7 Korban Tewas Kapal Wisata di Bengkulu Diserahkan ke Keluarga
Kapal wisata terbalik hingga hancur di Bengkulu.
D'On, Bengkulu — Liburan yang seharusnya penuh keceriaan berujung duka mendalam bagi puluhan keluarga. Sebuah kapal wisata yang membawa hampir seratus penumpang dari Pulau Tikus menuju Kota Bengkulu terbalik setelah dihantam ombak tinggi pada Minggu (11/5) sore. Tujuh orang dinyatakan tewas dalam insiden tragis itu. Mereka ditemukan tanpa mengenakan pelampung saat kapal karam di perairan dangkal yang berbatas langsung dengan pantai.
Kecelakaan ini terjadi di tengah cuaca buruk yang melanda kawasan perairan Bengkulu. Kapal wisata berukuran sedang itu diketahui mengangkut 98 penumpang, didampingi lima orang anak buah kapal (ABK) serta satu operator. Mereka baru saja menikmati perjalanan laut ke Pulau Tikus sebuah destinasi wisata favorit yang dikenal dengan keindahan terumbu karangnya.
Namun, sore itu berubah menjadi mimpi buruk. Saat kapal hendak merapat ke bibir pantai untuk menurunkan penumpang, gelombang besar tiba-tiba menggulung tanpa ampun. Dalam hitungan detik, kapal yang tak dirancang menghadapi ombak setinggi itu, kehilangan kendali, menghantam karang, dan terbalik. Bagian lambung kapal pecah setelah menghantam batu karang, menyebabkan air masuk deras dan menenggelamkan badan kapal dalam waktu singkat.
Panik, Teriakan, dan Upaya Penyelamatan
Menurut keterangan saksi mata dan petugas kepolisian, situasi di atas kapal berubah kacau balau. Para penumpang, sebagian besar tanpa pelampung keselamatan, berteriak meminta tolong saat kapal mulai terisi air. Sejumlah orang sempat melompat ke laut, berupaya berenang ke tepi, namun arus laut yang kuat membuat mereka kesulitan bertahan.
“Suasananya panik. Kapal hampir tiba di pantai, tiba-tiba dihantam ombak. Tidak ada waktu untuk berpikir,” ujar seorang penumpang selamat yang kini dirawat di RSUD Kota Bengkulu.
Beruntung, beberapa nelayan yang kebetulan berada di sekitar lokasi kecelakaan segera bertindak. Dengan perahu-perahu kecil mereka, para nelayan mendekat dan mengevakuasi para penumpang satu per satu. Kecepatan dan keberanian mereka berhasil menyelamatkan puluhan nyawa dari tragedi yang lebih besar.
Tujuh Nyawa Melayang, Keluarga Menangis
Namun, tak semua berhasil diselamatkan. Tujuh penumpang dinyatakan meninggal dunia. Tubuh mereka ditemukan terapung di sekitar lokasi kejadian beberapa saat setelah kapal tenggelam. Tragisnya, seluruh korban diketahui tidak mengenakan pelampung saat insiden terjadi fakta yang kini menjadi sorotan dalam penyelidikan kecelakaan.
Wakapolda Bengkulu, Brigjen Pol Solihin, dalam keterangannya kepada media mengatakan bahwa seluruh jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga.
“Korban yang meninggal sudah diserahkan. Beberapa berasal dari luar daerah, seperti Padang dan Lubuk Linggau,” ungkapnya.
Korban Luka Dirawat, Investigasi Berlanjut
Sementara itu, korban selamat yang mengalami luka-luka, baik fisik maupun trauma psikologis, saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif di RSUD Kota Bengkulu dan Rumah Sakit Bhayangkara. Tim medis menyebutkan sebagian korban mengalami luka benturan dan kelelahan akibat terlalu lama terapung di laut.
Pihak kepolisian bersama pemerintah daerah kini tengah fokus dalam tiga hal: proses evakuasi sisa barang-barang kapal, pendataan menyeluruh terhadap seluruh penumpang, serta penyelidikan untuk mengungkap apakah ada unsur kelalaian dalam operasi kapal wisata tersebut.
“Investigasi sedang berjalan. Kami juga akan mendalami apakah kapal ini sudah memenuhi standar keselamatan, terutama dalam hal ketersediaan dan penggunaan alat pelampung,” kata Brigjen Solihin.
Seruan untuk Evaluasi Keselamatan Wisata Laut
Tragedi ini menjadi tamparan keras bagi dunia pariwisata bahari di Indonesia. Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Kurangnya kesadaran penggunaan alat keselamatan, cuaca yang diabaikan, serta lemahnya pengawasan terhadap operasional kapal wisata menjadi faktor penyebab utama kecelakaan laut selama ini.
Pemerintah daerah dan pihak terkait kini diharapkan segera mengevaluasi sistem pengawasan serta prosedur keselamatan wisata laut agar tragedi serupa tak kembali terulang.
“Keselamatan wisatawan harus jadi prioritas utama, bukan sekadar mengejar keuntungan,” tegas seorang aktivis lingkungan dan wisata bahari lokal.
Di tengah duka mendalam keluarga korban, masyarakat kini menanti langkah nyata dari pemerintah dan operator wisata untuk menjadikan tragedi ini sebagai pelajaran berharga bahwa nyawa manusia tak boleh dikorbankan karena kelalaian prosedur.
(Mond)
#KapalWisataKaram #Peristiwa #Bengkulu