Kantor Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza Diserang Israel: 1 Tewas, 3 Terluka, Api Melalap Gedung Kemanusiaan
Ledakan dari serangan udara Israel menghantam kamp tenda pengungsian di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (19/4/2025). Foto: Hatem Khaled/REUTERS
D'On, Gaza — Serangan Israel kembali mengguncang Gaza, kali ini menyasar kantor pusat Bulan Sabit Merah Palestina (Palestinian Red Crescent Society/PRCS) yang terletak di Khan Younis, selatan Jalur Gaza. Dalam insiden tragis ini, satu staf PRCS dilaporkan tewas, sementara tiga lainnya mengalami luka-luka, dan lantai pertama gedung terbakar hebat akibat serangan tersebut.
PRCS dalam pernyataan resminya yang dikutip AFP menyebut, “Serangan Israel telah mengenai kantor pusat kami di Khan Younis. Seorang anggota staf kami gugur dalam tugas kemanusiaan, dan tiga lainnya kini menjalani perawatan akibat luka yang diderita. Serangan itu juga menyebabkan kebakaran besar yang melanda lantai dasar gedung.”
Serangan ini terjadi hanya beberapa saat setelah Steve Witkoff, utusan Amerika Serikat yang mewakili pemerintahan Washington, mengunjungi posko bantuan kemanusiaan yang didukung AS di Gaza. Witkoff datang untuk meninjau langsung proses distribusi bantuan makanan ke wilayah yang dilanda krisis tersebut.
Serangan terhadap Tenaga Kemanusiaan: Bukan yang Pertama
Ironisnya, ini bukan kali pertama tenaga kemanusiaan menjadi sasaran konflik yang berkepanjangan di Gaza. Pada bulan Maret 2025, laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut bahwa serangan serupa oleh militer Israel telah menewaskan delapan staf PRCS, enam anggota Badan Pertahanan Sipil Gaza, dan satu staf dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Rentetan serangan terhadap petugas medis, penyelamat, dan relawan bantuan kian menegaskan bahwa wilayah Gaza kini bukan hanya ladang perang fisik, melainkan juga ladang penderitaan kemanusiaan yang tak mengenal batas.
Korban Sipil Terus Bertambah
Hingga kini, korban tewas akibat operasi militer Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah mencapai 60.332 jiwa, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Mayoritas dari korban tersebut adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata.
Sebaliknya, data dari pihak Israel menunjukkan bahwa serangan mendadak oleh Hamas ke wilayah Israel menyebabkan 1.219 orang tewas, yang juga didominasi oleh warga sipil.
Konflik yang berkobar sejak Oktober tahun lalu masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Di tengah tekanan diplomatik internasional dan seruan gencatan senjata dari berbagai negara dan organisasi kemanusiaan, serangan terhadap fasilitas bantuan dan tenaga medis justru terus berulang.
Pusat Medis yang Harusnya Netral Kini Tak Lagi Aman
PRCS selama ini dikenal sebagai salah satu organisasi kemanusiaan yang paling aktif di Gaza. Mereka mengoperasikan ambulans, rumah sakit lapangan, serta pusat distribusi bantuan makanan dan obat-obatan — layanan vital yang sangat dibutuhkan masyarakat Gaza yang hidup di tengah blokade dan kekurangan pasokan.
Namun, serangan terhadap kantor pusat PRCS menunjukkan bahwa fasilitas kemanusiaan yang semestinya netral dan dilindungi hukum internasional pun kini tak luput dari ancaman.
Dalam pernyataannya, PRCS mengecam keras tindakan militer Israel, menyebutnya sebagai “pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional,” dan menyerukan investigasi serta perlindungan nyata bagi lembaga-lembaga kemanusiaan di zona konflik.
Kecaman Global dan Permintaan Pertanggungjawaban
Serangan terhadap kantor PRCS di Khan Younis ini segera memicu reaksi keras dari berbagai lembaga HAM internasional. Amnesty International dan Human Rights Watch mendesak penyelidikan independen serta pertanggungjawaban atas setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap lembaga kemanusiaan.
Sementara itu, PBB melalui utusan khususnya untuk urusan kemanusiaan di Palestina menyebut insiden tersebut sebagai “tamparan terhadap upaya bantuan global” dan menegaskan bahwa “tidak ada alasan militer yang bisa membenarkan serangan terhadap staf kemanusiaan.”
Suara dari Tanah yang Terluka
Dalam suasana berkabung dan kemarahan, PRCS tetap melanjutkan operasi darurat mereka di Gaza. Seorang perawat PRCS, dalam wawancara singkat dengan media lokal, menyatakan, “Kami bukan pejuang. Kami bukan tentara. Kami hanya orang-orang yang ingin menyelamatkan nyawa. Tapi sekarang, bahkan tempat kerja kami pun menjadi sasaran.”
Dunia kembali menatap Gaza, di mana suara bom tak henti menggema dan api menyala bukan hanya di gedung-gedung, tapi juga di hati orang-orang yang terus kehilangan orang yang mereka cintai. Di tengah puing-puing, para pekerja kemanusiaan terus berjuang meski tak ada jaminan mereka akan hidup esok hari.
(AFP)
#Internasional #AgresiIsrael #Gaza #Palestina