Breaking News

Kapal Wisata Karam di Perairan Malabero, 7 Nyawa Melayang Salah Satunya Warga Asal Kota Padang

Ilustrasi kapal tenggelam. Foto: Shutterstock

D'On, Bengkulu
 — Liburan akhir pekan yang seharusnya menjadi momen penuh keceriaan berubah menjadi tragedi memilukan. Sebuah kapal wisata yang mengangkut lebih dari seratus penumpang dari Pulau Tikus menuju Pantai Malabero, Kota Bengkulu, karam di tengah perairan pada Minggu sore (11/5), menewaskan sedikitnya tujuh orang.

Tragedi itu terjadi saat langit mulai mendung dan ombak mulai bergelombang. Kapal yang seharusnya membawa kembali para wisatawan setelah menikmati keindahan Pulau Tikus ikon wisata bahari Bengkulu tiba-tiba mengalami gangguan teknis. Mesin kapal mati secara mendadak, membuat kapal kehilangan kendali dan terombang-ambing di laut lepas. Nasib kapal itu semakin memburuk ketika air mulai masuk akibat kebocoran yang tak tertahan.

“Data sementara kami mencatat tujuh korban meninggal dunia. Namun, proses pendataan masih berlangsung karena evakuasi baru selesai dilakukan malam tadi,” ujar Kepala Satuan Intelijen Polresta Bengkulu, AKP Freddy Triandy Hutabarat, saat dikonfirmasi.

Tujuh korban yang telah teridentifikasi adalah:

  • Riska Nurjanah (28), warga Lubuk Linggau, Sumatera Selatan
  • Ratna Kurniati (28), warga Kota Bengkulu
  • Tesya (20), warga Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu
  • Nesya (27), warga Kabupaten Rejang Lebong
  • Arva Richi Dekry (29), warga Padang Utara, Sumatera Barat
  • Yunita (identitas lengkap belum dirilis)
  • Suantra (identitas lengkap belum dirilis)

Ketujuh jenazah kini telah dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Hidayah dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu untuk proses identifikasi lebih lanjut dan penyampaian kepada keluarga masing-masing.

Kapal tersebut diketahui mengangkut total 104 orang, terdiri dari 98 wisatawan, satu nakhoda, dan lima anak buah kapal (ABK). Dalam kekacauan yang berlangsung di laut itu, sebanyak 97 orang berhasil diselamatkan oleh tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, dan nelayan setempat. Beberapa di antaranya masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat syok, kelelahan, dan luka-luka ringan.

Menurut keterangan sementara, insiden bermula ketika kapal mengalami mati mesin di tengah perjalanan. Dalam kondisi mesin mati, kapal terus dihantam ombak hingga akhirnya mengalami kebocoran serius. Tidak lama berselang, kapal perlahan tenggelam, memaksa seluruh penumpang terjun ke laut untuk menyelamatkan diri. Beberapa di antaranya dilaporkan tidak mengenakan pelampung saat insiden terjadi.

“Saat itu kami panik. Air masuk ke kapal sangat cepat. Orang-orang berteriak, sebagian menangis. Kami hanya bisa berpegangan pada apa pun yang mengapung,” tutur salah satu korban selamat yang enggan disebutkan namanya.

Peristiwa ini menimbulkan sorotan tajam terhadap standar keselamatan transportasi laut wisata di Bengkulu. Banyak pihak mendesak agar pemerintah daerah dan otoritas pelayaran segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap armada wisata, termasuk kelayakan teknis kapal dan kelengkapan alat keselamatan penumpang.

Hingga saat ini, tim gabungan masih berada di lokasi kejadian untuk melakukan penyisiran dan penyelidikan lebih lanjut. Sementara pihak kepolisian mulai mengumpulkan keterangan dari ABK dan penumpang selamat untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan.

Tragedi ini menjadi pukulan berat bagi dunia pariwisata bahari Bengkulu, sekaligus menjadi pengingat bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan wisata laut.

(Mond)

#KapalWisataKaram #Peristiwa #Bengkulu