Guncangan di Pati: Aliansi Masyarakat Bersatu Tetap Demo, Tuntut Bupati Mundur Massa Diprediksi 150 Ribu Orang
Foto udara suasana posko penggalangan donasi logistik unjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (12/8/2025).
D'On, Pati, Jawa Tengah – Suhu politik di Kabupaten Pati memanas. Meski Bupati Pati, Sudewo, telah resmi membatalkan kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen, gelombang kemarahan warga belum juga surut. Aliansi Masyarakat Pati Bersatu yang menjadi motor gerakan penolakan menegaskan tetap akan menggelar aksi besar-besaran pada Rabu, 13 Agustus, dengan tuntutan tunggal: Bupati Sudewo harus mundur dari jabatannya.
Menurut inisiator aksi, Supriyono, pembatalan kenaikan pajak tidak cukup untuk memulihkan kepercayaan publik. Mereka menilai kebijakan itu sudah terlanjur melukai hati masyarakat.
“Tuntutannya jelas. Bapak Bupati Pati Sudewo mengundurkan diri secara ksatria, atau dilengserkan secara paksa oleh rakyat,” tegas Supriyono, Senin (11/8).
Aksi ini rencananya akan terpusat di sekitar Pendopo Kabupaten Pati dan alun-alun kota. Dukungan mengalir deras, bukan hanya dari dalam kota, tetapi juga dari luar daerah, bahkan luar negeri. Ribuan kardus air mineral, makanan ringan, hingga buah-buahan menumpuk di posko donasi yang membentang dari depan Kantor Bupati Pati hingga Gedung DPRD. “Bantuan datang tanpa henti. Ini bukti bahwa perjuangan ini milik semua orang, bukan segelintir pihak,” ujar Supriyono.
Prediksi Massa: Tiga Kali Lipat dari Tantangan Bupati
Sebelumnya, Bupati Sudewo sempat melontarkan pernyataan menantang bahwa ia siap berhadapan dengan 50 ribu demonstran. Namun, koordinator donasi aksi, Teguh Isdiyanto, menyebut massa yang akan datang bisa mencapai tiga kali lipat jumlah itu.
“Kalau perkiraan kami, bisa sekitar 150 ribu orang. Ini sudah melebihi jauh dari angka yang pernah disebutkan Pak Bupati,” kata Teguh.

Sejumlah sekolah di wilayah Pati Kota, Kabupaten Pati, Jawa Tengah diliburkan saat aksi unjuk rasa pada Rabu (13/8/2025). Foto: Dok. Istimewa
Dampak Langsung: 22 Sekolah Diliburkan

Besarnya skala aksi membuat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati mengambil langkah antisipasi. Sebanyak 22 sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga SMP di wilayah Pati Kota diliburkan. Para siswa akan belajar dari rumah secara daring.
Kebijakan ini tertuang dalam surat edaran yang ditandatangani Plt Kepala Dinas Pendidikan, Andrik Sulaksono, sebagai tindak lanjut arahan dari Polresta Pati.
“Sesuai arahan melalui surat dari Polresta, sekolah-sekolah tersebut akan melakukan pembelajaran daring pada hari pelaksanaan aksi,” jelas Andrik, Selasa (12/8).
Operasi Pengamanan: 2.781 Personel Dikerahkan
Kepolisian pun tak tinggal diam. Kapolresta Pati, Kombes Pol Jaka Wahyudi, mengonfirmasi bahwa sebanyak 2.781 personel gabungan dari Polres, Polda, TNI, dan stakeholder lain akan diturunkan. Selain itu, puluhan kamera pengawas telah dipasang di titik-titik strategis sekitar alun-alun untuk memantau situasi secara real-time.
“Kami juga akan melakukan pengalihan arus lalu lintas mulai pukul 07.00 WIB, khususnya di ruas jalan menuju alun-alun Pati,” ujar Jaka.
Suasana Menjelang Aksi: Kota Bersiap, Warga Bergerak
Menjelang hari H, suasana di Pati berubah drastis. Di posko-posko bantuan, para relawan sibuk menata logistik yang terus berdatangan. Di pasar-pasar, obrolan warga hampir selalu berujung pada rencana aksi. Di media sosial, poster digital dan seruan partisipasi menyebar luas, memperlihatkan bahwa aksi ini bukan sekadar protes pajak, melainkan bentuk ketidakpuasan yang lebih besar terhadap kepemimpinan daerah.
Bagi sebagian warga, aksi 13 Agustus akan menjadi momen unjuk kekuatan rakyat terbesar dalam sejarah Pati. Sebagian lainnya mengkhawatirkan potensi kericuhan jika jumlah massa benar-benar membludak hingga ratusan ribu. Namun, satu hal yang pasti semua mata kini tertuju ke alun-alun Pati.
(K)
#Demontrasi #JawaTengah #Peristiwa