Breaking News

Timnas U-22 Dibungkam Mali 0-3: Malam Berat di Pakansari dan Banyak PR Menuju SEA Games 2025

Sekou Doucoure bek jangkung yang langsung menanduk bola tanpa kawalan berarti. Cahya Supriadi berusaha melakukan penyelamatan, tetapi bola meluncur mulus ke gawangnya

D'On, Bogor
- Harapan publik untuk melihat gebrakan awal Timnas U-22 di laga uji coba perdana justru berbalik menjadi tamparan keras. Bermain di Stadion Pakansari, Cibinong, Sabtu (15/11) malam WIB, skuat asuhan Indra Sjafri tumbang 0–3 dari Mali tim yang tampil disiplin, agresif, dan tanpa kompromi sejak menit pertama.

Laga ini merupakan bagian dari rangkaian persiapan panjang menuju SEA Games 2025. Indonesia dan Mali dijadwalkan kembali bentrok pada 18 November di arena yang sama. Namun, duel perdana ini sudah cukup memberikan gambaran betapa berat pekerjaan rumah yang harus dibenahi dalam waktu dekat.

Babak Pertama: Start Cepat Indonesia, Gol Cepat Mali

Indra Sjafri menurunkan komposisi terbaiknya, termasuk nama-nama muda yang sudah kerap mencuri perhatian:

Starting XI Indonesia:
Cahya Supriadi; Frengky Missa, Kakang Rudianto, Kadek Arel, Raka Cahyana;
Ananda Raehan, Ivar Jenner, Rafael Struick;
Dony Tri Pamungkas, Maulo Zijlstra, Rahmat Arjuna.

Sementara Mali datang dengan kombinasi pemain yang bertubuh besar, cepat, dan teknis, termasuk sosok-sosok yang bermain di benua Eropa.

Starting XI Mali:
Bourama Kone; Dan Sinate, Sekou Doucoure, Eden Gassama, Isiaka Soukouna;
Moulaye Haidara, Boubakar Dembaga, Hamidou Makalou, Wilson Samake;
Niama Pape Sissoko, Aboubacar Sidibe.

Indonesia sebenarnya memulai pertandingan dengan impresif. Baru dua menit laga berjalan, Dony Tri Pamungkas merangsek masuk ke kotak penalti dan melepaskan tembakan datar terukur. Sayang, usahanya tepat mengarah ke kiper Bourama Kone yang tampil kokoh sepanjang laga.

Momentum awal yang positif itu buyar hanya tiga menit kemudian. Pada menit ke-5, Mali mendapat sepak pojok yang dieksekusi dengan presisi. Bola melayang ke arah Sekou Doucoure bek jangkung yang langsung menanduk bola tanpa kawalan berarti. Cahya Supriadi berusaha melakukan penyelamatan, tetapi bola meluncur mulus ke gawangnya.
Indonesia tertinggal 0–1.

Kebobolan cepat membuat permainan Timnas U-22 sedikit goyah. Meski demikian, upaya membalas tetap ada. Menit 19, Ananda Raehan mendapat peluang emas melalui sundulan jarak dekat. Sayangnya, Kone kembali menjadi tembok tebal dengan reflex save yang krusial.

Alih-alih menyamakan kedudukan, Indonesia justru kembali kebobolan. Pada menit ke-33, Wilson Samake melakukan aksi solo yang membuat lini belakang Indonesia terpincang. Dribel cepat diikuti tembakan akurat ke sisi gawang membuat Cahya tak berkutik.
Mali menggandakan keunggulan menjadi 0–2.

Hingga babak pertama usai, Indonesia masih berusaha menemukan ritme, tetapi serangan-serangan yang dibangun kerap mentah di kaki para pemain Mali yang tampil disiplin dan taktis.

Babak Kedua: Dominasi Mali Berlanjut, Indonesia Gagal Manfaatkan Peluang

Memasuki babak kedua, Indonesia mencoba tampil lebih agresif. Pola serangan diperbaiki, tekanan di lini tengah ditingkatkan, dan jalur bola dimainkan lebih cepat.

Pada menit ke-55, peluang kembali hadir lewat kaki Dony Tri. Mendapat ruang tembak, ia mencoba mengarahkan bola ke tiang jauh, namun arah bola melebar tipis dari sasaran.

Hanya satu menit setelah peluang itu, Mali balik menekan dengan serangan cepat. Sissoko, yang tampil aktif sepanjang laga, melepaskan tembakan keras on target. Kali ini Cahya bertindak cepat untuk mengamankan bola, mencegah kebobolan ketiga lebih cepat.

Momentum pertandingan kembali berubah ketika Mali memasukkan pemain muda binaan akademi Manchester United, Sekou Kone, pada menit ke-63. Masuknya Kone menambah dinamika serangan Mali. Tiga menit berselang, ia langsung membuat peluang emas, tetapi tendangannya masih melenceng tipis.

Indonesia mencoba merotasi pemain dan mengubah pendekatan permainan, namun rapatnya lini belakang Mali membuat kreativitas pemain Indonesia seperti Struick dan Ivar Jenner kerap terhenti sebelum mencapai kotak penalti.

Gol Ketiga Mali: Pukulan Pamungkas

Ketika laga tampak akan berakhir 0–2, Mali memberikan pukulan terakhir. Pada menit 90+1, Moulaye Haidara memanfaatkan celah di lini belakang Indonesia. Ia menerima bola di depan kotak penalti, melakukan kontrol sekali, lalu melepaskan tembakan keras yang menghujam gawang Cahya.
Skor 0–3 menutup pertandingan.

Gol tersebut memastikan bahwa Mali bukan hanya unggul secara fisik, tetapi juga dalam hal efektivitas, penyelesaian akhir, dan stabilitas permainan.

Catatan Penting Laga: PR Besar untuk Timnas U-22

Meski kalah telak, laga ini memberikan banyak pelajaran penting bagi Timnas U-22.

1. Lini Belakang Perlu Organisasi Lebih Rapat

Kebobolan dari bola mati dan solo run menunjukkan koordinasi bek belum optimal.

2. Transisi Bertahan Masih Lambat

Beberapa kali Mali dengan mudah melintasi lini tengah Indonesia.

3. Penyelesaian Akhir Butuh Ketajaman

Dua peluang emas Indonesia seharusnya bisa berbuah gol.

4. Kone dan Samake Buktikan Mali Punya Kualitas Individu Tinggi

Para pemain mereka tampil matang, cepat, dan efisien.

Menuju Laga Kedua: Momen Bangkit atau Kembali Tertekan?

Indonesia masih punya kesempatan memperbaiki penampilan saat kembali menghadapi Mali pada 18 November. Laga tersebut akan menjadi ujian mental sekaligus indikator perkembangan tim setelah melakukan evaluasi cepat.

Kekalahan ini bukan akhir, tetapi menjadi alarm dini bahwa persiapan menuju SEA Games 2025 masih panjang dan perlu peningkatan signifikan baik dalam strategi, kedisiplinan, maupun mental permainan.

(Mond)

#Sepakbola #Olahraga #TimnasU22