Breaking News

Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Sampaikan Permintaan Maaf Mendalam kepada Keluarga Korban: Janji Evaluasi dan Pendampingan Penuh

Warga memotret data korban selamat dalam peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Sabtu (5/7/2025). Hingga Sabtu sore, tercatat sebanyak 30 orang korban dalam peristiwa itu berhasil ditemukan dalam kondisi selamat, 6 orang meninggal dunia dan 29 orang penumpang lainnya masih dalam proses pencarian oleh tim SAR gabungan. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.

D'On, Banyuwangi 
— Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu malam (2/7) terus menyisakan duka mendalam. Dalam insiden yang terjadi sekitar pukul 23.35 WIB itu, kapal nahas tersebut membawa 53 penumpang, 12 anak buah kapal (ABK), dan 22 kendaraan. Hingga Sabtu malam, enam orang telah dipastikan meninggal dunia, sementara 29 lainnya masih dalam pencarian. Hanya 30 orang yang berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.

Menanggapi tragedi ini, pihak manajemen kapal dari PT Raputra Jaya akhirnya angkat bicara. Dalam konferensi pers yang digelar di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam (6/7), perwakilan manajemen Uliluddin menyampaikan permintaan maaf yang tulus dan mendalam kepada seluruh keluarga korban.

“Kami atas nama manajemen PT Raputra Jaya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas musibah ini,” ujar Uliluddin dengan suara bergetar. “Kami juga menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Kami berdoa agar para korban mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan menghadapi musibah ini.”

Uliluddin menegaskan bahwa pihaknya menyadari penuh bahwa keselamatan pelayaran merupakan tanggung jawab mutlak perusahaan selaku operator. Oleh karena itu, sejak kejadian tragis itu, PT Raputra Jaya langsung bergerak cepat melakukan koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan.

Pihak manajemen disebut telah menjalin komunikasi erat dengan Basarnas, KSOP, ASDP sebagai operator Pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk, serta otoritas maritim lainnya, guna mempercepat proses pencarian korban yang masih hilang.

Santunan dan Pendampingan untuk Keluarga Korban

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan moral, Uliluddin mengungkapkan bahwa manajemen kapal telah memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal dunia pada Jumat (4/7).

“Komitmen kami tidak hanya berhenti pada santunan. Kami juga akan mendampingi keluarga korban dalam menghadapi masa-masa sulit ini. Apa pun yang kami bisa bantu, akan kami lakukan secara maksimal,” tegasnya.

Ia juga memastikan bahwa komunikasi dengan keluarga korban dilakukan secara terbuka dan berkelanjutan, guna memastikan hak-hak korban dan keluarga dapat dipenuhi sepenuhnya.

Janji Evaluasi Menyeluruh: Dari Sistem Operasi hingga Kesiapan Armada

Lebih dari sekadar permintaan maaf, PT Raputra Jaya juga berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem operasional perusahaan. Hal ini meliputi peninjauan ulang aspek keselamatan pelayaran, protokol darurat, kesiapan awak kapal, hingga kondisi teknis armada yang dimiliki.

“Kami akan meninjau setiap prosedur yang ada. Tidak hanya untuk menjawab kejadian ini, tetapi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang. Ini komitmen kami,” ujar Uliluddin.

Pernyataan ini menjadi penting, mengingat peristiwa tenggelamnya kapal di perairan padat seperti Selat Bali menjadi alarm keras bagi dunia pelayaran nasional, yang kerap kali diwarnai kecelakaan dengan penyebab yang berulang — dari kelebihan muatan hingga minimnya persiapan evakuasi darurat.

Pencarian Masih Berlangsung: Harapan Tak Pernah Padam

Tim SAR gabungan masih terus bekerja keras di Selat Bali untuk mencari 29 korban yang masih dinyatakan hilang. Cuaca yang tak menentu serta arus laut yang cukup kuat menjadi tantangan tersendiri bagi tim pencarian. Namun, upaya pencarian belum dihentikan, dan seluruh pihak berharap masih ada keajaiban.

“Kami terus berharap ada keajaiban di tengah musibah ini,” kata seorang anggota keluarga korban yang masih menunggu kabar di Pelabuhan Ketapang. “Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan yang paling utama  kami ingin membawa pulang anggota keluarga kami.”

KMP Tunu Pratama Jaya kini menjadi simbol duka sekaligus peringatan penting bagi seluruh industri pelayaran di Indonesia. Tragedi ini menyisakan luka, tetapi juga membuka ruang untuk refleksi dan perubahan. Kini, publik menanti tidak hanya penyelidikan yang transparan, tetapi juga pembenahan sistemik yang benar-benar menyentuh akar persoalan.

(T)

#KMPTunuPratamaJaya #KapalTenggelam #Peristiwa