Breaking News

Lagi, Tiga Demonstran Tewas Saat Aksi Unjuk Rasa

D'On, Myanmar,- Aksi unjuk rasa menentang kudeta masih terus berlangsung di Myanmar. Pada Senin (8/3), tiga demonstran dilaporkan terbunuh dalam aksi unjuk rasa di wilayah utara Myanmar dan Irrawaddy Delta, menurut para saksi mata dan laporan media.

Namun belum ada informasi lebih lanjut terkait tiga korban dan penyebab kematiannya.

Dikutip dari Reuters, Selasa (9/3), sebuah kelompok advokasi mengatakan pasukan keamanan telah membunuh lebih dari 60 pengunjuk rasa dan menangkap lebih dari 1.800 orang sejak kudeta.

Ratusan pemuda pengunjuk rasa yang terperangkap oleh pasukan keamanan di sebuah distrik di Yangon selama semalam telah keluar, demikian disampaikan para aktivis pada Selasa, setelah seruan dari kekuatan-kekuatan Barat di PBB agar membiarkan mereka pergi.

Ribuan orang melanggar jam malam dan turun ke jalan di kota utama Myanmar tersebut, dalam rangka mendukung para pemuda di distrik Sanchaung, lokasi aksi menentang kudeta.

Di Sanchaung, polisi menembakkan senjata dan menggunakan granat setrum saat mengumumkan pada Senin mereka akan memeriksa rumah-rumah bagi siapapun dari luar distrik dan akan menghukum pemilik rumah yang menyembunyikan mereka.

Aktivis pemuda, Shar Ya Mone mengatakan dia berada di dalam sebuah gedung dengan sekitar 15 sampai 20 orang lainnya, tapi sekarang telah bisa pulang ke rumah.

“Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para demonstran,” ujarnya dihubungi lewat telepon, berjanji akan tetap berunjuk rasa “sampai kediktatoran berakhir.”

Para pengunjuk rasa lainnya mengunggah di media sosial mereka telah bisa meninggalkan daerah tersebut sekitar pukul 05.00 setelah pasukan keamanan menarik diri.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya menyerukan pembebasan semua pengunjuk rasa tanpa kekerasan atau penangkapan, seruan yang juga disampaikan kedutaan besar AS dan Inggris di Myanmar.

Kelompok advokasi mengatakan sekitar 50 orang telah ditangkap di Sanchaung setelah polisi menggeledah rumah, meskipun pemeriksaan masih dilakukan.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk dimintai komentarnya. 

(Reuters)