Breaking News

Arry Yuswandi: Ekonomi Sumbar Harus Tumbuh dari Nagari

Sekda Provinsi Sumatera Barat Arry Yuswandi Bersama Wan Ipin (Dok: dirgantaraonline)

D'On, Sumatera Barat -
 Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menargetkan pertumbuhan ekonomi daerah mencapai 7 persen pada tahun 2030, sebuah target ambisius yang kini mulai diterjemahkan ke dalam berbagai langkah konkret di lapangan. Target ini bukan sekadar angka, melainkan cita-cita besar untuk menjadikan ekonomi Sumatera Barat lebih kuat, mandiri, dan berkeadilan.

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, Arry Yuswandi, dalam bincang santai bersama Founder Podcast Ciloteh Wan Ipin Jumat Siang, Jumat (31/10). Dengan nada tenang namun penuh optimisme, Arry menegaskan bahwa Sumbar harus berani berpikir besar dan bergerak cepat agar tak tertinggal dari provinsi lain.

“Capaian kita saat ini baru di angka 3,94 persen. Target nasional menuntut kita untuk melaju lebih cepat. Pemerintah pusat memantau indikator ini sebagai tolok ukur kemajuan pembangunan di daerah,” ujar Arry.

Percepatan Belanja dan Investasi, Mesin Utama Penggerak Ekonomi

Untuk mengejar ketertinggalan itu, Pemprov Sumbar bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) kini berpacu mempercepat realisasi berbagai program dan kegiatan strategis. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan perputaran uang di masyarakat  faktor vital yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi daerah.

“Belanja pemerintah, investasi, dan konsumsi masyarakat adalah tiga pilar utama. Kalau ketiganya bergerak serentak, ekonomi akan tumbuh. Karena itu kami terus mempercepat belanja daerah dan membuka pintu investasi selebar-lebarnya,” jelas Arry.

Program Makan Bergizi Gratis, Motor Ekonomi Baru dari Dapur Sekolah

Salah satu program unggulan yang kini memberi dampak langsung terhadap ekonomi lokal adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan gizi anak sekolah, tapi juga menciptakan efek berganda di berbagai sektor — mulai dari tenaga kerja, pertanian, hingga UMKM.

Dari target 650 dapur MBG, baru 125 dapur yang beroperasi. Namun potensi ekonominya luar biasa. Setiap dapur mampu menyerap sekitar 50 tenaga kerja, sehingga bila seluruh dapur aktif, ribuan lapangan kerja baru bisa tercipta.

“Bayangkan, satu dapur saja bisa menggerakkan ekonomi satu nagari. Ada ibu-ibu yang memasak, petani yang memasok bahan pangan, pedagang pasar yang ikut kebagian rezeki. Ini bukan sekadar program sosial, tapi juga strategi ekonomi,” tutur Arry dengan penuh keyakinan.

Program ini bahkan menarik perhatian pemerintah pusat. Sumbar diminta memperluas jangkauan dapur MBG hingga ke daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), terutama di Kepulauan Mentawai, dengan tambahan 71 titik baru.

Dorongan ke Energi Terbarukan dan Ketenagakerjaan

Selain sektor pangan, Pemprov Sumbar juga aktif menarik investasi di bidang energi terbarukan, seperti geothermal (panas bumi), yang menjadi salah satu potensi unggulan daerah. Di saat yang sama, kerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan terus diperkuat untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil melalui program magang dan pelatihan.

Arry menegaskan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh hanya bertumpu pada infrastruktur fisik, tetapi juga harus menyentuh peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

“Kalau semua ingin jadi pegawai, kita akan stagnan. Padahal dulu kita pernah punya program mencetak 100.000 entrepreneur. Sekarang saatnya mereka diberi ruang dan fasilitas untuk tumbuh,” ujarnya.

Nagari Kreatif Hub: Membangun Ekonomi dari Akar Rumput

Salah satu inisiatif yang kini mendapat sorotan adalah Program Nagari Kreatif Hub (NCH) yang digagas oleh Wakil Gubernur Sumbar. Program ini dirancang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis nagari, di mana anak muda dan pelaku UMKM diberi akses untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi.

Melalui NCH, generasi muda diberi fasilitas akses internet gratis, pelatihan digital marketing, dan pendampingan usaha agar produk lokal dapat menembus pasar nasional bahkan internasional.

“Ekonomi Sumbar harus tumbuh dari nagari. Kalau nagari kuat, kabupaten kuat. Kalau kabupaten kuat, provinsi juga akan kuat,” kata Arry.

Menjaga Stabilitas Harga dan Kesejahteraan Petani

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Arry juga menyoroti pentingnya menjaga stabilitas harga komoditas pangan  terutama cabai dan beras  yang menjadi kebutuhan utama masyarakat. Pemerintah terus hadir menyeimbangkan harga melalui Gerakan Pangan Murah (GPM).

“Kalau harga terlalu tinggi, masyarakat terbebani. Tapi kalau terlalu rendah, petani merugi. Pemerintah harus jadi penyeimbang agar semua pihak terlindungi,” tegasnya.

Sinergi Semua Elemen, Kunci Menuju Ekonomi 7 Persen

Dengan segala tantangan yang ada mulai dari inflasi, perubahan iklim, hingga fluktuasi pasar global  Arry tetap optimistis bahwa angka 7 persen bukanlah mimpi mustahil. Ia menilai, kunci keberhasilan ada pada kolaborasi dan semangat gotong royong seluruh elemen masyarakat.

“Pertumbuhan ekonomi tidak akan datang hanya dari satu arah. Pemerintah, swasta, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat harus bergerak bersama. Kalau semua bersinergi, ekonomi Sumatera Barat akan tumbuh lebih inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

(Mond/CWI)

#Ekonomi #SumateraBarat