Breaking News

Puluhan Santriwati Diduga Jadi Korban Pencabulan oleh Pengasuh Ponpes di Dharmasraya

Ilustrasi Pelecehan seksual di Ponpes

 

D'On, Dharmasraya, Sumatera Barat
– Suasana religius dan keheningan malam yang seharusnya menjadi waktu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, berubah menjadi mimpi buruk bagi puluhan santriwati di sebuah pondok pesantren di Nagari Koto Ranah, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya. Dalam kabar yang menggetarkan hati dan mengguncang kepercayaan masyarakat, puluhan santriwati diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh orang yang selama ini mereka panggil guru dan pembimbing spiritual.

Ironisnya, sosok yang diduga menjadi pelaku pencabulan tak lain adalah pengasuh pesantren tersebut orang yang seharusnya menjadi teladan, penjaga moral, dan panutan para santri. Dugaan aksi bejat ini diduga telah berlangsung sejak lama, namun baru terkuak ke permukaan setelah salah satu korban dengan keberanian luar biasa akhirnya membuka suara.

Aksi Bejat di Balik Pintu Asrama

Berdasarkan kesaksian S (43), salah satu kerabat dari korban, terungkap bahwa pelaku diduga kerap melancarkan aksinya secara diam-diam saat membangunkan para santriwati untuk melaksanakan salat tahajud. Dengan dalih ibadah, pelaku diduga masuk ke dalam asrama dan memanfaatkan situasi hening serta kepercayaan yang telah diberikan untuk melakukan tindakan tak senonoh kepada para santriwati yang masih belia dan polos.

“Anak-anak itu percaya dan menghormati beliau sebagai guru. Tapi justru di situlah kejahatan terjadi,” ungkap S dengan nada kecewa dan sedih.

Sudah Tercium Sejak 2020, Tapi Baru Meledak Kini

Yang lebih mencengangkan, dugaan pencabulan ini bukan pertama kali terdengar. Menurut sejumlah warga, isu serupa sempat mencuat sejak tahun 2020. Namun, karena minimnya bukti dan kuatnya pengaruh pelaku di lingkungan pesantren, kasus itu mengendap begitu saja. Hanya bisik-bisik, tanpa tindakan nyata. Barulah pada pertengahan Juni 2025 ini, keberanian seorang santriwati menguak borok yang selama ini ditutup-tutupi.

Dalam pengakuannya kepada orang tua, korban mengungkapkan semua kejadian memilukan yang selama ini ia simpan rapat. Pengakuan itu kemudian menyebar dan memicu kemarahan serta kekecewaan masyarakat Nagari Koto Ranah.

Kepercayaan yang Dikhianati

Kekecewaan masyarakat bukan tanpa alasan. Pondok pesantren tempat terjadinya peristiwa memilukan ini didirikan dengan penuh pengorbanan dan semangat gotong royong oleh warga setempat. Para orang tua menyerahkan anak-anak mereka dengan harapan agar tumbuh menjadi generasi yang taat agama dan berakhlak mulia. Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya. Kepercayaan itu kini hancur berkeping-keping.

“Kami membangun pondok ini dengan keringat sendiri. Tidak sedikit pun kami sangka akan ada tindakan sekeji ini di dalamnya,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya, menahan emosi.

Laporan Resmi Telah Diterima Polisi

Kasus ini pun tak lagi hanya menjadi perbincangan warga. Sejumlah korban, dengan didampingi keluarga mereka, telah melapor ke aparat kepolisian. Kapolres Dharmasraya, AKBP Purwanto Hari Subekti, melalui Kapolsek Sungai Rumbai AKP Agusalem, membenarkan bahwa laporan telah diterima.

“Beberapa hari lalu memang ada sejumlah santriwati datang ke Polsek untuk melapor dugaan pencabulan,” ujar AKP Agusalem, saat dikonfirmasi.

Karena Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) hanya tersedia di tingkat Polres, pihak Polsek kemudian mengarahkan pelaporan ke Polres Dharmasraya. Laporan resmi pun telah diterbitkan dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan Nomor: LP/B/113/VI/2025/SPKT/POLRES DHARMASRAYA/POLDA SUMATERA BARAT, tertanggal 13 Juni 2025.

Harapan dan Tuntutan Keadilan

Kini masyarakat menanti langkah tegas dari aparat penegak hukum. Mereka menuntut keadilan bagi para korban dan hukuman setimpal bagi pelaku, agar pesantren kembali menjadi tempat yang aman, suci, dan penuh keberkahan bukan tempat duka dan pengkhianatan.

“Anak-anak kami butuh perlindungan. Jangan biarkan mereka kehilangan masa depan karena ulah satu orang tak bermoral,” pinta seorang ibu korban dengan mata berkaca-kaca.

Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa institusi pendidikan, termasuk yang berbasis agama, harus selalu diawasi dengan ketat. Sebab, di balik jubah kehormatan, bisa saja tersembunyi niat yang tak terduga.

(Mond)

#Pencabulan #Dharmasraya