Breaking News

Waspada! Ngorok Bisa Sebabkan Napas Terhenti Saat Tidur

Ilustrasi 

Dirgantaraonline
-
Ngorok atau mendengkur mungkin terdengar sepele. Tapi tahukah Anda bahwa di balik suara itu tersembunyi bahaya serius yang mengintai kesehatan Anda saat tidur?

Ngorok sering dianggap sebagai kebiasaan tidur yang mengganggu namun tidak berbahaya. Padahal, dalam banyak kasus, ngorok merupakan sinyal awal dari gangguan tidur yang mengancam nyawa: Obstructive Sleep Apnea (OSA), atau henti napas saat tidur. Kondisi ini tidak hanya merusak kualitas tidur, tapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, bahkan kematian mendadak.

Apa Itu Obstructive Sleep Apnea?

Obstructive Sleep Apnea adalah kondisi ketika saluran napas bagian atas mengalami penyumbatan berulang saat tidur. Penderita OSA mengalami episode berhentinya napas selama beberapa detik bahkan hingga satu menit yang dapat terjadi puluhan hingga ratusan kali dalam semalam.

Dalam setiap episode, otak akan “membangunkan” tubuh secara singkat agar bisa bernapas kembali. Ini menyebabkan tidur terganggu dan tidak nyenyak, walaupun penderita tidak sadar telah terbangun.

Ngorok: Gejala Ringan atau Sinyal Bahaya?

Ngorok terjadi saat aliran udara melalui saluran pernapasan terganggu, menyebabkan jaringan di tenggorokan bergetar dan menghasilkan suara khas. Meskipun tidak semua orang yang ngorok menderita OSA, hampir semua penderita OSA mengalami ngorok berat dan kronis.

Tanda-tanda ngorok yang perlu diwaspadai sebagai indikasi Sleep Apnea antara lain:

  • Suara ngorok keras dan tidak teratur
  • Napas terhenti sementara diikuti dengan dengusan keras
  • Terbangun tiba-tiba dengan rasa tercekik atau kehabisan napas
  • Rasa kantuk berlebihan di siang hari
  • Sakit kepala di pagi hari
  • Mulut kering atau tenggorokan sakit saat bangun
  • Sulit berkonsentrasi dan perubahan mood

Apa Penyebabnya?

Beberapa faktor risiko OSA meliputi:

  • Obesitas: Lemak di leher dapat mempersempit saluran napas.
  • Struktur anatomi: Langit-langit mulut yang tebal, tonsil besar, atau rahang kecil bisa memicu penyumbatan.
  • Usia dan jenis kelamin: Pria dan orang berusia di atas 40 lebih rentan.
  • Kebiasaan buruk: Merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat penenang dapat memperburuk ngorok.
  • Riwayat keluarga: Faktor genetik juga memainkan peran.

Risiko Kesehatan yang Mengintai

Jika dibiarkan, Sleep Apnea bisa berdampak sangat serius:

  • Penyakit jantung: Tekanan darah tinggi, aritmia, hingga serangan jantung.
  • Stroke: Gangguan sirkulasi darah akibat oksigen yang tidak stabil saat tidur.
  • Diabetes tipe 2: OSA meningkatkan resistensi insulin.
  • Penurunan fungsi kognitif: Sulit fokus, gangguan memori, dan risiko kecelakaan.
  • Depresi dan gangguan mood.

Diagnosis dan Penanganan

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter spesialis tidur atau THT. Diagnosis umumnya melibatkan:

  • Pemeriksaan fisik dan wawancara medis
  • Sleep study (polisomnografi): Tes tidur semalam untuk memantau aktivitas otak, pernapasan, detak jantung, dan kadar oksigen

Penanganan tergantung tingkat keparahan, mulai dari perubahan gaya hidup, penggunaan alat bantu, hingga pembedahan:

  1. Perubahan gaya hidup: Menurunkan berat badan, tidur menyamping, berhenti merokok dan alkohol.
  2. CPAP (Continuous Positive Airway Pressure): Alat bantu tidur yang menjaga saluran napas tetap terbuka.
  3. Mouthpiece khusus: Membantu posisi rahang dan lidah.
  4. Operasi: Bila ada kelainan struktur saluran napas.

Jangan Remehkan Ngorok

Tidur adalah waktu bagi tubuh untuk memulihkan diri. Namun bila napas terhenti berkali-kali, alih-alih pemulihan, yang terjadi adalah perlahan tubuh dirusak dari dalam. Mendengkur bukan sekadar gangguan suara; bisa jadi itu adalah teriakan sunyi tubuh Anda yang meminta pertolongan.

Jangan abaikan ngorok yang berkepanjangan. Konsultasi dan tindakan dini dapat menyelamatkan nyawa Anda.

Sumber:

  • American Academy of Sleep Medicine
  • Mayo Clinic
  • Kementerian Kesehatan RI

(***)

#Ngorok #Kesehatan