OMC Digelar, Hujan Turun di Solok: Strategi Langit untuk Padamkan Karhutla dan Kekeringan
Meningkatnya jumlah titik panas di sejumlah wilayah, Kapolda Kalimantan Tengah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
D'On, Kabupaten Solok – Setelah lebih dari dua bulan tanpa setetes hujan, langit Kabupaten Solok akhirnya luluh. Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang mengguyur sejumlah wilayah sejak lima hari terakhir. Bukan semata keajaiban cuaca, tapi hasil dari kerja keras manusia: Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang digelar atas inisiatif Pemkab Solok bekerja sama dengan pemerintah pusat.
Bupati Solok, Jon Firman Pandu, mengungkapkan bahwa operasi yang digelar bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini telah membuahkan hasil nyata. “Alhamdulillah, hujan sudah turun di wilayah kita. Ini sangat membantu petani dan masyarakat yang selama ini menderita akibat kekeringan dan karhutla,” ujar Jon Firman dalam keterangannya, Minggu (3/8/2025).
Langkah Strategis dari Jakarta ke Langit Solok
OMC bukan terjadi begitu saja. Bupati Solok secara khusus mendatangi kantor BNPB di Jakarta beberapa waktu lalu. Langkah itu dinilai strategis dalam mendorong koordinasi antara pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan lembaga nasional penanggulangan bencana.
“Setelah kami sampaikan data lapangan yang menunjukkan kondisi darurat karhutla dan krisis air bersih, respons dari pusat sangat cepat,” ungkapnya. Koordinasi intensif inilah yang akhirnya membawa pesawat penyemaian awan terbang melintasi langit Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota yang juga dilanda kekeringan hebat.
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Dedi Kurniawan, membenarkan bahwa OMC difokuskan di dua kabupaten tersebut karena keduanya telah menetapkan status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan. "Operasi ini berlangsung selama lima hari, dengan target penyemaian awan pada titik-titik yang memiliki potensi kelembaban tinggi," jelasnya.
Solok dalam Kepungan Bencana
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Solok memperlihatkan betapa genting situasi yang dihadapi warga. Sejak awal tahun hingga 19 Juli 2025, tercatat 92 kejadian bencana. Yang paling mengkhawatirkan, 83 di antaranya adalah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sisanya terdiri dari dua kebakaran rumah, enam kejadian pohon tumbang, dan satu angin puting beliung.
Jika dirinci, pada Mei lalu tercatat lima kejadian: empat pohon tumbang dan satu puting beliung. Namun situasi memburuk di bulan Juli dengan 20 kasus karhutla dan dua kejadian pohon tumbang. Kekeringan ekstrem pun menambah derita masyarakat. Menurut data BMKG, Kabupaten Solok sudah lebih dari 60 hari tidak diguyur hujan.
Dampak Riil: Air Hilang, Sawah Terancam
Musim kemarau yang berkepanjangan ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Ketersediaan air bersih terganggu, dan sektor pertanian tulang punggung ekonomi Kabupaten Solok berada di ambang krisis. Tanaman mengering, panen terancam gagal, dan aktivitas petani melambat.
Dalam konteks ini, modifikasi cuaca bukan sekadar solusi teknis, tapi intervensi penyelamat ekosistem dan ekonomi warga.
Sinergi yang Menjadi Kunci
Keberhasilan operasi OMC ini menunjukkan pentingnya sinergi lintas sektor dan lintas wilayah. Pemerintah Kabupaten Solok memastikan bahwa pemantauan cuaca akan terus dilakukan, dan pihaknya siap kembali berkoordinasi dengan BNPB maupun BMKG jika diperlukan.
Menurut BMKG, wilayah Sumatera Barat ke depan masih berpotensi mengalami cuaca ekstrem akibat pola angin musiman dan perubahan iklim global. Karena itu, langkah-langkah mitigasi seperti OMC harus disiapkan lebih dini dan berkelanjutan.
Catatan Penting untuk Masa Depan
Kisah Kabupaten Solok menjadi pelajaran penting bagi daerah lain: bahwa menghadapi bencana alam tak bisa hanya mengandalkan doa dan harapan. Perlu langkah konkret, kolaborasi strategis, dan keputusan cepat.
Dengan langit yang kini kembali bersahabat, masyarakat Solok mulai bernapas lega. Namun tantangan belum selesai. “Ini baru awal. Kami harus tetap siaga menghadapi musim kemarau yang belum berakhir,” pungkas Bupati Jon Firman Pandu.
(Mond)
#Karhutla #BMKG #ModifikasiCuaca #KabupatenSolok