Breaking News

Kenapa Sih Ngantuk tapi Ga Bisa Tidur? Penjelasan Lengkap, Ilmiah, dan Praktis supaya Kamu Beneran Bisa Tertidur

Foto: Freepik

Dirgantaraonline
- Pernah nggak kamu duduk di ranjang, mata berat, rasanya ngantuk banget tapi ketika kepalamu menyentuh bantal, malah otak seperti di-on: pikiran berputar, checklist kerjaan muncul, atau kamu tiba-tiba ingat komentar canggung 3 tahun lalu. Frustasi, ya. Fenomena “ngantuk tapi gak bisa tidur” ini umum  dan bisa disebabkan oleh banyak hal: psikologis, kebiasaan sehari-hari, atau bahkan kondisi medis. Di bawah ini kita kupas tuntas penyebabnya, penjelasan singkat tentang apa yang terjadi di tubuh/otak, dan langkah-langkah praktis yang bisa langsung kamu coba malam ini juga.

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Tubuh dan Otak?

Sebelum ke solusi, sedikit sains singkat supaya masuk akal:

  • Melatonin: hormon “gelap” yang dirilis oleh kelenjar pineal saat gelap. Cahaya terang (terutama cahaya biru dari layar) menekan produksi melatonin sehingga tubuh tidak “terima” bahwa sudah waktunya tidur.
  • Sirkadian rhythm (jam biologis): jam internal tubuh yang mengatur kapan kita merasa mengantuk/terjaga. Jam ini bisa bergeser oleh pola tidur yang tidak teratur, jam kerja, atau perjalanan lintas zona waktu.
  • Kortisol: hormon stres yang normalnya menurun di malam hari. Jika kamu cemas atau stres, kadar kortisol tetap tinggi sehingga otak sulit beralih ke mode istirahat.
  • Aktivitas otak: meski tubuh lelah, bagian korteks yang memikirkan, merencanakan, atau mengkhawatirkan dapat tetap aktif — itu yang membuat kita “terjaga meski ngantuk”.

Penyebab Umum (dengan contoh nyata)

  1. Stres & Kecemasan

    • Contoh: presentasi besok, tagihan belum dibayar, atau overthinking percakapan dengan teman.
    • Efek: otak menaruh prioritas pada pemrosesan masalah → menolak “shutdown”.
  2. Paparan layar (cahaya biru) sebelum tidur

    • Contoh: scroll Instagram sampai jam 23:30 lalu berharap bisa tidur cepat.
    • Efek: menekan melatonin → jam biologis kebingungan.
  3. Jam tidur tidak konsisten

    • Contoh: akhir pekan begadang, hari kerja tidur jam 00:00–07:00, Sabtu–Minggu baru tidur jam 02:00–10:00.
    • Efek: ritme sirkadian berantakan → tubuh tidak “tahu” kapan harus mengantuk.
  4. Tidur siang terlalu lama atau terlalu sore

    • Contoh: tidur siang 2 jam jam 16:00 setelah pulang kerja.
    • Efek: mengurangi homeostatic sleep drive (dorongan tidur malam).
  5. Kafein atau gula berlebihan

    • Contoh: minum kopi sore atau minuman energen jam 18:00.
    • Efek: stimulasi sistem saraf yang bertahan beberapa jam.
  6. Kondisi medis & obat

    • Contoh: insomnia kronis, sleep apnea, gangguan tiroid, efek samping obat antidepresan atau steroid.
    • Efek: gangguan pola tidur yang memerlukan penanganan medis.
  7. Lingkungan tidur buruk

    • Contoh: kamar panas, lampu jalan menerobos, kasur tidak nyaman.
    • Efek: mengganggu fase tidur saat tubuh mencoba rileks.

Cara Mengatasinya Langkah Praktis dan Terbukti

Di bawah ini langkah yang bisa kamu praktikkan secara bertahap. Pilih beberapa dan konsisten selama 2–4 minggu untuk melihat perubahan.

1. Ritual 60–90 menit sebelum tidur (pre-sleep routine)

  • Matikan layar minimal 60 menit sebelum tidur. Ganti dengan membaca buku fisik, mendengarkan podcast tenang, atau stretching ringan.
  • Contoh urutan: mandi hangat → ganti piyama → baca 20 menit → catat 5 hal yang undisturbing → lakukan teknik pernapasan → tidur.

2. Teknik relaksasi untuk meredam otak yang aktif

  • 4-7-8 breathing: tarik napas lewat hidung 4 detik → tahan 7 detik → hembuskan perlahan 8 detik. Ulang 4–6 kali.
  • Progressive Muscle Relaxation (PMR):
    • Tegangkan otot kaki 5 detik → lepaskan. Naik ke betis → paha → perut → punggung → bahu → leher → wajah.
  • Latihan visualisasi: bayangkan detail scene yang tenang (pantai, hutan, atau kamar favorit). Fokus pada suara, bau, suhu.

3. Menulis (jurnal/gadget brain dump) 10–15 menit

  • Tulis 3–5 hal yang bikin khawatir dan satu langkah konkret yang bisa kamu lakukan besok.
  • Atau tulis daftar tugas terurut supaya otak tahu “sudah diarsipkan”—bukan disimpan di kepala.

4. Batasi kafein & makanan berat

  • Hindari kafein 6 jam sebelum tidur (kalau sensitif, mungkin 8–10 jam).
  • Hindari makan besar 3–4 jam sebelum tidur; camilan ringan ok.

5. Konsistensi jam tidur

  • Tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari (termasuk akhir pekan) — ini membantu reset sirkadian.
  • Jika shift kerja, gunakan strategi "anchor sleep" (tetap jaga 1–2 jam tidur yang konsisten tiap hari jika memungkinkan).

6. Atur lingkungan kamar

  • Gelap minimal: gunakan tirai blackout atau eye mask.
  • Suhu ideal: banyak orang nyaman di 18–22°C (sesuaikan dengan preferensi).
  • Suara: white noise atau mesin suara alam membantu beberapa orang.
  • Kasur & bantal nyaman: jangan anggap remeh—kualitas tempat tidur berpengaruh besar.

7. Jangan memaksa (rule 20–30 menit)

  • Jika belum tidur dalam 20–30 menit: bangun, lakukan aktivitas ringan yang menenangkan (membaca, peregangan) sampai mengantuk, lalu kembali ke ranjang.
  • Menjaga asosiasi ranjang = tidur, bukan ranjang = tempat berjuang melawan insomnia.

8. Gunakan cahaya pagi untuk reset sirkadian

  • Paparan cahaya terang di pagi hari (buka tirai, jalan pagi 10–20 menit) membantu mengatur ulang jam tubuh.

Rutinitas Tidur Contoh (Simple & Praktis)

Target tidur: jam 23:00, bangun 06:30 (7.5 jam)

21:30 — Matikan layar / ganti ke aktivitas tenang
21:45 — Mandi hangat atau bilas muka, ganti piyama
22:00 — Jurnal singkat: 5 menit brain dump + 3 hal bersyukur
22:10 — 4-7-8 breathing + PMR singkat
22:20 — Baca buku fisik 20 menit (lampu redup)
23:00 — Matikan lampu, tidur

Kamu boleh desain versi sendiri sesuai jadwal kerja.

Jika Kamu Orang Shift Worker atau Sering Perjalanan

  • Coba gunakan lampu terang sebelum shift untuk menyesuaikan kewaspadaan, dan eye mask + earplugs saat tidur di siang hari.
  • Gunakan strategi tidur terfragmentasi: “anchor sleep” 3–4 jam konsisten + tidur tambahan tunda sesuai kebutuhan.

Kapan Harus ke Dokter / Spesialis Tidur?

Konsultasikan jika:

  • Masalah berlangsung >3 bulan (kronis).
  • Sering terbangun tersengal, terengah (mencurigakan sleep apnea).
  • Mengantuk ekstrem di siang hari sampai mengganggu aktivitas (bisa jadi narkolepsi).
  • Efek samping obat atau masalah medis lain (tiroid, depresi, kecemasan berat).

Dokter mungkin merekomendasikan: pemeriksaan medis, perubahan obat, terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I), atau studi tidur (polysomnography).

Checklist Singkat  Cek Malam Ini!

  • [ ] Matikan layar 60 menit sebelum tidur
  • [ ] Jurnal 10 menit (brain dump)
  • [ ] Lakukan 4-7-8 breathing 4 kali
  • [ ] Pastikan kamar gelap & nyaman
  • [ ] Hindari kopi/teh 6 jam sebelum tidur

Skrip Singkat Relaksasi (Bisa Dicatat di Ponsel)

“Tarik napas pelan lewat hidung selama 4 detik… tahan 7 detik… hembuskan perlahan selama 8 detik. Ulang 4 kali. Sekarang pegang kesadaran pada kaki: rasakan beratnya, tegang sebentar, lepaskan. Naik ke betis, paha, perut… lepaskan. Bayangkan diri berjalan di pantai, pasir hangat di bawah kaki. Setiap hembusan napas, tubuh semakin berat, mata semakin lelah.”

Jangan Keras Kepala, Tetapi Konsisten

Ngantuk tapi ga bisa tidur sering kali bukan soal “kurang mau” tapi soal kebiasaan, sinyal tubuh yang tak sinkron, atau otak yang belum mau berhenti bekerja. Kunci utama: konsistensi, pengaturan lingkungan, dan teknik relaksasi yang bekerja untukmu. Cobalah beberapa strategi di atas selama 2–4 minggu dan catat perubahan. Kalau masih terus mengganggu dan menguras fungsi harian, jangan ragu konsultasi ke tenaga medis atau klinik tidur.

(***)

#GayaHidup #LifeStyle #SusahTidur