Ikan Goreng: Lezat di Lidah, Tapi Sehatkah untuk Tubuh?
Dirgantaraonline - Bagi banyak orang Indonesia, makan tanpa lauk ikan terasa belum lengkap. Aroma sedap dari ikan goreng yang baru saja diangkat dari penggorengan, dengan tekstur renyah di luar dan daging lembut di dalam, mampu menggugah selera siapa pun. Apalagi jika disantap dengan nasi hangat dan sambal pedas kenikmatannya sulit ditolak.
Namun, di balik kelezatan itu, muncul pertanyaan yang sering luput kita pikirkan: Apakah ikan goreng benar-benar sehat? Ataukah justru menyimpan risiko bagi tubuh?
Ikan: Sumber Gizi yang Kaya Manfaat
Sebelum masuk ke dalam bahaya tersembunyi dari ikan goreng, mari kita telaah lebih dulu apa yang membuat ikan menjadi lauk yang sangat direkomendasikan oleh ahli gizi.
Ikan adalah sumber protein hewani yang tidak hanya mudah dicerna, tetapi juga kaya akan asam lemak omega-3, vitamin D, selenium, dan berbagai nutrisi penting lain. Kandungan omega-3 dalam ikan, seperti EPA dan DHA, berperan besar dalam menjaga kesehatan jantung, mengurangi peradangan, dan mendukung fungsi otak.
Beberapa jenis ikan laut seperti salmon, makarel, dan sarden bahkan dikenal sebagai “superfood dari laut” karena tingginya kandungan omega-3.
Namun, semua manfaat luar biasa ini bisa berubah drastis hanya karena satu hal: cara memasak yang tidak tepat, terutama dengan menggoreng.

Ilustrasi ikan goreng/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Amarita
Goreng Ikan: Dari Kaya Nutrisi Jadi Kaya Lemak Jenuh

Menurut ahli gizi Beth Czerwony dari Cleveland Clinic, masalah terbesar dari ikan goreng terletak pada minyak goreng yang digunakan. Banyak orang masih menggunakan minyak yang mengandung lemak jenuh atau bahkan lemak trans yang terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), sehingga berisiko tinggi bagi kesehatan jantung.
“Ketika kita menggoreng sesuatu, entah itu ikan, ayam, atau apa pun itu, seringkali minyak yang digunakan tidak sehat untuk jantung,” jelas Czerwony. Hal ini makin diperparah dengan adanya tepung atau adonan pelapis saat menggoreng. Tepung tersebut bukan hanya menambah kalori, tetapi juga menyerap minyak dalam jumlah besar.
Artinya, dalam satu potong ikan goreng, kamu bisa saja mendapatkan lebih banyak minyak daripada daging ikannya sendiri.
Kalori Berlipat, Risiko Meningkat
Proses penggorengan bukan sekadar mengubah tekstur makanan jadi renyah, tapi juga mengubah profil nutrisinya secara signifikan. Mengutip data dari Healthline, 100 gram ikan cod yang dipanggang hanya mengandung sekitar 105 kalori dan 1 gram lemak. Namun ketika digoreng, angka itu bisa melonjak dua kali lipat—menjadi sekitar 200 kalori dan 10 gram lemak.
Bagi mereka yang memperhatikan asupan kalori harian, tentu ini menjadi perhatian serius. Apalagi jika ikan goreng dikonsumsi secara rutin, tanpa diimbangi aktivitas fisik dan pola makan seimbang.
Penyakit Jantung Mengintai di Balik Renyahnya Ikan Goreng
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Public Health Nutrition pada 2016 menyebutkan bahwa konsumsi ikan goreng lebih dari dua kali seminggu berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Penyakit ini mencakup gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti serangan jantung, stroke, dan hipertensi.
Yang lebih mengkhawatirkan, New England Journal of Medicine (NEJM) menyebut bahwa penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Jadi, bukan sekadar soal timbangan yang naik atau kolesterol yang sedikit tinggi, melainkan menyangkut keselamatan jiwa.
Bagaimana Menikmati Ikan Tanpa Mengorbankan Kesehatan?
Kabar baiknya, kamu tidak harus meninggalkan ikan dari menu makanan. Justru sebaliknya ikan tetap dianjurkan sebagai lauk harian, asal tahu cara mengolahnya dengan bijak.
Beth Czerwony menyarankan metode memasak alternatif seperti memanggang, mengukus, atau membakar ikan. Cara ini tidak hanya mempertahankan nilai gizi ikan, tetapi juga menghindarkan kita dari konsumsi lemak berlebih akibat minyak goreng.
Kalau kamu tetap menginginkan sensasi renyah ala ikan goreng, maka air fryer bisa jadi solusi. Alat ini menggunakan sirkulasi udara panas untuk menghasilkan makanan yang garing di luar dan lembut di dalam, tanpa harus menggunakan minyak dalam jumlah banyak.
Kunci Ada di Dapur, Bukan di Rumah Sakit
Ikan adalah anugerah laut yang kaya manfaat. Tapi seperti kata pepatah, “yang berlebihan itu tidak baik.” Begitu pula dengan ikan goreng. Bila dikonsumsi sesekali, tentu masih bisa dinikmati. Tapi bila menjadi santapan rutin setiap hari, saatnya mempertimbangkan kembali.
Kesehatan jangka panjang dimulai dari pilihan-pilihan kecil yang kita buat setiap hari, termasuk cara kita memasak makanan. Jadi, sebelum mencelupkan ikan ke dalam minyak panas, pikirkan baik-baik: apakah kenikmatan sesaat itu sebanding dengan risiko kesehatan yang mungkin datang kemudian?
(***)
#IkanGoreng #Kesehatan #Gayahidup #Lifestyle