Breaking News

Cempedak vs Nangka: Dua Buah Tropis yang Mirip Tapi Tak Sama


Dirgantaraonline
- Ketika berjalan di pasar tradisional atau kebun tropis, Anda mungkin sering menemukan dua buah besar berkulit berduri yang sekilas tampak serupa. Keduanya sama-sama harum, sama-sama menguning saat matang, dan sama-sama memiliki daging buah manis yang menggiurkan. Namun, jangan salah sangka: meski mirip, cempedak dan nangka bukanlah buah yang sama.

Keduanya memang berasal dari keluarga dan genus yang sama (Moraceae, Artocarpus), sehingga sering dianggap kembar identik. Padahal, cempedak (Artocarpus integer) dan nangka (Artocarpus heterophyllus) punya perbedaan yang cukup jelas, baik dari sisi botani, rasa, aroma, hingga cara pengolahan.

Artikel ini akan membawa Anda mengenal lebih dekat dua buah “bersaudara” ini—mulai dari sejarah, ciri-ciri, hingga budaya kuliner yang melingkupinya.

Asal-usul dan Taksonomi

Nangka dipercaya berasal dari India bagian barat daya, menyebar ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan kuno, lalu menyebar hingga Afrika dan Amerika Selatan. Karena ukurannya besar dan daging buahnya tebal, nangka banyak dimanfaatkan di berbagai budaya sebagai bahan pangan utama.

Sementara itu, cempedak diperkirakan asli dari Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Buah ini lebih “lokal” sifatnya, tidak sepopuler nangka di pasar global, tetapi punya tempat istimewa di hati masyarakat Nusantara.

Bentuk dan Penampilan

Sekilas, keduanya tampak mirip: sama-sama berkulit hijau kekuningan dengan bintil kasar. Namun jika diperhatikan lebih dekat, perbedaan mulai terlihat.

  • Nangka: ukurannya bisa sangat besar, panjang 30–60 cm, beratnya bisa mencapai 10–20 kg bahkan lebih. Kulitnya tebal dan keras, dengan duri kecil rapat. Bentuknya cenderung bulat besar atau lonjong gemuk.
  • Cempedak: ukurannya lebih kecil, panjang 20–30 cm dengan berat rata-rata 3–6 kg. Kulitnya lebih lunak, bintilnya jarang, dan lebih mudah dikupas. Bentuknya lebih ramping dan memanjang.

Perbedaan ini sering jadi “kode rahasia” bagi pedagang buah yang sudah terbiasa.

Aroma dan Rasa

Di sinilah letak perbedaan paling mencolok yang membuat keduanya punya penggemar masing-masing.

  • Nangka punya daging buah yang kenyal, tebal, agak berserat, dan manis segar. Aromanya harum tetapi relatif lembut, tidak menusuk.
  • Cempedak punya daging yang lebih lembut, lengket, dan juicy. Rasanya manis dengan sentuhan kompleks, sementara aromanya lebih tajam dan kuat, bahkan ada yang menyamakannya dengan aroma durian.

Orang yang suka buah beraroma menyengat biasanya jatuh hati pada cempedak. Sebaliknya, yang lebih menyukai manis lembut biasanya lebih memilih nangka.

Tekstur dan Susunan Daging Buah

Selain aroma, tekstur daging juga berbeda:

  • Nangka: aril (daging buah yang menyelimuti biji) lebih tebal, kenyal, dan berbentuk memanjang.
  • Cempedak: arilnya lebih tipis, licin, dan lengket. Kadang terasa lebih creamy ketika digigit.

Biji keduanya bisa dimakan setelah direbus atau dipanggang, rasanya mirip kacang-kacangan dengan tekstur empuk.

Budaya dan Kuliner

Nangka dalam Masakan

Nangka matang sering dimakan segar, dijadikan kolak, es campur, hingga keripik. Nangka muda lebih populer lagi—digunakan dalam gudeg Jogja, gulai nangka Padang, hingga rendang vegetarian. Bahkan di dunia internasional, nangka muda kini naik daun sebagai pengganti daging nabati karena teksturnya mirip suwir ayam atau daging sapi.

Cempedak dalam Masakan

Cempedak paling terkenal dalam bentuk cempedak goreng. Daging buahnya dilumuri adonan tepung lalu digoreng hingga renyah di luar, lembut di dalam, dan aromanya menyeruak menggoda. Di Kalimantan, kulit cempedak yang difermentasi dikenal dengan nama mandai, menjadi lauk khas yang gurih dan unik.

Dengan karakter aromanya yang kuat, cempedak sering dianggap “buah nostalgia” yang mengingatkan orang pada kampung halaman.

Nilai Gizi dan Manfaat

Kedua buah kaya akan karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral.

  • Vitamin C: membantu daya tahan tubuh dan kesehatan kulit.
  • Kalium & magnesium: baik untuk kesehatan jantung dan tekanan darah.
  • Serat: mendukung pencernaan dan mencegah sembelit.
  • Antioksidan: beberapa studi menyebut adanya senyawa bioaktif yang berpotensi menangkal radikal bebas.

Nangka bahkan dikenal punya kandungan protein lebih tinggi dibanding buah tropis lain, sehingga dianggap lebih “mengenyangkan”.

Budidaya dan Musim Panen

  • Nangka tumbuh baik di berbagai daerah tropis, dengan pohon besar yang bisa mencapai lebih dari 20 meter. Musim panennya panjang dan buahnya tahan beberapa hari setelah dipetik.
  • Cempedak tumbuh di daerah dataran rendah, terutama di Indonesia bagian timur dan Malaysia. Pohonnya lebih kecil (10–15 meter). Namun, buah cempedak relatif cepat busuk setelah dipetik, sehingga jarang masuk rantai pasok besar.

Inilah sebabnya nangka lebih sering dijumpai di pasar modern, sementara cempedak lebih banyak dijual di pasar tradisional atau langsung di daerah penghasilnya.

Tips Memilih dan Menyimpan

  • Pilih nangka matang dengan kulit agak kuning dan aroma manis ringan. Untuk nangka muda, pilih yang masih hijau keras.
  • Pilih cempedak matang dengan kulit yang lebih empuk dan aroma tajam yang menyengat.
  • Simpan potongan daging buah dalam wadah tertutup di kulkas untuk 1–2 hari, atau bekukan jika ingin tahan lebih lama.

Ringkasan Perbedaan

Aspek Nangka (A. heterophyllus) Cempedak (A. integer)
Ukuran Besar, bisa >20 kg Kecil, 2–6 kg
Kulit Tebal, duri rapat, keras Lebih lunak, duri jarang
Aroma Harum lembut Tajam, menyengat
Tekstur Kenyal, berserat Lembut, juicy, lengket
Kegunaan Segar, kolak, gudeg, olahan daging Cempedak goreng, mandai, cemilan khas

Cempedak dan nangka memang “saudara dekat” yang sering membingungkan orang awam. Namun setelah mengenalnya lebih dalam, Anda akan tahu bahwa keduanya punya keunikan masing-masing.

Nangka unggul karena serbaguna, bisa dimakan matang maupun muda, bahkan diakui dunia sebagai alternatif daging nabati. Cempedak, meski lebih lokal dan cepat busuk, justru memenangkan hati lewat aroma khas dan kelembutan rasanya yang membuatnya istimewa.

Pada akhirnya, bukan soal mana yang lebih baik, melainkan bagaimana kita menghargai kekayaan hayati tropis yang menghadirkan beragam cita rasa unik.

(***)