Breaking News

Flyover Rp 2,79 Triliun di Sitinjau Lauik: Jalan Baru Menuju Keselamatan dan Kemajuan Sumbar

Menteri PU bersama Anggota DPR RI Andre Rosiade (foto: Zulkifli)

D'On, Padang, Sumatera Barat
— Harapan panjang masyarakat Sumatera Barat untuk memiliki jalur transportasi yang lebih aman dan efisien di kawasan Sitinjau Lauik akhirnya mulai terwujud. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) resmi memulai pembangunan jalan layang atau flyover Sitinjau Lauik yang akan membelah medan ekstrem di antara Panorama 1 dan Panorama 2, titik yang selama ini dikenal sebagai jalur maut.

Dengan nilai investasi sebesar Rp 2,79 triliun, proyek ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur biasa. Ia adalah bentuk koreksi atas puluhan tahun ketergantungan masyarakat terhadap jalan lama yang menantang maut di setiap tikungannya.

Jalan Ekstrem dengan Reputasi Mematikan

Sitinjau Lauik selama ini bukan hanya dikenal karena panorama alamnya yang memukau, tetapi juga karena ketakutan yang menyertainya. Jalur ini, yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Solok, menyimpan risiko besar bagi setiap pengemudi. Data dari kepolisian menunjukkan bahwa antara tahun 2020 hingga 2024, tercatat 100 kecelakaan lalu lintas di kawasan ini. Dari jumlah tersebut, 36 orang meninggal dunia, 13 luka berat, dan puluhan lainnya mengalami luka ringan.

Mayoritas kecelakaan melibatkan kendaraan berat, terutama truk pengangkut logistik, yang remnya tak sanggup menahan beban di tengah turunan tajam dan tikungan sempit. Banyak dari kendaraan itu akhirnya masuk jurang, meninggalkan jejak tragedi yang berkali-kali terulang.

“Jalur ini memiliki tanjakan ekstrem dengan kemiringan mencapai 22% dan radius tikungan hanya tujuh meter. Ini bukan hanya tantangan teknis, tapi juga ancaman nyata bagi nyawa pengendara,” jelas Tabrani, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sumbar dalam seremoni peletakan batu pertama, Sabtu (3/5/2025).

Investasi Nyawa dan Masa Depan Ekonomi

Seremoni tersebut dihadiri Menteri PUPR Dody Hanggodo, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Andre Rosiade, Gubernur Sumbar Mahyeldi, serta jajaran pejabat daerah dan pemangku kepentingan lainnya. Hadirnya para pejabat tinggi negara mempertegas pentingnya proyek ini dalam agenda pembangunan nasional.

“Ini bukan sekadar flyover. Ini adalah simbol keberpihakan negara terhadap keselamatan rakyat dan percepatan konektivitas daerah,” tegas Andre Rosiade. Ia juga menyampaikan bahwa pembangunan ini adalah bagian dari komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk memprioritaskan infrastruktur di daerah.

Lebih dari soal keselamatan, flyover Sitinjau Lauik akan menjadi tulang punggung baru bagi distribusi barang dan mobilitas masyarakat antara Padang dan Solok—dua kawasan strategis yang menopang perekonomian Sumatera Barat. Kemacetan dan keterlambatan distribusi barang yang selama ini menjadi momok di jalur ini diharapkan akan segera sirna.

Proyek Raksasa, Target Ambisius

Pembangunan jalan layang ini akan dilakukan oleh PT Hutama Karya, salah satu BUMN konstruksi terdepan di Indonesia. Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menjelaskan bahwa proyek ini ditargetkan rampung dalam 2,5 tahun dan akan dikelola selama 10 tahun masa operasi.

Flyover ini juga dirancang untuk membebaskan tiga titik hazard paling berbahaya di jalur Sitinjau Lauik. Selain itu, perencanaan teknisnya telah mempertimbangkan faktor-faktor geologis, cuaca ekstrem, hingga potensi longsor yang selama ini membayangi jalur tersebut, khususnya saat musim hujan.

Harapan Rakyat: Dari Jalan Maut Menjadi Jalur Harapan

Bagi masyarakat Sumatera Barat, proyek ini bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga perwujudan rasa aman yang selama ini mahal harganya. Tak sedikit warga yang selama bertahun-tahun enggan melintasi Sitinjau Lauik saat malam atau musim hujan, lantaran takut menghadapi kondisi jalan yang ekstrem.

Kini, dengan dimulainya pembangunan flyover Sitinjau Lauik, harapan itu mulai terlihat. Harapan akan sebuah jalur penghubung yang lebih aman, nyaman, dan lancar, serta mampu membuka akses ekonomi baru yang selama ini terhambat oleh keterbatasan infrastruktur.

Jika berjalan sesuai rencana, 2,5 tahun dari sekarang, wajah Sitinjau Lauik akan berubah. Dari simbol jalan maut menjadi jalur kehidupan dan pertumbuhan ekonomi baru di jantung Sumatera Barat.

(Mond)

#FlyoverSitinjauLauik #Infrastruktur #SumateraBarat