Malam Hingga Subuh Waktu Tak Ramah Anak, Pemko Padang Ingatkan Ortu Wajib Antar Anak Ikut “Smart Surau”
Eri Sendjaya, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) Kota Padang
D'On, Padang — Pemerintah Kota Padang kini tengah serius menanamkan nilai-nilai religius dan karakter positif bagi generasi muda melalui program Smart Surau, yang resmi dicanangkan pada 6 Oktober 2025 lalu. Program ini mendorong para pelajar untuk menghidupkan kembali kegiatan keagamaan di masjid dan musala, terutama dalam rangkaian Salat Subuh berjemaah.
Sepekan berjalan, antusiasme para siswa untuk datang ke surau-surau dan masjid di berbagai penjuru kota ternyata cukup tinggi. Suasana fajar di Padang mulai ramai oleh suara langkah anak-anak bersarung dan bertelekung menuju rumah ibadah. Namun, di balik semangat tersebut, Pemerintah Kota Padang mengingatkan bahwa semangat religius itu harus dibarengi dengan pengawasan orangtua yang ketat.
“Kami mengimbau kepada seluruh orangtua, termasuk ibu-ibu, agar tidak sekadar melepas anaknya ke masjid atau musala. Antarlah mereka, dampingi mereka, terutama saat Salat Subuh,” tegas Eri Sendjaya, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3AP2KB) Kota Padang, saat menutup kegiatan Bimtek bagi pengurus TP-PKK di salah satu hotel di Padang, Sabtu (11/10/2025).
Malam Bukan Waktu Aman untuk Anak
Eri menegaskan bahwa berdasarkan kajian perlindungan anak, waktu antara pukul 19.00 malam hingga 05.00 subuh dikategorikan sebagai “jam tidak ramah anak.” Di rentang waktu itu, risiko terjadinya tindak kekerasan, kejahatan, dan pergaulan bebas meningkat drastis.
“Setelah Magrib hingga sebelum Subuh, itu waktu yang tidak ramah bagi anak-anak,” ujar Eri dengan nada tegas.
“Cukup banyak kejadian kriminalitas di jam-jam itu tawuran, pembegalan, pemerkosaan, hingga pembunuhan. Anak-anak yang berkeliaran di luar rumah saat jam-jam itu sangat rentan menjadi korban, atau bahkan pelaku.”
Karena itu, lanjut Eri, kehadiran dan tanggung jawab orangtua menjadi benteng utama perlindungan anak. Salah satu bentuk konkret yang diharapkan adalah orangtua ikut mengantarkan anak-anak mereka ketika berangkat ke masjid untuk salat Subuh berjemaah dalam program Smart Surau.
“Jangan biarkan anak-anak berangkat sendiri. Antarkan, temani, dan pastikan mereka aman. Ini bukan sekadar soal ibadah, tapi juga bagian dari perlindungan terhadap generasi kita,” tegasnya lagi.
PKK Didorong Jadi Garda Depan Penggerak Masyarakat
Selain menyoroti soal pengawasan anak, Eri Sendjaya juga menyinggung pentingnya peran Tim Penggerak PKK sebagai motor penggerak kegiatan sosial di tingkat akar rumput. Ia menilai, PKK harus lebih tangguh, cerdas, dan adaptif, terutama dalam mengawal berbagai program pemerintah yang bersinggungan langsung dengan keluarga dan anak.
“PKK bukan sekadar organisasi pendamping. PKK adalah jantung masyarakat. Ketika ada penilaian, setiap indikator harus diisi bukan hanya di atas kertas, tapi dengan bukti nyata apa yang sudah dilakukan dan dirasakan masyarakat,” ujar Eri, yang turut didampingi Sekretaris TP-PKK Kota Padang, Imelda Novalin.
Ia menambahkan, keberhasilan PKK tidak diukur dari banyaknya lomba yang dimenangkan, melainkan dari seberapa besar dampak yang dirasakan masyarakat di lingkungan mereka masing-masing. Meski demikian, ia tetap mendorong agar kader dan pengurus PKK Padang terus berinovasi, berani tampil beda, dan berjuang untuk menjadi yang terbaik di setiap ajang kompetisi.
“Semangat harus terus menyala. Kita ingin Padang dikenal bukan hanya karena lautnya yang indah atau kulinernya yang lezat, tapi karena warganya terutama para ibu yang peduli dan berdaya,” ujarnya menutup kegiatan.
Program Smart Surau: Antara Spirit Ibadah dan Perlindungan Sosial
Program Smart Surau yang digagas Pemko Padang sejatinya bukan sekadar gerakan religius. Lebih dari itu, inisiatif ini ingin membangun ekosistem sosial yang aman, sehat, dan berbasis nilai-nilai keagamaan. Anak-anak diajak untuk menjadikan masjid dan musala bukan hanya tempat beribadah, tetapi juga ruang belajar, berdiskusi, dan bertumbuh secara moral.
Namun, sebagaimana disampaikan Eri Sendjaya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada dukungan aktif keluarga dan masyarakat. Sebab tanpa pengawasan orangtua, niat baik pemerintah bisa berujung sebaliknya: anak-anak yang keluar malam dengan alasan “ke masjid”, tapi justru rentan menghadapi bahaya di luar.
Smart Surau kini menjadi ujian nyata bagi sinergi antara pemerintah, orangtua, dan lembaga masyarakat apakah semua pihak benar-benar siap membangun lingkungan yang ramah anak dan ramah iman.
(Mond)
#Padang #SmartSurau