Terminal Anak Air Padang Bernilai Puluhan Miliar Kini Sepi dan Mulai Rusak: Investasi Raksasa yang Terancam Sia-Sia
![]() |
Kondisi Terminal Anak Air Padang yang Rusak (Dok: Deni Hand) |
D'On, Padang – Sejak awal pembangunannya, Terminal Tipe A Anak Air Padang digadang-gadang akan menjadi simpul transportasi modern yang mampu menghubungkan Sumatera Barat dengan berbagai daerah lain di Indonesia. Puluhan miliar rupiah dana APBN digelontorkan, mulai dari pembangunan fisik, penyediaan mobiler, hingga sarana-prasarana penunjang. Namun, setelah hampir empat tahun beroperasi sejak peresmiannya pada Oktober 2021, terminal megah ini justru menghadirkan pemandangan yang jauh dari harapan.
Alih-alih menjadi pusat lalu lintas bus antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP), suasana Terminal Anak Air justru lebih menyerupai gedung kosong. Aktivitas transportasi nyaris tak terlihat, kecuali beberapa unit bus dalam kota Trans Padang yang sesekali ngetem menunggu jadwal keberangkatan.
Tidak ada hiruk-pikuk penumpang, tidak ada pedagang kaki lima yang biasanya menghidupkan suasana terminal, bahkan lalu lalang bus AKAP yang menjadi indikator vital sebuah terminal tipe A pun hampir tidak pernah terlihat.
Investasi Besar, Manfaat Minim
Terminal Tipe A Anak Air berada di bawah kewenangan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Sumbar, Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Dalam klasifikasi, terminal tipe A seharusnya berfungsi sebagai pusat layanan transportasi darat berskala nasional yang melayani bus AKAP, AKDP, dan angkutan lintas provinsi.
Namun kenyataannya, terminal yang menelan biaya pembangunan fantastis ini tidak kunjung berfungsi sebagaimana mestinya. “Sepinya terminal ini jelas menimbulkan tanda tanya besar. Dengan investasi sebesar itu, masyarakat berhak mempertanyakan efektivitas pemanfaatannya,” ungkap seorang pengamat transportasi lokal.
Awal Mula Masalah: Tanah Rawa yang Belum Matang
Kini, permasalahan semakin bertambah. Selain minim aktivitas, bangunan terminal mulai menunjukkan gejala kerusakan serius. Bagian bawah gedung terlihat mengalami keretakan pada lantai, bahkan rembesan air mulai keluar dari sela-sela lantai yang retak. Gejala ini mengindikasikan adanya penurunan struktur tanah dasar atau timbunan yang tidak stabil.
Dede Darman, seorang praktisi sekaligus supervisi konstruksi yang telah lama berkecimpung di bidangnya, menilai kerusakan ini tidak bisa dianggap sepele.
“Kerusakan ini harus segera ditangani. Kalau dibiarkan, akan melebar dan berpotensi menimbulkan kerusakan struktural yang lebih parah,” ujarnya, Senin (25/8/2025).
Menurutnya, penurunan tanah ini bisa terjadi karena proses pemadatan tanah atau pematangan lahan yang tidak maksimal saat pembangunan berlangsung. Apalagi, lokasi terminal dulunya merupakan kawasan rawa dan persawahan. Faktor lain yang mungkin turut berkontribusi adalah kualitas cor beton yang tidak memenuhi standar.
“Kalau tidak ada tindakan antisipasi segera, maka bukan hanya lantai yang retak. Kondisi patah struktur bisa saja terjadi, dan itu berbahaya,” tegasnya.
Potensi Kerugian Besar
Kondisi ini bukan hanya masalah teknis, melainkan juga menyangkut potensi kerugian negara. Puluhan miliar rupiah dana APBN yang sudah diinvestasikan bisa sia-sia jika terminal rusak sebelum berfungsi optimal.
Selain itu, kerusakan ini berpotensi menambah beban anggaran negara karena akan membutuhkan biaya perbaikan besar. Ironisnya, terminal yang seharusnya mendukung mobilitas masyarakat luas, justru belum memberikan manfaat nyata bagi publik.
Harapan dan Tanggung Jawab
Masyarakat berharap Kementerian Perhubungan dan BPTD Kelas II Sumbar segera turun tangan. Penanganan cepat terhadap kerusakan harus dilakukan agar bangunan tidak semakin parah. Lebih penting lagi, perlu ada langkah strategis untuk menghidupkan kembali fungsi Terminal Anak Air Padang, agar tidak menjadi sekadar “monumen beton” hasil investasi yang terbengkalai.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Balai Perhubungan Transportasi Darat Kelas II Sumbar, Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub belum memberikan keterangan resmi terkait temuan kerusakan tersebut maupun strategi untuk mengoptimalkan pemanfaatan terminal.
Catatan: Terminal Tipe A Anak Air Padang kini berada di persimpangan: apakah akan menjadi pusat transportasi modern yang bermanfaat bagi masyarakat, atau justru masuk daftar proyek mangkrak bernilai triliunan yang menambah panjang deretan infrastruktur kurang terpakai di Indonesia.
(Mond/Deni)
#TerminalAnakAir #Padang #Infrastruktur