahkan kematian.
Pertanyaan besar yang harus kita ajukan hari ini adalah: sampai kapan kita akan membiarkan darah masyarakat adat mengering di atas tanah yang seharusnya mereka miliki sejak lama?
(MI)
#Peristiwa #SukuAnakDalam #Pengeroyokan