Tragedi Ledakan Amunisi di Garut: 25 Prajurit Diperiksa, TNI Dalami Penyebab Ledakan Maut
Prajurit TNI membawa peti jenazah Kopda Eri Dwi Priambodo saat prosesi pemakaman di Banjarsari, Kebumen, Pringsurat Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (13/5/2025). ANTARA FOTO
D'On, Garut, Jawa Barat – Langit Desa Sagara yang biasanya tenang mendadak pecah oleh dentuman keras yang mengguncang tanah pagi itu. Senin, 12 Mei 2025, sekitar pukul 09.30 WIB, ledakan hebat terjadi saat kegiatan pemusnahan amunisi kadaluwarsa oleh TNI Angkatan Darat berlangsung. Peristiwa yang seharusnya berjalan aman dan terkendali ini justru berakhir tragis, menewaskan 13 orang empat di antaranya prajurit TNI dan sembilan lainnya warga sipil.
Kini, sebanyak 25 prajurit TNI diperiksa oleh tim investigasi internal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di balik tragedi yang menyayat hati ini. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, menjelaskan bahwa seluruh personel tersebut diperiksa dalam kapasitas mereka sebagai saksi.
“Tim investigasi telah meminta keterangan beberapa saksi. Dari unsur masyarakat ada 21 orang, dan dari unsur TNI sebanyak 25 orang,” ujar Wahyu dalam pernyataan resminya, Kamis (15/5/2025), seperti dikutip dari Antara.
Detik-Detik Mengerikan: Kronologi Ledakan
Menurut Brigjen Wahyu, kegiatan pemusnahan ini merupakan bagian dari rutinitas militer menghancurkan amunisi kedaluwarsa yang sudah tidak layak digunakan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Amunisi III, bagian dari Pusat Peralatan TNI AD, dengan pengamanan ketat dan prosedur standar.
Sesuai prosedur, sebelum peledakan dilakukan, tim teknis telah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap personel serta area lokasi. Hasilnya: dinyatakan aman. Dua lubang sumur digali untuk menampung amunisi yang akan dimusnahkan. Proses awal berlangsung lancar. Amunisi dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu, dan ledakan terkendali dilakukan oleh personel menggunakan detonator militer.
Namun, setelah dua ledakan sukses dilaksanakan tanpa insiden, tim mempersiapkan satu lubang tambahan. Tujuannya bukan lagi untuk memusnahkan amunisi, melainkan menghancurkan sisa detonator alat peledak itu sendiri agar tidak membahayakan. Saat tim teknis menyusun detonator ke dalam lubang ketiga itulah, bencana terjadi.
“Secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang tersebut,” ungkap Wahyu, menegaskan bahwa insiden inilah yang menjadi penyebab utama jatuhnya korban jiwa.
Banyak Pertanyaan Belum Terjawab
Salah satu misteri yang menjadi perhatian investigasi adalah keberadaan sembilan warga sipil di area yang seharusnya steril. Area pemusnahan amunisi adalah zona militer terbatas, dengan tingkat risiko tinggi. Bagaimana mungkin warga bisa berada begitu dekat dengan titik ledakan?
“Keterangan saksi dan alat bukti akan sangat penting untuk mengungkap alasan masuknya warga sipil ke area pemusnahan,” jelas Wahyu.
Hingga kini, tim investigasi masih terus bekerja, mencocokkan keterangan para saksi dengan bukti-bukti fisik yang ditemukan di lokasi kejadian. Potongan logam, serpihan amunisi, serta material detonator tengah diteliti untuk memastikan apakah ledakan ketiga terjadi akibat kesalahan prosedural, kerusakan teknis, atau faktor lain yang belum diketahui.
Komitmen Transparansi dan Evaluasi Internal
Brigjen Wahyu menegaskan bahwa TNI AD berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini. Tidak hanya untuk menegakkan keadilan bagi para korban, tapi juga sebagai bentuk evaluasi internal agar insiden serupa tidak terulang.
“TNI AD berduka dan menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga para korban. Kami akan memastikan investigasi ini berjalan transparan dan objektif,” tegasnya.
Peristiwa ini menjadi pengingat tragis bahwa dalam dunia militer, bahaya bisa mengintai bahkan dalam rutinitas yang paling lazim sekalipun. Tragedi Garut bukan hanya soal ledakan, tapi juga tentang prosedur, pengawasan, dan pentingnya keselamatan bagi prajurit maupun warga sipil.
(Mond)
#LedakanAmunisi #TNI #Peristiwa