Breaking News

Viral Lomba Agustusan di RSUD Daya Makassar Saat Ada Pasien Meninggal Dunia

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

D'On, Makassar
– Sebuah video kegiatan lomba 17 Agustus di lobi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, viral di media sosial dan menuai beragam reaksi publik. Pasalnya, di saat para pegawai rumah sakit larut dalam suasana meriah menyambut Hari Kemerdekaan, kabar duka datang dari ruang perawatan intensif (ICU) yang melaporkan seorang pasien meninggal dunia pada waktu yang hampir bersamaan.

Fenomena inilah yang memunculkan perdebatan: apakah kegiatan lomba yang disertai musik, tawa, dan keriuhan pegawai rumah sakit sudah pantas dilakukan di tengah suasana medis yang menuntut ketenangan? Ataukah justru framing media sosial yang membesar-besarkan peristiwa sehingga memunculkan kesan seolah-olah pelayanan pasien terganggu?

Video Viral: Lomba di Lobi, Pasien Meninggal di ICU

Video berdurasi singkat yang tersebar di sejumlah platform memperlihatkan suasana lomba di area lobi RSUD Daya. Tawa para peserta, alunan musik, hingga riuh rendah penonton tampak begitu kontras dengan citra rumah sakit sebagai tempat penyembuhan dan perawatan pasien.

Tak lama setelah video itu viral, publik dikagetkan dengan kabar meninggalnya seorang pasien yang tengah dirawat di ruang ICU, tepat di gedung lain dalam kompleks rumah sakit tersebut. Keterkaitan waktu antara dua peristiwa inilah yang membuat sebagian netizen menilai pihak rumah sakit kurang sensitif terhadap kondisi pasien dan keluarga yang sedang berduka.

Penjelasan Manajemen RSUD Daya

Humas RSUD Daya, Wisnu, saat dikonfirmasi pada Minggu (17/8/2025) membenarkan adanya kegiatan lomba tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa acara tidak dilakukan di area pelayanan pasien dan berlangsung di luar jam rawat.

“Kegiatan lomba berlangsung di lobi lantai 1 gedung A pada Jumat (15/8/2025), sekitar pukul 14.00–14.30 WITA. Acara sudah dijadwalkan sebelumnya sebagai bagian dari peringatan HUT RI, dan dilaksanakan di luar jam pelayanan pasien,” ujar Wisnu.

Menurutnya, peserta lomba merupakan pegawai rumah sakit yang sedang lepas dinas, bukan tenaga medis yang sedang bertugas. Ia juga menekankan, posisi ICU berada di gedung B lantai 2, sedangkan lobi tempat lomba diadakan berada di gedung A, sehingga secara fisik dan fungsional keduanya terpisah cukup jauh.

“Kalau kita lihat dari posisinya, sebenarnya tidak ada kaitannya antara kegiatan lomba dengan pasien yang meninggal dunia di ICU. Namun karena waktunya berbarengan, publik menganggap seolah ada hubungan langsung,” jelasnya.

Empati dan Permohonan Maaf

Meski membantah adanya gangguan terhadap pelayanan medis, Wisnu tetap menyampaikan permintaan maaf atas polemik yang timbul di masyarakat. Ia menegaskan bahwa manajemen RSUD Daya menunjukkan empati kepada keluarga pasien yang meninggal.

“Kami mewakili manajemen menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum. Kami juga memfasilitasi pengantaran jenazah menggunakan ambulans rumah sakit hingga ke rumah duka,” tambahnya.

Polemik Etika: Antara Semangat Nasionalisme dan Sensitivitas

Peristiwa ini menimbulkan diskusi lebih luas di masyarakat terkait etika penyelenggaraan kegiatan seremonial di rumah sakit. Di satu sisi, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang sarat dengan suasana duka dan penderitaan pasien. Di sisi lain, rumah sakit juga dihuni ratusan pegawai yang memiliki hak untuk merayakan kebersamaan, termasuk momentum kemerdekaan.

Ahli komunikasi publik menilai, masalah utama bukan pada kegiatan lombanya, melainkan pada manajemen komunikasi dan sensitivitas terhadap persepsi publik. “Rumah sakit adalah ruang publik yang identik dengan keseriusan. Sekecil apa pun kegiatan nonmedis yang menimbulkan keramaian berpotensi menimbulkan persepsi negatif, apalagi bila berbarengan dengan peristiwa duka,” jelas seorang akademisi kesehatan masyarakat dari Makassar yang dimintai tanggapan.

Reaksi Publik

Di media sosial, warganet terbagi dua. Sebagian mengkritik RSUD Daya karena dianggap kurang empati. “Namanya rumah sakit, mestinya jaga ketenangan. Apalagi ada pasien yang meninggal, tidak pantas ada lomba-lomba begitu,” tulis seorang pengguna X (Twitter).

Namun, sebagian lain menilai publik terlalu cepat menghakimi. “Kalau acaranya jauh dari ruang perawatan dan tidak ganggu pasien, ya tidak masalah. Jangan semua hal dipelintir seolah-olah salah,” komentar warganet lain.

Kasus viral lomba Agustusan di RSUD Daya ini seolah menjadi cermin bahwa rumah sakit bukan hanya tempat pelayanan medis, tetapi juga ruang sosial yang sarat dengan simbol, persepsi, dan ekspektasi publik. Pihak manajemen telah meminta maaf dan menyatakan empati, namun peristiwa ini tetap menyisakan pelajaran penting: setiap langkah institusi pelayanan publik, sekecil apa pun, akan selalu diamati dan dinilai masyarakat.

(B1)

#Viral #RSUDMakassar #LombaAgustusan