Breaking News

Razia Rutin Jadi Penyebab Kerusuhan Hebat di Lapas Narkotika Muara Beliti

Kerusuhan di Lapas Narkotika Musi Rawas.

D'On, Musi Rawas -
 Suasana mencekam menyelimuti Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, setelah kerusuhan pecah pada Kamis pagi, 8 Mei 2025. Pemicu utamanya ternyata berasal dari ketegangan yang telah lama mengendap di balik jeruji besi razia demi razia yang dianggap oleh para narapidana sebagai tindakan represif dan berlebihan.

Kapolres Musi Rawas, AKBP Agung Adhitya Prananta, menjelaskan bahwa akar masalah bermula dari rasa tidak puas dan amarah para narapidana terhadap intensitas razia yang semakin sering dilakukan oleh pihak lapas.

“Dari pihak napi ada yang tidak terima karena terlalu sering diadakan razia. Mereka kemudian melakukan perlawanan dan pemberontakan,” ujar Agung saat dikonfirmasi.

Kerusuhan yang terjadi bukanlah insiden kecil. Suara bentakan, keributan, dan ketegangan sempat mengguncang kompleks Lapas Muara Beliti. Namun, berkat respons cepat aparat gabungan dari Polres Musi Rawas, Polres Lubuklinggau, Dandim, hingga Satuan Brimob, situasi berhasil dikendalikan sebelum jatuh korban.

“Saat ini kondisi sudah aman dan terkendali. Kami sudah terjun langsung ke lokasi bersama tim gabungan untuk memastikan tidak ada lagi gejolak,” tegas Agung.

Pemicu Kerusuhan: 54 Ponsel Disita dalam Razia Malam Hari

Kepala Lapas Narkotika Muara Beliti, Ronald Heru Praptama, turut angkat bicara mengenai insiden tersebut. Menurutnya, kerusuhan meletus setelah petugas lapas menggelar razia besar-besaran pada Rabu malam, 7 Mei 2025. Razia tersebut menyasar Blok Bangua  salah satu blok yang dihuni warga binaan kasus narkotika.

Hasil razia pun mengejutkan. Sebanyak 54 unit telepon seluler berhasil disita dari kamar sel para narapidana. Jumlah ini mengindikasikan adanya peredaran barang terlarang dalam lingkungan lapas yang cukup masif, dan menunjukkan betapa pentingnya razia rutin untuk menjaga keamanan.

Namun, bagi para penghuni sel, penggeledahan itu menjadi titik puncak akumulasi emosi yang selama ini terpendam.

“Kami menemukan 54 ponsel dalam satu malam. Itu tentu melanggar aturan. Namun rupanya hal ini menyulut kemarahan para napi, hingga menyebabkan kerusuhan pada keesokan paginya,” terang Ronald.

Tidak Ada Korban, Situasi Terkendali

Meski suasana sempat panas, aparat memastikan tidak ada narapidana yang melarikan diri maupun petugas yang menjadi korban penyanderaan.

“Untuk pengamanan khusus terhadap napi belum dilakukan karena kami masih fokus memastikan situasi benar-benar kondusif. Tidak ada laporan penyanderaan atau korban, semua dalam keadaan selamat,” jelas Kapolres Agung.

Isyarat Masalah yang Lebih Dalam

Meski kerusuhan ini telah berhasil diredam, kejadian tersebut membuka tabir persoalan yang lebih mendalam di dalam sistem pemasyarakatan — mulai dari peredaran barang terlarang, ketegangan antara penghuni dan petugas, hingga kemungkinan adanya kelonggaran pengawasan internal.

Pertanyaan pun muncul: bagaimana bisa puluhan ponsel masuk ke dalam sel tahanan yang seharusnya steril dari perangkat komunikasi? Apakah razia yang dilakukan selama ini hanya meredam gejala tanpa menyentuh akar masalahnya?

Insiden di Lapas Muara Beliti seolah menjadi alarm keras bagi pemerintah dan pihak pemasyarakatan untuk tidak hanya memperketat razia, tetapi juga membenahi sistem dari dalam  transparansi, pengawasan, hingga kesejahteraan narapidana yang kerap kali menjadi pemicu keresahan dan akhirnya meledak dalam bentuk kerusuhan.

(B1)

#Peristiwa #Kerusuhan #LapasMuaraBeliti