Breaking News

Heboh Video Asusila Pakansari: ‘Konten’ Porno yang Lukai Wibawa Bogor

Video Viral asusila di Pakansari hanya konten (Instagram)

D'On, Bogor
– Dunia maya kembali diguncang oleh ulah tak bertanggung jawab sejumlah kreator konten. Kali ini, sorotan tajam tertuju pada aksi seorang konten kreator yang mengunggah video aktivitas asusila di area sekitar Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Parahnya lagi, aksi tak senonoh itu ternyata bukan hanya terekam secara kebetulan melainkan diduga kuat merupakan bagian dari skenario konten media sosial yang sengaja dirancang untuk keviralan.

Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Instagram bernama @_bemskuy, yang dikenal sebagai salah satu kreator konten motor trail dan aksi-aksi jalanan ekstrem. Dalam video tersebut, ia terlihat berkendara menggunakan motor trail mendekati area gelap di sekitar stadion. Saat lampu motornya dinyalakan, tampak tiga pasangan muda-mudi yang tengah melakukan tindakan asusila di balik semak dan sudut-sudut gelap stadion — seolah area itu telah berubah menjadi ‘tempat aman’ untuk aktivitas yang seharusnya menjadi aib.

Video itu dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, termasuk TikTok, Instagram, hingga Twitter, dan mengundang ribuan komentar publik — mulai dari yang mencibir hingga yang mengecam keras. Tak hanya netizen biasa, pihak pemerintah daerah pun turut angkat bicara.

Bemskuy Angkat Suara: Klarifikasi atau Strategi Damage Control?

Setelah video tersebut viral dan menuai kecaman dari masyarakat luas, termasuk dari pihak Pemerintah Kabupaten Bogor, pemilik akun @_bemskuy akhirnya buka suara melalui sebuah video permintaan maaf yang diunggah ulang oleh akun hiburan besar @lambe_turah pada Selasa, 22 Juli 2025.

"Assalamualaikum, saya Bemskuy. Saya mohon maaf atas kejadian video viral tersebut dan meminta maaf kepada masyarakat Kabupaten Bogor serta Bupati Kabupaten Bogor beserta jajarannya."

Dalam video permintaan maaf itu, Bemskuy mengaku bahwa konten yang dibuatnya memang tidak pantas, dan menyesali dampaknya yang telah mencoreng nama baik Kabupaten Bogor, khususnya kawasan Pakansari. Ia juga mengaku mewakili komunitas kreator konten klub motor Bogor, yang turut merasa bertanggung jawab atas kegaduhan yang ditimbulkan oleh video tersebut.

"Ke depannya kami tidak akan mengulangi perbuatan atau konten seperti itu lagi... Saya mengimbau kepada teman-teman kreator agar membuat konten yang positif."

Namun, permintaan maaf itu tak serta-merta menghentikan gelombang kemarahan masyarakat. Banyak yang menilai permintaan maaf tersebut tak lebih dari strategi damage control demi menjaga citra, setelah aksi yang dilakukan terlanjur menyebar dan menuai kontroversi.

Viral Demi Cuan? Perbatasan Tipis antara Konten dan Kriminalitas

Kasus ini menambah panjang deretan fenomena di mana batas antara “konten hiburan” dan “pelanggaran moral” kian kabur. Di tengah kerasnya persaingan algoritma media sosial, banyak kreator konten berlomba-lomba mencari sensasi agar video mereka viral  tak peduli apakah caranya pantas, melanggar norma sosial, atau bahkan mencederai kehormatan ruang publik.

Pakar komunikasi digital, Dr. Tia R. Kusuma, menyatakan bahwa tren ini adalah hasil dari budaya viral yang semakin tak terkendali.

"Ketika engagement menjadi mata uang utama, banyak kreator rela menabrak etika demi eksistensi. Yang lebih menyedihkan, publik seringkali ikut menyebarkan konten bermasalah, lalu baru menyalahkan setelah dampaknya membesar."

Pakansari Ternoda, Bogor Terkapar

Stadion Pakansari selama ini dikenal sebagai ikon olahraga dan kebanggaan warga Bogor. Namun citra itu tercoreng oleh video yang seolah menggambarkan stadion tersebut sebagai sarang aktivitas asusila. Bahkan banyak warganet menyindir, “Kini bukan lagi stadion olahraga, tapi markas mesum gelap-gelapan.”

Pemerintah Kabupaten Bogor pun dikabarkan tengah menelusuri dan menyiapkan tindakan tegas, termasuk kemungkinan pelaporan atas pelanggaran hukum dan pencemaran nama baik wilayah.

Saat Kreator Lupa Fungsi Moral

Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi seluruh kreator konten di Indonesia. Bahwa kebebasan berkreasi bukan berarti bebas tanpa tanggung jawab. Ketika konten dibuat bukan untuk edukasi atau hiburan sehat, tapi justru memanfaatkan aib sosial demi viralitas, maka bukan hanya etika yang dilanggar, melainkan juga harga diri satu kota.

Pertanyaannya kini: Apakah kita sebagai penonton hanya akan terus menjadi penikmat pasif konten-konten sensasional semacam ini? Atau sudah saatnya kita lebih selektif dan sadar bahwa tidak semua yang viral layak diklik, dibagikan, apalagi ditiru?

(B1)

#Pornografi #Viral #VidioPorno #VidioAsusila