Prabowo di Peringatan Hari Buruh: "Lima Kali Pilpres, Empat Kali Saya Kalah Tapi Buruh Tak Pernah Tinggalkan Saya"
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyapa buruh saat memperingati May Day 2025 di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (1/5/2025).
D'On, Jakarta - Di tengah gegap gempita peringatan Hari Buruh Internasional yang digelar di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pidato yang menggugah dan penuh emosi. Dihadapan ribuan buruh yang memadati lapangan, ia membuka lembaran masa lalu politiknya yang berliku sebuah refleksi yang jarang ia utarakan di hadapan publik.
Prabowo tampil dalam balutan kemeja putih khasnya, disambut sorak-sorai massa yang telah menantikan kehadirannya. Ia menyapa para pimpinan serikat buruh, para menteri dari Kabinet Merah Putih, serta pimpinan lembaga legislatif yang hadir di panggung kehormatan. Namun bukan sekadar sapaan formal yang ia bawa pidato Prabowo hari itu memuat luapan perasaan dan pengakuan pribadi yang langka.
"Lima kali saya maju Pilpres, empat kali saya kalah," ungkapnya di tengah riuh tepuk tangan dan tawa hangat para buruh. "Gila, gue kalah lu ketawa," selorohnya, memancing gelak tawa massa. Namun di balik gurauan itu, tersirat keteguhan hati seorang pemimpin yang telah berulang kali jatuh namun terus berdiri.
Presiden Prabowo lalu menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada kaum buruh Indonesia, yang menurutnya tak pernah berpaling meski ia berkali-kali kalah dalam perebutan kursi RI-1.
"Walaupun saya empat kali kalah, buruh selalu ada bersama saya. Tidak pernah tinggalkan saya. Dan akhirnya, di yang kelima, kita menang!" serunya, dengan suara menggelegar. Kalimat itu disambut tepuk tangan panjang, seakan menjadi momen katarsis bersama antara sang pemimpin dan kelompok rakyat pekerja yang telah lama mendukungnya.
Dalam pidatonya, Prabowo tidak hanya bernostalgia, namun juga menegaskan komitmennya. Ia menyatakan bahwa dirinya bukan hanya Presiden Republik Indonesia, tetapi juga "Presidennya buruh, presidennya petani, presidennya nelayan, presidennya orang susah." Sebuah deklarasi simbolis yang ingin menunjukkan keberpihakannya pada lapisan masyarakat bawah.
Lebih lanjut, ia berjanji akan memimpin pemerintahan yang fokus memberantas kemiskinan. "Pemerintah yang saya pimpin akan bekerja sekeras-kerasnya untuk menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia," tegasnya, menggarisbawahi bahwa kesejahteraan rakyat bukan sekadar janji politik, melainkan misi utama kepemimpinannya.
Acara peringatan Hari Buruh tahun ini juga dihadiri tokoh-tokoh penting nasional dan internasional. Di antara para menteri yang hadir adalah Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Hukum Supratman Andi Agtas, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, serta Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer. Kehadiran Shoya Yoshida, Sekretaris Jenderal Serikat Buruh se-Dunia, turut menambah bobot internasional dalam perayaan tersebut.
Dari lembaga legislatif, tampak Ketua DPR Puan Maharani, Ketua MPR Ahmad Muzani, dan Ketua Komisi III DPR Habiburokhman. Sementara dari unsur keamanan hadir langsung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Hari Buruh tahun ini bukan hanya tentang selebrasi perjuangan kaum pekerja. Ia menjadi panggung bagi sebuah narasi besar: perjalanan panjang seorang tokoh nasional yang menemukan kemenangannya tak hanya lewat suara, tetapi juga lewat kesetiaan rakyat kecil yang terus mempercayainya. Dan di bawah langit Monas, janji untuk mereka kembali digaungkan dengan semangat yang menyala.
(Mond)
#Buruh #MayDah #PrabowoSubianto #Nasional