Breaking News

Hasan Nasbi Mundur dari Kepala PCO: Karier Singkat, Kontroversi, dan Jejak Panjang di Dunia Politik

Kepala Badan Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi Mengundurkan Diri

D'On, Jakarta
Hasan Nasbi, sosok yang sempat berada di pusat pusaran komunikasi kekuasaan nasional, resmi mengundurkan diri dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO). Surat pengunduran dirinya telah diserahkan pada 21 April 2025, dan kabar itu baru dikonfirmasi ke publik pada Selasa, 29 April.

"Ya, benar. Saya sudah memasukkan surat tanggal 21 April," ujar Hasan singkat, menjawab konfirmasi awak media.

Langkah mundur Hasan menandai akhir dari masa jabatan yang tergolong singkat. Ia baru dilantik pada 19 Agustus 2024 oleh Presiden Joko Widodo dan melepas jabatan itu kurang dari setahun kemudian di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Meski singkat, masa jabatannya tidak sepi dari sorotan publik maupun kontroversi.

Dari Bukittinggi ke Pusat Kekuasaan

Hasan Nasbi lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 11 Oktober 1979. Latar belakangnya kuat dalam tradisi intelektual Minangkabau, dan ia memiliki ikatan keluarga dengan almarhum Buya Syafii Maarif tokoh Muhammadiyah yang dikenal sebagai sosok moral bangsa.

Hasan menempuh pendidikan di SMA Negeri 2 Bukittinggi, sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan memilih Ilmu Politik sebagai bidang studi. Ia baru meraih gelar sarjana pada 2024, menjadikannya salah satu figur publik yang meniti karier politik dan komunikasi sebelum resmi menyelesaikan pendidikan formalnya.

Setelah itu, Hasan sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik UI hingga tahun 2008. Di sinilah minat dan pemahamannya terhadap dinamika politik elektoral mulai mengakar.

Membangun Cyrus Network dan Merancang Strategi Politik

Tahun 2008 menjadi titik balik penting: Hasan mendirikan lembaga survei dan konsultan politik Cyrus Network. Lewat lembaga ini, namanya mulai mencuat di lingkaran elite politik nasional.

Puncak perhatian datang saat ia menjadi bagian dari tim sukses pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Kemenangan pasangan ini bukan hanya mengubah peta politik Jakarta, tetapi juga menjadikan Hasan sebagai salah satu arsitek strategi kampanye yang diperhitungkan.

Pada 2017, ia kembali menarik perhatian publik sebagai inisiator gerakan "Teman Ahok", yang berupaya mendorong Ahok maju lewat jalur independen di Pilkada Jakarta. Meski upaya itu akhirnya tidak berbuah sesuai harapan, langkah tersebut mencerminkan kepiawaian Hasan dalam membaca dan memanfaatkan arus opini publik.

Berpindah Arah: Dari Pendukung Jokowi ke Juru Bicara Prabowo-Gibran

Setelah dua periode mendukung Jokowi dalam Pilpres 2014 dan 2019, Hasan membuat keputusan mengejutkan: ia bergabung sebagai juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024. Keputusan ini menimbulkan perbincangan—dan kritik—di kalangan loyalis Jokowi.

Namun, langkah itu tampaknya strategis. Pasangan Prabowo-Gibran keluar sebagai pemenang, dan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya, Hasan ditunjuk menjadi Kepala PCO, sebuah lembaga komunikasi strategis yang baru dibentuk lewat Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2024.

Ia bahkan mengklaim sudah mengundurkan diri dari semua posisi di Cyrus Network sejak Februari 2024, sebagai komitmen untuk fokus penuh pada tugas negara.

Kontroversi dan Kritik di Tengah Masa Jabatan

Masa kepemimpinannya di PCO tidak berjalan mulus. Hasan terseret dalam polemik terkait posisi Letkol Teddy Indrawijaya sebagai Sekretaris Kabinet (Seskab). Kritikan datang dari anggota Komisi I DPR, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, yang menilai bahwa kekisruhan ini dipicu oleh komunikasi yang tidak tepat dari pihak PCO.

"Ini komunikasi buruk soal informasi yang diberikan oleh pihak Kepala Komunikasi Presiden," ujar TB Hasanuddin saat ditemui wartawan, Jumat (14/3/2025).

Masalahnya tak sekadar teknis. Hasan pernah menyatakan bahwa jabatan Seskab saat ini setara ASN eselon II, sebuah pernyataan yang menimbulkan tafsir berbeda di kalangan birokrat dan militer.

Komentar Soal Teror Kepala Babi yang Berbuah Sorotan Tajam

Salah satu pernyataan paling kontroversial Hasan muncul saat menanggapi aksi teror terhadap jurnalis Tempo, yang menerima kiriman kepala babi. Alih-alih mengutuk keras tindakan intimidatif tersebut, Hasan justru merespons enteng.

"Dimasak saja," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan.

Pernyataan itu memantik reaksi keras dari publik dan komunitas pers. Di tengah iklim kebebasan pers yang rapuh, komentar tersebut dianggap tak sensitif dan minim empati. Meski Hasan mengklaim bahwa redaksi Tempo sendiri bersikap santai, publik menilai bahwa ucapan seperti itu tidak pantas keluar dari seorang pejabat komunikasi di lingkaran tertinggi negara.

Akhir dari Jabatan Singkat: Mengundurkan Diri di Era Baru

Dengan berbagai dinamika, sorotan, dan tekanan, Hasan akhirnya memilih mundur dari jabatan Kepala PCO. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Istana atau Presiden Prabowo mengenai pengganti Hasan.

Keputusan Hasan mundur bisa dibaca sebagai langkah strategis untuk menyelamatkan citra pribadi, atau sebagai refleksi atas ketegangan dalam transisi kekuasaan dari Jokowi ke Prabowo. Yang pasti, karier Hasan Nasbi sebagai komunikator politik telah meninggalkan jejak yang kompleks dari perancang strategi kampanye pemenangan hingga pejabat komunikasi negara yang tak lepas dari kontroversi.

(Mond)

#HasanNasbi #PCO #Nasional #Politik