Baku Tembak Mematikan di Maybrat: TPNPB-OPM Klaim Tewaskan Dua Prajurit TNI, Tensi Konflik Meninggi
TPNPB-OPM Kodap Yahukimo pimpinan Semut B. Sobolim di Yahukimo, Papua Pegunungan, 9 April 2025. Dok. TPNPB-OPM
D'On, Maybrat, Papua Barat Daya – Konflik bersenjata di belantara Papua kembali memanas. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengklaim telah menembak mati dua prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam serangan brutal yang terjadi di Kabupaten Maybrat pada akhir April 2025.
Dalam keterangan resminya, Manajemen Markas Pusat Komando Nasional TPNPB mengungkapkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh pasukan Kodap IV Sorong Raya di bawah komando Manuel Aimau, yang menjabat sebagai Wakil Komandan Operasi. Serangan terencana itu disebut berlangsung sejak dini hari, tepat pukul 06.00 Waktu Indonesia Timur, saat suasana masih diselimuti kabut tebal khas pedalaman Papua.
Target serangan bukan hanya personel militer Indonesia, tetapi juga rombongan pencari yang melibatkan Ketua Komnas HAM Papua, Fritz Ramandey. Mereka saat itu sedang melakukan operasi pencarian terhadap mantan Kasat Reskrim Teluk Bintuni, Inspektur Tomi Samuel Marbun, yang sebelumnya dilaporkan hilang.
“Penyerangan terhadap gabungan militer pemerintah Indonesia sejak pagi tadi telah mengakibatkan dua prajurit TNI tewas dan lainnya luka tembak,” tegas Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, dalam pernyataan yang diterima pada Senin, 28 April 2025. Ia juga menyebutkan bahwa bentrok tambahan terjadi di pinggiran Sungai Rawara, di mana dua aparat lainnya mengalami luka tembak akibat penyergapan pasukan TPNPB.
Menyikapi serangan tersebut, militer Indonesia disebut melakukan balasan besar-besaran. TPNPB mengklaim dua unit helikopter tempur bersenjata berat dan sejumlah drone bersenjata diterjunkan untuk menggempur posisi pasukan OPM. Serangan udara ini memperpanjang durasi baku tembak yang terjadi secara sporadis di dua titik berbeda di wilayah Maybrat.
“Baku tembak terus terjadi di dua lokasi berbeda sejak jam enam pagi. Militer Indonesia melakukan serangan udara dengan menggunakan helikopter bersenjata mesin berat,” lanjut Sebby dalam keterangannya.
Tidak berhenti di situ, dalam pernyataan tegas, TPNPB-OPM mengecam keras keterlibatan Fritz Ramandey dalam operasi militer ini. Mereka menuduh Ketua Komnas HAM Papua berpihak kepada aparat keamanan, sesuatu yang menurut TPNPB melanggar prinsip netralitas lembaga hak asasi manusia. Ancaman pun dilontarkan: bila Fritz Ramandey tetap berada di wilayah konflik, ia akan diperlakukan sebagai “musuh di medan perang.”
Dalam konteks ini, TPNPB mengingatkan semua pihak sipil yang terlibat dalam operasi militer, termasuk anggota Komnas HAM, agar segera meninggalkan wilayah konflik. Mereka menegaskan bahwa pencarian korban hilang seyogianya menjadi tugas lembaga-lembaga sipil seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bukan tugas aparat keamanan atau lembaga pengawas HAM yang dianggap berpihak.
Dalam peta konflik terbaru, TPNPB telah menetapkan sembilan wilayah di Papua sebagai zona perang aktif: Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nduga, Puncak Jaya, Intan Jaya, Maybrat, Dogiyai, Paniai, dan Deiyai. Mereka mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengevakuasi warga sipil dari sembilan wilayah ini demi menghindari korban sipil lebih banyak di tengah eskalasi konflik bersenjata.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi resmi dari Markas Besar TNI terkait klaim gugurnya dua prajurit maupun laporan penggunaan helikopter dan drone bersenjata dalam operasi di Maybrat. Media kami masih terus berupaya mendapatkan keterangan lanjutan dari pihak militer Indonesia.
Situasi di Papua Barat Daya kini semakin tegang, dan pertanyaan besar menggantung: akankah pertempuran ini membesar menjadi konflik yang lebih luas, atau ada jalan damai yang dapat segera diupayakan?
(*)
#TPNPB #OPM #TNI #Penembakan