Dokter RSUD Sekayu Diintimidasi Keluarga Pasien: Dimaki, Dipaksa Buka Masker, dan Jadi Sorotan Publik
Viral dokter diintimidasi keluarga pasien di RSUD Sekayu (Foto: TikTok)
D'On, Banyuasin — Dunia medis di Sumatera Selatan kembali diguncang kabar tidak sedap. Sebuah video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan momen menegangkan di ruang VIP RSUD Sekayu, Kabupaten Banyuasin. Dalam video berdurasi singkat tersebut, seorang dokter spesialis penyakit dalam, dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, K-GH, FINASIM, mendapat perlakuan intimidatif dari keluarga pasien yang sedang dirawat.
Peristiwa itu terjadi saat dr. Syahpri tengah menjalani tugas rutin, melakukan visit pasien di ruang perawatan. Namun, suasana yang semestinya kondusif justru berubah menjadi panas ketika salah satu anggota keluarga pasien tiba-tiba memprotes dengan nada tinggi.
“Buka maskernya! Buka! Jelasin, kamu bilang ini ruangan VIP paling layak. Jelaskan! Kamu belum tahu kita!” teriak salah satu anggota keluarga pasien dengan nada penuh emosi.
Tak hanya itu, intimidasi berlanjut dengan pertanyaan bernada merendahkan:
“Dokter apa kamu? Bagian apa dokter apa?”
Dokter yang tengah berdiri di sisi tempat tidur pasien tersebut tampak tetap tenang, meski situasi di sekitarnya kian memanas. Rekaman video ini sontak memantik gelombang reaksi publik, banyak yang menilai perilaku keluarga pasien tersebut telah melewati batas, terlebih dilakukan di depan pasien dan tenaga kesehatan lain.
Mediasi Kilat Setelah Video Viral
Usai rekaman itu menyebar luas di media sosial pada Kamis (14/8/2025), pihak rumah sakit bergerak cepat melakukan mediasi. Dalam pertemuan tersebut, keluarga pasien akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada dr. Syahpri.
“Kami setelah kejadian langsung dimediasi, dan saya selaku keluarga pasien sudah meminta maaf. Saya akui pada saat itu emosi. Tetapi kami terkejut mengapa video itu diviralkan di media sosial seolah-olah melakukan kekerasan kepada dokter,” ujar perwakilan keluarga pasien.
Pernyataan itu memunculkan respons beragam dari warganet. Sebagian memahami bahwa emosi bisa meledak dalam kondisi tertentu, namun banyak pula yang menegaskan bahwa tidak ada alasan yang dapat membenarkan intimidasi terhadap tenaga medis, apalagi di tengah pelayanan pasien yang membutuhkan ketenangan.
Latar Belakang: Antara Standar Pelayanan dan Persepsi VIP
Meski kronologi detail penyebab kemarahan belum sepenuhnya terungkap, dari potongan percakapan terlihat ada kekecewaan keluarga pasien terkait fasilitas ruang VIP yang dinilai tidak sesuai harapan. Sebagian publik menduga masalah ini berakar dari ekspektasi tinggi terhadap pelayanan di kelas tertinggi rumah sakit, yang sering kali dikaitkan dengan kenyamanan, kebersihan, dan kelengkapan sarana.
Namun, cara penyampaian protes inilah yang menjadi sorotan. Banyak pihak menilai bahwa menyampaikan keluhan seharusnya dilakukan melalui jalur resmi atau pihak manajemen rumah sakit, bukan dengan menyerang secara verbal apalagi memaksa dokter melepas masker di tengah pelayanan.
Fenomena Kekerasan terhadap Tenaga Medis
Kasus ini menambah daftar panjang insiden kekerasan, baik fisik maupun verbal, yang dialami tenaga kesehatan di Indonesia. Menurut catatan sejumlah asosiasi profesi medis, intimidasi terhadap dokter kerap terjadi namun jarang terekspos. Bedanya kali ini, bukti video yang tersebar membuat publik dapat melihat langsung bagaimana tekanan emosional dialami tenaga medis di lapangan.
Para pemerhati kesehatan mengingatkan, kekerasan verbal pun dapat berdampak serius terhadap mental dan kinerja tenaga medis. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi menurunkan kualitas pelayanan kesehatan jika tidak segera diatasi.
Gelombang Dukungan untuk Dokter
Pasca-viral, dukungan terhadap dr. Syahpri mengalir deras di media sosial. Banyak rekan sejawat, organisasi profesi, dan warganet menyatakan simpati serta mengapresiasi sikap tenang sang dokter meski berada dalam situasi tertekan. Beberapa bahkan menyerukan agar pihak rumah sakit memperketat aturan keamanan di ruang perawatan, termasuk membatasi jumlah pengunjung dan memberlakukan prosedur tegas saat terjadi gesekan dengan keluarga pasien.
Kasus ini bukan hanya soal satu dokter dan satu keluarga pasien, melainkan menjadi cermin hubungan rapuh antara ekspektasi publik dan realitas pelayanan kesehatan. Apalagi di tengah tingginya tekanan kerja tenaga medis, penghormatan terhadap mereka seharusnya menjadi prinsip utama.
(Okz)
#Viral #Peristiwa