Dramatis! Polisi Intel Menyusup Demo May Day Diciduk Mahasiswa, Situasi Memanas di Undip
Demo Hari Buruh di Semarang, Jawa Tengah diwarnai insiden mengejutkan: Mahasiswa diduga menyekap anggota intel Polda Jateng di tengah kericuhan aksi
D'On, Semarang – Aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day di Kota Semarang, Kamis (1/5), mendadak memanas. Bukan karena bentrokan dengan aparat, melainkan karena sebuah insiden mengejutkan: Seorang pria yang belakangan diketahui sebagai anggota intelijen Polda Jateng dicokok langsung oleh massa mahasiswa.
Video penangkapan pria itu langsung viral di media sosial. Dalam rekaman berdurasi kurang dari dua menit, sekelompok mahasiswa menginterogasi pria yang terlihat gelisah. Awalnya dia hanya mengaku bernama Yanto. Namun setelah didesak, akhirnya pria itu mengaku jujur.
"Benar gak intel? Dari kepolisian?" tanya salah satu mahasiswa.
"Betul, dari kepolisian," jawabnya lirih.
"Pangkat?"
"Brigadir."
"Satuannya?"
"Intel," katanya tanpa bisa mengelak lagi.
Kejadian itu langsung menyulut gelombang emosi di tengah mahasiswa. Mereka menilai tindakan penyusupan oleh aparat sebagai bentuk intimidasi terhadap kebebasan menyampaikan pendapat. Suasana pun kian memanas ketika massa mulai membawa pria tersebut ke dalam lingkungan kampus Universitas Diponegoro (Undip), tepatnya di kawasan Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang.
Polda Jateng Turun Tangan
Mengetahui salah satu anggotanya tertahan di lingkungan kampus, Polda Jawa Tengah tak tinggal diam. Kamis malam, puluhan personel kepolisian, termasuk pejabat tinggi, mendatangi Undip untuk melakukan koordinasi dan negosiasi. Bahkan, Wakapolda Jateng, Kombes Pol Latif Usman, turun langsung ke lapangan.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, dalam keterangannya kepada awak media di depan gerbang Undip mengatakan, polisi yang ditahan mahasiswa berinisial EZ dan merupakan anggota resmi dari Polda Jateng.
"Ada satu orang di dalam, dari Polda. Kondisinya baik, alhamdulillah," ujar Artanto kepada wartawan.
Upaya pengambilan anggota itu diklaim dilakukan melalui koordinasi dengan pihak rektorat Undip. Tidak ada konfrontasi terbuka, namun ketegangan sempat membumbung tinggi. Artanto menegaskan, setelah proses panjang, anggota mereka berhasil dijemput dan dibawa kembali ke markas.
"Alhamdulillah anggota kami sudah berhasil dijemput dan sudah keluar dari kampus serta kembali ke kantor," ungkapnya.
Mahasiswa Tertahan, 18 Ditangkap Polisi
Namun insiden itu rupanya hanya puncak dari situasi yang lebih kompleks. Malam itu, ratusan mahasiswa tertahan di dalam kampus karena situasi belum sepenuhnya kondusif. Banyak di antara mereka tidak bisa langsung pulang karena khawatir adanya penangkapan lanjutan.
Artanto berusaha meredakan kekhawatiran tersebut.
"Kami menjamin bagi mahasiswa yang akan pulang, dikawal oleh Anggota Provost. Mereka dipersilakan pulang ke rumah dengan aman dan tertib," ujarnya.
Meski begitu, muncul pertanyaan dari publik: Apakah ada semacam negosiasi barter antara pembebasan anggota polisi dengan mahasiswa yang sebelumnya ditahan?
Artanto membantah keras dugaan itu.
"Sifatnya koordinasi. Kita sudah menjalin relasi dengan rektorat, dan setelah koordinasi selesai, anggota bisa dikeluarkan," tegasnya.
Namun dia membenarkan bahwa ada sejumlah mahasiswa yang sempat diamankan aparat. Empat orang di antaranya telah dipulangkan karena tidak terbukti terlibat dalam tindakan anarkis. Sementara 14 mahasiswa lainnya masih menjalani pemeriksaan.
"Mereka terlibat dalam kelompok yang disebut Anarko. Saat ini masih dilakukan pendalaman," ujarnya.
Tajamnya Sorotan Publik
Insiden ini memicu reaksi luas dari masyarakat dan aktivis hak sipil. Penyusupan oleh aparat ke dalam aksi damai mahasiswa dinilai sebagai langkah yang merusak iklim demokrasi dan menciptakan ketakutan.
Di sisi lain, polisi membela diri dengan menyebut kehadiran intelijen sebagai bagian dari deteksi dini untuk menghindari potensi kekerasan atau tindakan anarkis. Namun tindakan ini tetap menuai kritik tajam karena dianggap melanggar batas etika dan merusak kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.
Kesimpulan: Ada Apa dengan Intel?
Insiden "penyusupan yang terbongkar" ini membuka kembali diskusi panjang soal transparansi dan profesionalitas aparat dalam menangani aksi unjuk rasa. Saat mahasiswa turun ke jalan menyuarakan hak dan aspirasi, apakah pantas jika mereka diamati diam-diam oleh orang-orang berseragam sipil?
Sementara itu, kampus yang selama ini dikenal sebagai ruang berpikir dan berekspresi justru menjadi medan tarik-menarik antara mahasiswa dan negara. Apakah peristiwa di Undip ini akan menjadi titik balik perbaikan pendekatan keamanan? Ataukah akan kembali tenggelam seperti kasus-kasus sebelumnya?
Waktu yang akan menjawab. Namun malam itu di Semarang, sejarah mencatat: suara mahasiswa tidak hanya menggema, tapi juga menelanjangi praktik-praktik gelap yang selama ini tersembunyi.
(Mond)
#Viral #PoldaJateng #DemoMayDay #Mahasiswa #UNDIP