Protes Delegasi Global: Netanyahu Dicemooh dan Diboikot di Sidang Umum PBB ke-79
D'On, New York - Pada sidang umum tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang biasanya diwarnai pidato diplomatis dan pembahasan mendalam mengenai isu global, pertemuan ke-79 ini memunculkan momen dramatis yang menjadi sorotan dunia. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjadi pusat kontroversi ketika delegasi dari sejumlah negara memutuskan melakukan aksi walk out serta melontarkan cemoohan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Israel.
Sidang yang berlangsung di markas besar PBB di New York, Jumat (27/9/2024) malam waktu setempat, menjadi ajang demonstrasi sikap keras negara-negara terhadap tindakan brutal Israel di Gaza dan Lebanon. Momen itu terjadi ketika nama Netanyahu dipanggil untuk naik ke mimbar dan menyampaikan pidato resminya. Alih-alih suasana formal yang biasanya menyertai pidato kepala negara, ruangan tersebut berubah menjadi ajang protes terbuka.
Aksi Walk Out Massal dan Cemoohan
Begitu nama Netanyahu disebut, diplomat dari beberapa negara, termasuk Indonesia, Arab Saudi, Iran, Turki, dan Kuwait, serentak berdiri dan meninggalkan ruangan. Aksi walk out ini merupakan bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang menderita akibat serangan militer Israel yang semakin membabi buta sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023.
Namun, tak hanya walk out yang menjadi ekspresi protes mereka. Saat Netanyahu mulai berjalan menuju podium, suara cemoohan keras menggema di ruang sidang. Delegasi-delegasi yang tersisa tak segan-segan menyoraki Netanyahu dengan teriakan "huuu..." yang berlangsung cukup lama. Aksi ini dengan jelas mempermalukan Netanyahu di hadapan komunitas internasional.
Meskipun mendapatkan ejekan keras dari banyak negara, suasana ruang sidang pun menjadi semakin panas ketika pendukung Netanyahu membalas dengan tepuk tangan meriah. Campuran antara cemoohan dan sorak-sorai ini menimbulkan kegaduhan di dalam ruangan, hingga Ketua Sidang Umum PBB, Philémon Yang, terpaksa mengetuk palunya berkali-kali, mencoba memulihkan ketertiban. "Tolong tertib, tolong tertib," ucapnya, mencoba mengendalikan situasi.
Netanyahu Tetap Berpidato di Ruang yang Sepi
Setelah protes tersebut, Netanyahu tetap melanjutkan pidatonya, meski ruang sidang yang tadinya penuh kini tampak jauh lebih lengang. Hanya tersisa para delegasi yang berasal dari negara-negara yang mendukung kebijakan Israel. Netanyahu membuka pidatonya dengan nada yang defensif, menyatakan bahwa dirinya sempat berpikir untuk tidak hadir dalam sidang kali ini, mengingat negaranya sedang terlibat dalam konflik militer.
"Saya sebenarnya tidak berniat hadir di sini tahun ini. Negara saya sedang berperang, berjuang untuk hidupnya," ujarnya, mencoba membangun narasi pembelaan. Netanyahu terlihat marah sepanjang pidatonya, bahkan beberapa kali suaranya meninggi, mendekati teriakan. Ia mengecam PBB karena terus menerus mengeluarkan resolusi yang mengkritik Israel, dan menuduh organisasi global tersebut menerapkan standar ganda.
Netanyahu juga mengecam tindakan banyak pembicara yang menurutnya menyebarkan kebohongan dan fitnah terhadap negaranya. "Saya datang ke sini untuk meluruskan kebohongan yang telah dilontarkan di podium ini," ucapnya dengan suara keras. Namun, kata-kata tersebut hanya disambut sorak-sorai dari beberapa delegasi yang tersisa di dalam ruangan, yang jelas-jelas masih memberikan dukungan untuk Israel.
Kritik Global atas Kehadiran Netanyahu
Pidato Netanyahu di PBB tidak luput dari kontroversi besar. Sejumlah pihak mempertanyakan mengapa Netanyahu diizinkan untuk berpidato di forum dunia tersebut, mengingat situasi hukumnya yang tengah dalam sorotan. Jaksa dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Ahmad Khan, telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang yang dilakukan selama serangan militer Israel di Gaza. Banyak yang merasa bahwa membiarkan Netanyahu berbicara di PBB memberikan legitimasi kepada seorang pemimpin yang sedang diinvestigasi atas tindakan kekerasan terhadap kemanusiaan.
Lebih dari 42 ribu warga Gaza dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel sejak awal konflik pada Oktober 2023. Di sisi lain, serangan yang diperluas ke Lebanon sejak September 2024 telah menyebabkan lebih dari 700 korban jiwa. Tindakan militer Israel di dua front ini telah memicu kecaman luas dari komunitas internasional, terutama negara-negara Muslim yang merasa bahwa Israel melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara masif.
Dalam konteks tersebut, seruan walk out yang dikumandangkan oleh pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, mendapatkan dukungan luas. "Walk out adalah hal yang paling minimal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan penolakan terhadap genosida yang sedang terjadi di Gaza," tegasnya. Aksi ini menjadi sinyal kuat bahwa Israel dan pemimpinnya kini berada dalam isolasi diplomatik yang semakin nyata di forum internasional.
Resonansi Protes dan Respons Internasional
Sidang Umum PBB kali ini bukan hanya menyoroti ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, tetapi juga menjadi ajang protes simbolis yang menyuarakan ketidakadilan. Aksi walk out dan cemoohan terhadap Netanyahu mencerminkan perpecahan tajam dalam komunitas internasional terkait cara Israel menangani konflik di Timur Tengah. Para diplomat yang melakukan walk out mengirimkan pesan tegas bahwa dunia tak lagi bisa menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Di sisi lain, pendukung Israel di PBB, meskipun jumlahnya lebih sedikit, tetap mencoba menunjukkan solidaritas mereka. Namun, di tengah semakin meningkatnya kecaman global, protes terhadap Netanyahu menjadi bukti bahwa narasi resmi Israel tentang pembelaan diri semakin sulit diterima di panggung internasional.
(Mond)
#Internasional #PBB #BenjaminNetanyahu